"Haruskah kita terus mengikuti mereka? Kalau terus begini, mungkin lebih baik..."
"Diam."
Bahkan setelah kata-katanya terputus, orang yang menatap ke depan terus menggumamkan keluhan.
"Tidak, jika kita yang akan menjadi penjaga, bukankah lebih baik untuk tetap dekat? Kita akan memasuki area berbahaya, dan pada tingkat ini..."
"Itu perintah dari Master Hwang. Kita tidak boleh membuatnya merasa tidak nyaman."
Pria yang menggerutu itu mendesah.
"Sejak awal, tugas kami adalah melindungi markas besar Aliansi Kawan Surgawi. Sebenarnya, Master dari Serikat Pedagang Eunha bahkan bukan atasan kami."
"Jadi, apakah itu berarti kau berencana untuk mengabaikannya?"
"Bukan itu yang kumaksud, tapi..."
Tidak salah untuk mengatakan bahwa Master dari Serikat Pedagang Eunha bukanlah anggota Aliansi Kawan Surgawi. Namun, itu tidak berarti dia bisa diabaikan. Bahkan tanpa gelar resmi, sudah jelas bahwa dia mengawasi semua urusan markas besar saat Pemimpin Aliansi tidak ada.
Itulah sebabnya mereka yang tadinya menjaga markas kini ikut datang untuk memberikan pengawalan.
"Hal ini bisa menimbulkan masalah di kemudian hari."
"Cukup dengan omong kosong ini. Masalah apa yang mungkin ada?"
Orang yang tadinya menggerutu itu mendesah dalam-dalam, menyadari bahwa katakatanya tidak lebih dari sekadar keluhan yang tidak ada gunanya. Meski begitu, ada alasan khusus di balik rasa frustrasinya.
Pandangannya beralih kepada mereka yang bergerak jauh di depan.
'Apa sebenarnya yang sedang terjadi?'
Mereka tidak makan, tidur, maupun beristirahat. Mereka terus bergerak maju tanpa henti.
Berkat kecepatan yang tak kenal lelah itu, bahkan dengan langkah yang lambat, mereka telah mencapai perbatasan antara Hubei dan Henan, tujuan yang mereka tuju.
Tiba dengan cepat itu bagus, tapi masalahnya adalah bahkan mereka yang ditugaskan menjaga mereka pun tidak bisa makan, istirahat, atau tidur.
'Mengapa mereka melakukan sesuatu yang aneh?'
Jika diperhatikan dengan seksama, meskipun sulit untuk mengatakannya dengan pemuda di depan, orang yang mengikutinya jelas-jelas memiliki jejak seni bela diri di dalam dirinya. Kalau begitu, bukankah lebih baik menggunakan teknik gerak kaki untuk mencapai tujuan mereka dengan lebih cepat?
"Aku tegaskan lagi. Kau tidak boleh lengah. Jika ada masalah sekecil apa pun dengan mereka, tidak seorang pun akan sanggup menanggung akibatnya. Mengerti?"
"...Ya."
Orang-orang yang ditugaskan menjaganya mengangguk dengan berat.
Alisnya yang berwana putih berkedut sedikit. Di bawahnya, ada mata yang mengeluarkan cairan.
T/n : jinmul – bisa berarti nanah, cairan yang keluar dari luka, cairan kental, dsb. Jadi pada dasarnya matanya tidak dalam kondisi terbaik.
Mata itu tertuju pada orang yang berjalan di depan... Lebih tepatnya, pada kakinya.
Selangkah demi selangkah, dengan setiap langkah maju yang sunyi, tanah menjadi basah.
Darah yang mengalir dari kakinya membasahi tanah, semakin memperdalam kekhawatiran Panchen Lama saat ia terus mengamati.
Sekalipun Dalai Lama adalah seorang Buddha yang belum meninggalkan Tanah Najis atau tanah kehidupan, tubuh fisiknya pada akhirnya tidak berbeda dengan tubuh anak-anak biasa. Rasa sakitnya pasti sangat hebat, tetapi langkah-langkahnya tidak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Return Of The Mount Hua Sect [2] ❀ ❀
ActionChapter 1600 - mentok Raw (ongoing) Manhwa: Return Of The Sword Master (webtoon) ❀ Translate Novel Korea ke Indonesia ❀ Translate tidak 100% akurat ❀ Typo ❀ Raw Novel update seminggu 3x (Senin, Rabu, dan Jumat) ❀ Update di usahakan setiap hari mini...