BAB 3 Centang Satu

15 1 4
                                        

Si Lala telat datang ke cafe yang telah dia janjikan. Ini sudah 30 menit molor dari janjian awal yaitu jam 16.00 WIB, masih belum dateng! “Kak, Bi!” Terdengar suara imut dari Lala yang berjarak 20 langkah dari mejaku.

“Astaga dek-dek. Untung aku belum tumbuh lumut di kulitku!” ucapku dengan intonasi meninggi. “Maaf banget ya, Kak Bi. Tadi tuh motorku tiba-tiba bermasalah lagi. Terus aku mampir ke bengkel sebentar,” ucap Lala merasa sangat bersalah.

“Hah, iya deh aku maafin,” sahutku agak sewot. Ingat Lala aku memaafkanmu karena kasihan! Dan karena kamu traktir aku. “Loh, Kak Bi belum pesen?! Yok pesen bareng, Kak!” ajak Lala penuh semangat.

Bagaimana bisa aku pesan duluan? Kan posisinya ini aku ditraktir, kompas moralku mengatakan bahwa jika kita ditraktir seseorang. Alangkah baiknya dahulukan yang mentraktir kita.

Akhirnya Lala pesan Red Velvet Ice dan aku Taro Ice. Mungkin terasa aneh jika kita ke cafe tapi tidak memesan kopi? Tapi semua itu tentang selera, ya kan? Alasannya sebenarnya, karena asam lambung yang manja banget ini. Sekali minum kopi jadi asam lempar jauh. 

Hampir 2 jam kita ‘kerja kelompok’ di cafe itu. Tidak hanya sekedar berkutat tentang pekerjaan yang kita obrolkan terkadang terselip cerita masa lalu dan tawa kecil dari masing-masing individu.

Bulan sepertinya tidak sabar untuk berkontribusi dalam kisah cintaku hari ini. Meskipun tidak sedang dalam rumah, tapi aku merasakan kehangatan di antara keramaian pengunjung cafe. Mungkin bukan tentang cafenya yang bagus, tapi tentang dengan siapa aku menghabiskan waktu yang terbatas ini.

“Kak Bi, pulang yuk. Udah jam segini.” Lala memulai mengakhiri sesi ‘kerja kelompok’ ini. “Oh, oke pulang sekarang. Aku antar lagi ya.., eh?!” Tanpa sadar aku menawari tumpangan. lagi. “Boleh!” sahut Lala cepat sembari melempar senyum merah muda itu. 

~~~

Di perjalanan kami yang kedua kali ini si Lala bercerita tentang Vina, yaitu hewan peliharaannya yang tidak lazim. Seekor ular python sepanjang 2 meter! Kalo biasanya tipe cewek itu jadi anak rumahan atau anak kelayapan, eh ini anak perhewanan. Kayaknya kalo aku ke rumah Lala bakal jadi pakan Sabertooth Tiger!

“Kangen Vina aku, Kak. Meskipun suka melilit gitu tapi aku sayang dia,” ucap Lala mendekatkan kepala ke arah telinga kananku. “Suka melilit ya, gak sesak nafas kamu???” tanyaku setengah khawatir soal perilaku hewan berdarah dingin. “Ngelilit tangan, Kak. Yakali leher dililit. Eh, tapi pernah sih. Lupa lehernya siapa ya?” sahut Lala mengingat leher malang mana yang pernah dililit si Vina.

Si Lala ini memang dari keluarga pecinta binatang, Bapaknya aja kerja di penangkaran hewan langka. Jadi gak heran kalau dia suka melihara hewan-hewan “lucu”, tapi dari semua peliharaannya yang paling masuk akal cuma si Garry kucing jamuran.

Akhirnya sama seperti kemarin, dia reflek nyium tanganku lagi. Aku yang sudah menduga hal tersebut lantas menyerahkan tanganku dengan suka rela. Mau dicium kek, mau dijilat kek, mau diludahi kek, asal itu Lala, aku rela. Uhuy. Asal gak dipotong aja buat pakan hewan peliharaannya yang berdarah dingin.

“Eh! Maaf, Kak. Reflek lagi,” ucap Lala yang secara reflek mencium tanganku lagi. “Iya, gapapa, La,” sahutku tersenyum kepada Lala. “Gak marah kan? Aku gak bermaksud tidak sopan atau gimana. Tapi kata ayahku kalo sama orang yang lebih tua itu cium tangan kalo berpamitan,” ucap Lala seperti menegaskan kalau aku beneran tua bangka! Senyumku jadi es jeruk nipis. Kecut! 

Akhirnya kami berpisah di depan kos itu, di depan pagar kos warna hijau miskin, di sebelah kiri warung makan yang sudah bangkrut, di atas jalan yang setiap satu atau dua meter ada lubang, dan di antara aku dan Lala saling melempar senyuman manis.

~~~

Masuk kamar kos, berganti pakaian, cuci kaki, sikat gigi, semua dilakukan secara terburu-buru untuk menyambung obrolan tadi sore di cafe kelas medioker. Tapi, si Lala mungkin capek atau sedang berberes karena chatku centang satu. Gapapa deh, mari lanjut nonton anime yang 3 episode lagi selesai. 

Satu per satu episode aku tonton sampai bener-bener selesai, namun chatku juga tak kunjung dibalas. Ditambah ending anime yang bikin tambah badmood karena plot twist yang dipaksakan. Masa karakter utamanya di NTR dan bunuh diri, kesel banget anjir! 

Aku cek kolom chat Lala masih centang satu padahal udah satu jam lebih. Apa iya berberes selama itu? Kayak bangun candi aja. Bangun candi pun cuma semalam loh! Yaudah main satu game dulu kali ya selagi nunggu chat dari Lala si penggemar binatang. 

Satu pertandingan, dua pertandingan, tiga pertandingan hingga jam dinding menunjukan pukul 23.06 WIB. MASIH CENTANG SATU, SSAATT! Baik kuputuskan untuk tidur. Aneh memang baru saja dibuat bersenang-senang atas pertemuan aku dan Lala, sekarang aku tidur penuh dengan rasa gelisah, cemas, dan marah.

Tuna AsmaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang