Bab 5

3 2 0
                                    

WELCOMEEE!!






“Setiap kutatap sorot mata teduh itu, aku jatuh cinta lagi, dan lagi.”

☆☆☆

Sepulang dari rumah Caprio, banyak pertanyaan-pertanyaan yang bersarang di pikiran Lara. Saat ini, gadis itu duduk di kursi kamarnya sembari memainkan pulpen di tangan kanannya.

“Kata bu Tia, Caprio menyukaiku. Tadi siang Reka juga kalau Caprio menyukaiku dan katanya dia tahu dari Jale. Apa mereka bercanda?” Karena terlalu asik dengan isi pikirannya, Lara sampai tidak sadar bahwa sedari tadi handphone nya berbunyi. Gadis itu berdiri dan segera mengambil handphone nya. “Nomor baru?” monolog Lara.

Kemudian, Lara mengangkat nomor baru yang meneleponnya itu dan ia kembali duduk di kursi.“Halo?” Tidak ada suara. Hampir satu menit Lara menunggu jawaban seseorang dari seberang sana, namun tak ada suara yang keluar barang satu katapun. Lara yang jengah akhirnya mematikan panggilan itu sepihak dan melempar handphonenya ke kasur dengan perasaan kesal.

“Iseng banget!”

Lara melanjutkan pertanyaan-pertanyaan di kepalanya yang tadi sempat ia hentikan. Gadis itu sampai menggaruk kepalanya kasar saking kesalnya tidak menemukan alasan bu Tia dan Reka mengatakan hal seperti itu. Karena tidak ingin stress sendirian, Lara akhirnya memilih merebahkan diri di kasur empuk kesayangannya karena kebetulan saat ini sudah hampir pukul sepuluh malam.

☆☆☆

“Bodoh! Bodoh! Bodoh!” Caprio berungkali memukul meja yang ada di sampingnya. Pasalnya ia merasa sangat bodoh sekarang karena ulah dirinya sendiri. “Harusnya aku bicara tadi!”

Katakanlah lagi bahwa Caprio adalah orang yang paling konyol, gila, dan tidak waras. Bagaimana tidak? Bayangkan saja, setelah setengah jam mengumpulkan keberanian menelepon Lara, ia malah menyia-nyiakan kesempatan dengan hanya diam tak berani berbicara. Padahal di seberang sana, Lara sudah berkali-kali berbicara, tapi mulut Caprio malah tidak berani terbuka. Kan aneh.

“Bang Riooo! Abang Jale datang!” teriak Carel-adek lelaki Caprio. Anak lelaki yang sekiranya menduduki bangku SMP dengan tubuhnya yang masih kecil. Carel datang dan berteriak di depan pintu kamar Caprio dengan suaranya yang begitu kuat dan hal itu membuat Caprio berdecak malas.

“Bisa gak suaranya di kecilin?!” bentak Caprio sedikit emosi. Carel tak mengindahkan dan memilih menjulurkan lidah seolah-olah mengejek Caprio. Setelahnya, Carel segera berlari cepat sebelum kaki Caprio menendangnya sampai ke luar angkasa. Caprio yang melihat itu segera masuk ke dalam kamar, dan tak lupa ia membanting pintu untuk meluapkan emosinya.

Setelah beberapa menit bersiap-siap, Caprio segera keluar dari kamarnya untuk menemui Jale yang sudah menunggu di ruang tamu. Caprio dengan jaket kulit berwarna hitam, begitupun dengan Jale. “Ayo, yang lain udah nunggu.” Jale segera berpamitan pada mama Caprio dan mengikuti langkah Caprio keluar menuju motor mereka yang terparkir di halaman depan.

“Taruhan berapa?” tanya Caprio pada Jale yang sedang memakaikan helm di kepalanya sembari mengunyah permen karet. Jale menoleh sebentar, lalu setelah itu ia naik ke atas motornya. “Kayaknya dua juta,” ucap Jale. Caprio yang mendengar itu, tanpa basa-basi lagi langsung menyalakan motornya dan berlalu dari area rumahnya begitupun dengan Jale.

LAUT 2021 (On Eternal Patrol)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang