9: Kekuatan yang Terbangun

25 7 0
                                    

Chapter 9 dengan vibe yang makin greget! Here we go!












Angin malam yang dingin berhembus pelan lewat jendela gudang yang pecah, membawa aroma tanah basah dan sesuatu yang nggak enak. Renjun masih berdiri di tengah ruangan, napasnya belum benar-benar kembali normal setelah kejadian barusan. Sementara itu, Haechan, dengan wajah yang mulai terlihat lelah, nggak jauh-jauh dari sisi Renjun. Energi di sekitar mereka terasa tenang, tapi ada sesuatu yang terus berputar di dalam kepala Renjun.

"Gue beneran... ngelakuin itu?" Renjun bertanya, setengah nggak percaya sama yang barusan terjadi. Tangannya masih gemetaran, kayak ada sisa-sisa energi yang belum sepenuhnya hilang.

Haechan, yang ngedudukin dirinya di lantai berdebu, ketawa kecil sambil ngambil napas dalam. "Lo berhasil, Jun. Lo lebih kuat dari yang lo kira." Dia ngasih tatapan bangga, tapi ada sesuatu di balik senyumnya yang bikin Renjun merasa aneh.

Yeji, yang dari tadi sibuk sama ritualnya, akhirnya mendekat ke mereka. "Gue udah ngira lo punya kekuatan, Renjun. Tapi gue nggak nyangka lo bisa ngendaliin itu dalam waktu sesingkat ini."

Renjun menatap Yeji dengan wajah kebingungan. "Apa maksud lo? Gue nggak ngerti sama sekali. Gue bahkan nggak tau gue bisa ngelakuin itu."

Yeji ngelipat tangan di dada, ekspresinya sedikit serius. "Kekuatan lo, Renjun, datang dari dalam diri lo sendiri. Lo punya sesuatu yang bisa nahan serangan roh-roh jahat. Tapi masalahnya, lo nggak pernah sadar akan itu."

Renjun menelan ludah. "Tapi... gue cuma mahasiswa biasa, Yeji. Gue nggak ngerti apa-apa soal hal kayak gini."

"Semua orang punya potensi, Jun. Dan lo, sekarang lo lagi ngebangkitin potensi terbesar lo," jawab Yeji. "Bayangan yang barusan lo lawan, mereka nggak bakal muncul sembarangan kecuali mereka merasa ada ancaman yang lebih besar."

Renjun merasa tenggorokannya kering. "Maksud lo... mereka dateng karena gue?"

Haechan berdiri, dengan tatapan yang sekarang lebih waspada. "Itu berarti lo adalah kunci, Jun. Tapi kita nggak bisa ngebiarin lo ngadepin ini sendirian."

"Nggak, lo nggak sendirian," lanjut Yeji. "Kita semua di sini buat ngejaga lo dan bantu lo ngelawan ini."

Renjun masih diam, mencoba mencernanya. Dia merasa terjebak di antara perasaan takut dan bingung. Selama ini dia selalu mikir kalau Haechan yang bakal jadi pelindungnya, tapi sekarang dia yang harus menghadapi ancaman besar.

Haechan melangkah maju, meraih pundak Renjun dengan lembut. "Lo gak perlu takut. Gue bakal selalu ada buat lo. Kita bakal lewatin ini bareng-bareng, sama kayak yang lain-lain."

Renjun ngelihat ke mata Haechan, dan di sana dia bisa lihat ketenangan yang selama ini dia perlukan. Meskipun semua terasa gila dan nggak masuk akal, selama Haechan ada di sana, Renjun ngerasa dia bisa ngelawan apa pun yang datang.

"Kalau lo percaya sama gue," kata Renjun pelan, "gue juga bakal percaya sama diri gue sendiri."

Haechan senyum, sebuah senyum yang tulus dan hangat. "Itu baru lo, Jun."

Tiba-tiba, suasana yang tadinya agak lega mendadak berubah. Angin kencang mulai berhembus dari sudut ruangan, menggoyang lilin-lilin yang udah mulai padam. Suara desis halus terdengar, dan Renjun bisa ngerasain bulu kuduknya berdiri.

Yeji langsung waspada. "Mereka belum selesai. Ini belum berakhir."

Dari sudut ruangan yang gelap, muncul bayangan lain. Tapi kali ini, bayangan itu lebih besar, lebih solid, dan auranya jauh lebih jahat daripada yang mereka lawan sebelumnya. Udara di sekitar mereka tiba-tiba jadi berat, seolah-olah dipenuhi energi negatif.

Renjun langsung merasa panik. "Apa itu...?"

Haechan maju selangkah, berdiri di depan Renjun, siap melindunginya. "Jangan khawatir, Jun. Gue bakal ngurus ini."

"Lo gak bisa ngelawan sendirian, Haechan," Yeji memperingatkan. "Ini lebih kuat dari yang barusan."

Renjun menggenggam tangan Haechan. "Gue gak akan biarin lo ngelawan ini sendirian juga."

Haechan menatap Renjun dengan bingung. "Tapi, Jun—"

Renjun menatap balik dengan penuh tekad. "Kita ngelawan ini bareng-bareng, ingat?"

Haechan tersenyum kecil, lalu mengangguk. "Oke. Tapi lo tetep harus hati-hati."

Bayangan itu mulai bergerak mendekat, perlahan tapi pasti. Rasanya seolah-olah ruangan itu mengecil di sekitar mereka, memberi tekanan yang semakin berat.

"Siap-siap," bisik Haechan.

Renjun menarik napas dalam-dalam, lalu merasakan kekuatan aneh dalam dirinya mulai bangkit lagi. Ini lebih kuat daripada sebelumnya, dan dia merasa sedikit lebih siap. Dengan Haechan di sampingnya, dia tahu bahwa apa pun yang terjadi, mereka bisa menghadapi ini. Bersama.


























To be continued..

FIGHT GHOST Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang