Venue acara, katering, gaun, undangan, sovenir, semua sudah siap. Dengan bantuan dan dukungan Caleb, semua dapet terselesaikan dengan cepat. Lagipula pernikahan Jessica dan Zayne hanya akan dihadiri kerabat dekat dan beberapa staff dekat Rumah Sakit Akso, tempat Zayne bekerja.
6 hari berlalu dan pernikahan Jessica zayne akan digelar lusa depan. Caleb memantapkan hatinya sebelum mengetuk pintu apartemen Jessica.
Tok! tok!
Jessica dikagetkan dengan suara pintu yang bergena di apartemen kerja-nya, ia bangkit dari posisinya di sofa. Matanya terbelalak saat ia melihat Caleb, "Caleb...?"
Caleb tersenyum cerah saat melihat Jessica dan mengulurkan tangan, "Pip squeak! let's go somewhere, let's spend a day together," Jessica terdiam sementara, memandang Caleb dengan bingung sebelum akhirnya mengangguk dan pergi bersama Caleb, saling bergandengan tangan.
"Where are we going?" Tanya Jessica.
Caleb tersenyum, mengelus tangan Jessica dan menggandengnya kedalam mobil.
"You'll find out soon."
***
Setelah menempuh beberapa jam perjalanan, Caleb dan Jessica tiba di sebuah pantai, sepi pengunjung namun memiliki pemandangan yang sangat indah. Mata Jessica terbuka lebar, menikmati keindahan pemandangan debur ombak dan karang yang menjulang. Caleb hanya bisa tersenyum simpul melihat ekspresi kagum Jessica (yang mungkin tidak akan dia pernah lihat lagi). Caleb membawa mobil yang mereka naiki ke sebuah parkiran hotel.
Setelah memesan 1 kamar di hotel, Caleb mengajak Jessica jalan-jalan di pesisir pantai, tangan Caleb tak pernah lepas dari tangan Jessica dan Jessica sendiri tidak akan pernah keberatan untuk dekat dengan Caleb.
"Kau ingat saat kita masih kecil, kau selalu ingin melihat bintang di pantai ? Kau bahkan sampai merengek ke nenek." Jessica tertawa mengingat hal itu, begitupun Caleb.
Jessica menghela nafas, "Andai nenek juga disini."
Caleb mengelus tangan Jessica dengan lembut, lalu tersenyum kepadanya.
"Hei, it's okay pip squeak, I'm here... That's more than enough, right?"Jessica menatap Caleb dan menggangukkan kepala nya pelan, bibir ranumnya terangkat menjadi senyum. Ya, baginya kehadiran Caleb, kehadiran matahari nya, adalah yang terpenting.
Mereka kemudian duduk di pinggir pantai, menikmati pemandangan matahari yang akan terbenam dari sana.
"Aku harap waktu berhenti, atau dunia berakhir." Ucap Caleb tiba-tiba, Jessica melingkarkan tangannya di lengan Caleb lalu menyenderkan kepalanya di bahu Caleb.
"Aku juga," Jawab Jessica lirih, hatinya terus memohon agar matahari tidak terbenam. Tapi waktu terus berputar, matahari menyelam dalam lautan membawa kegelapan yang dihiasi oleh taburan bintang. Angin dingin dan ombak yang semakin meninggi memaksa mereka untuk kembali ke kamar hotel mereka dengan jari tangan yang tetap bertaut.
Mereka membersihkan tubuh mereka, berbaring bersama di kasur Queen Size di kamar hotel itu. Mereka saling berhadapan, keduanya enggan melepaskan jari mereka yang bertaut, takut kembali kedalam realita bahwa mereka tidak ditakdirkan bersama.
Jari Caleb menyusuri lekukan tangan Jessica dan berhenti di cincin yang tersemat di jari manis Jessica.
"I have a selfish request," Ucap Caleb, matanya memancarkan harapan dan kepedihan yang dalam.
Jessica menatap Caleb dengan diam, menyadari kegugupan dari wajah Caleb ia hanya dapat menggangguk pelan.
Caleb mengeluarkan sebuah box yang berisi dua cincin berpasangan, cincin pernikahan, "Can you replace your ring with this, just until the night is over?" Tanya Caleb dengan suara lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Love (Love And Deepspace Fanfic)
FanfictionOneshot, two-shot (short story) fanfiction game Love and deepspace Written in bahasa ⚠️ mature content 🔞 ⚠️out of character ⚠️Typos