7: Misi Mencari Si Misterius

31 7 0
                                    





Pagi itu, Haechan dan Renjun jalan keluar dari apartemen dengan ransel penuh barang-barang seadanya. Mata Renjun masih kelihatan ngantuk, tapi dia tetap berusaha jalan cepat di samping Haechan.

"Gue masih gak percaya kita bakal nyari orang yang bahkan kita gak kenal, cuma modal info dari Seulgi," keluh Renjun, mengucek matanya.

"Lo mau nunggu di rumah terus dan ditemenin bayangan creepy itu?" Haechan nyeletuk, sambil sesekali ngelirik ke sekitar, jaga-jaga kalau ada hal aneh muncul.

Renjun ngerengut. "Enggak sih, tapi ini juga gak jelas. Kita mau nyari orang yang bahkan gak gampang ditemuin. Kayak nyari jarum di tumpukan jerami."

"Gue yakin kita bakal nemuin petunjuk kok. Lagian, Seulgi gak mungkin kasih kita misi tanpa arah," jawab Haechan sambil nepatin posisi tas di bahunya.

Renjun ngedengus, "Iya sih, lo bener. Tapi tetap aja, ini berasa kayak misi detektif tanpa ada peta atau kompas."

Haechan ketawa kecil. "Makanya, kan lo suka tantangan. Kita kayak detektif sekarang, seru, kan?"

Renjun melotot, "Seru apanya? Gue lebih suka tantangan soal nge-hack kode atau ngerjain tugas daripada harus berhadapan sama hantu."

Mereka akhirnya sampai di depan sebuah kafe kecil, sesuai petunjuk dari Seulgi. Tempatnya nggak begitu rame, tapi kelihatan cukup cozy. Haechan langsung melangkah masuk, sementara Renjun ngikut di belakang dengan langkah ragu-ragu.

Di dalam, mereka disambut sama suasana kafe yang tenang. Barista kafe itu, seorang cewek berambut pendek dengan apron hitam, ngelirik ke arah mereka dari balik mesin kopi.

"Lo yakin ini tempatnya?" bisik Renjun sambil ngerutin alisnya.

Haechan ngangguk, "Seulgi bilang kita bakal nemuin orang yang kita cari di sini."

Renjun menghela napas berat, "Gue cuma berharap orang ini beneran bisa bantu kita."

Mereka duduk di meja pojok, agak jauh dari pengunjung lain. Renjun sibuk ngeliatin sekitar, sementara Haechan ngeluarin ponselnya, kayak lagi nunggu sesuatu. Tiba-tiba, cewek barista tadi ngedeketin mereka dengan secangkir kopi di tangannya.

"Lo pesan ini?" tanya barista itu, matanya fokus ke Haechan.

Haechan melotot bingung, "Gue gak pesan apa-apa."

Cewek itu senyum misterius, lalu duduk di sebelah mereka. "Seulgi udah kasih tau gue soal lo berdua."

Renjun langsung panik. "Hah?! Seulgi? Lo siapa?"

Cewek itu nyengir kecil. "Gue Yeji. Gue yang lo cari."

Haechan dan Renjun saling pandang dengan wajah nggak percaya. "Lo orang yang bisa ngeliat... makhluk-makhluk itu?" tanya Haechan dengan nada ragu.

Yeji ngangguk sambil nyeruput kopinya. "Bener. Gue bisa ngeliat dan ngehadepin mereka."

Renjun langsung bersandar dengan ekspresi lega. "Akhirnya ketemu juga orang yang bisa bantu kita. Jadi, gimana kita bisa ngehindar dari bayangan itu?"

Yeji nyenderin diri ke kursi, matanya menyipit seolah ngerasa hal ini bakal panjang. "Gak gampang. Kalo bayangan itu udah ngejar lo, artinya dia gak bakal berhenti sampai lo bisa ngusir dia atau... lo kalah."

"Kalah? Maksud lo... mati?" Renjun nelen ludah.

Yeji cuma ngangguk pelan. "Tapi tenang, gue gak bakal biarin itu terjadi."

"Lo yakin bisa bantu kita?" tanya Haechan, matanya penuh harap.

Yeji senyum, tapi ada kesan serius di balik itu. "Gue udah pernah berhadapan sama makhluk kayak gitu sebelumnya. Jadi lo tenang aja, gue tahu apa yang harus dilakukan."







***






Setelah obrolan panjang di kafe itu, Yeji ngajak mereka ke tempat yang lebih aman buat ngobrol. Mereka akhirnya sampai di sebuah gudang tua yang ternyata jadi markas Yeji buat ngehadapin kasus-kasus supernatural.

Renjun ngeliat sekeliling dengan takjub. "Tempat ini kayak... markas besar pemburu hantu di film."

Haechan cekikikan kecil, "Cocok buat lo yang suka ngekhayal soal teknologi canggih, kan?"

Yeji ngeluarin beberapa peralatan dari tasnya. "Ini bukan soal teknologi, tapi lebih ke insting dan kekuatan energi. Lo harus peka sama apa yang terjadi di sekitar lo."

Renjun masih nggak paham sepenuhnya, tapi dia ngangguk-ngangguk aja, mencoba ngerti. "Oke, jadi... kita harus apa sekarang?"

Yeji narik napas panjang sebelum ngomong, "Kita bakal ngelakuin ritual untuk ngunci bayangan itu sementara. Itu bakal ngasih lo cukup waktu buat cari solusi lebih permanen."

"Ritual?" Haechan melotot penasaran. "Kita bakal ngelawan bayangan itu langsung?"

Yeji angguk serius. "Iya, tapi lo harus kuat mental. Bayangan itu bakal nyoba ngelawan balik."

Renjun mulai gemetaran. "Ini makin lama makin gak asik buat gue..."

Haechan nepuk pundak Renjun sambil senyum kecil. "Tenang, gue ada di sini. Kita bakal lewatin ini bareng."

Renjun ngangguk pelan, meskipun mukanya jelas masih tegang. Mereka akhirnya siap buat ritual yang Yeji bicarain, berharap itu bisa ngehentikan makhluk yang terus ngejar mereka.
























To be continued..

FIGHT GHOST Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang