HI HI GUYSSS!
WELCOME DI BAB 9☆☆☆
“Aku menulis Bab tujuh saat aku kembali jatuh cinta padamu. Namun, sekarang aku menulis Bab sembilan untuk mengenang bahwa aku pernah begitu jatuh, sejatuh-jatuhnya, menaruh hati padamu.”
“ Inginku untuk menghapus cerita ini. Tapi, aku mengurungkannya. Aku akan menamatkan cerita ini sampai akhir, hingga kelak aku akan selalu ingat bahwa hatiku pernah di isi nama laki-laki bermata teduh–Caprio.”
“Selamat abadi Captain Caprio! Hiduplah selalu dalam tulisanku ini.”
☆☆☆
Caprio akhirnya mengerti mengapa Lara menangis dalam diam saat di toko Harrel. Lelaki itu tak henti menahan senyum saat tadi ia mendengar dari mulut Lara bahwa gadis itu sangat menyukainya semenjak empat tahun lalu. Ia juga sudah meminta kembali kalung berbandul permata yang pernah ia simpan pada Harrel dan telah memberikannya pada Lara. Tadi, Caprio juga memasangkan kalung itu di leher Lara.
“Sepertinya aku akan gila,” gumam Caprio sembari menelungkupkan wajah tampan nya di bantal. Lelaki itu bahkan menumbuk-numbuk bantal di sampingnya untuk menahan ke-saltingannya yang sudah overdosis. Hal sekecil ini saja mampu membuat Caprio kehilangan akal apalagi jika hal besar. Tapi sungguh! Caprio sangat merindukan suara Lara.
“Aku akan menelepon Lara.” Tak tahan lagi, Caprio akhirnya beranjak untuk mengambil handphone yang berada di meja dan menghubungi Lara.
“Halo? Lara?” Satu menit menunggu, tak ada jawaban yang ia terima padahal panggilan tersebut sudah di angkat. Saat akan mematikan panggilan itu, suara Lara yang berteriak begitu melengking sampai-sampai membuat Caprio menjauhkan handphonenya.
“Halo Riooooo!!!” Caprio tidak menjawab.
“Riooo!” Lara berteriak lagi dan hal itu membuat dahi Caprio mengerut dan ia membalas teriakan Lara dengan deheman.
“Kau dimana?” tanya Caprio.
“Ini aku sedang di kamar. Aku sangat repot. Papa mengajakku untuk makan di luar dengan yang lain.” balas Lara.
“Jadi kenapa kau repot sekali, uhm?” tanya Caprio lagi.
“Tentu saja aku repot. Aku baru selesai mandi karena tadi aku mengerjakan tugas yang menumpuk. Padahal papa sudah menunggu. Ck….” Di seberang sana, Lara berdecak kecil.
“Kenapa?” tanya Caprio sembari berjalan ke arah kasur, merebahkan badannya, dan handphone ia yang tempelkan di telinganya. Lelaki itu membuat lengannya sebagai bantal. Ia tetap sabar menunggu Lara yang sepertinya sedang sangat-sangat repot
“Isss! Aku kesal sekali. Rambutku terjepit.” Lara memang sedari tadi terus bergerak sembari berbicara dengan Caprio. Gadis itu pontang-panting mengeringkan rambut, memilih baju, merias, dan bahkan sesekali ia hampir tejungkal saking buru-burunya. Handphonenya ia taruh di meja sembari mengaktifkan speaker untuk mendengar suara Caprio.
“Terjepit dimana? Kenapa bisa?” tanya Caprio sedikit khawatir. Pasalnya, bagi Caprio, dari ujung rambut sampai ujung kaki Lara tidak boleh ada yang terluka. Uhuyyyy!
“Di pintu lemari…, aduh, akh!” Suara pekikan Lara lantas membuat Caprio terbangun dan langsung menegapkan badannya.
“Hey, ada apa? Kau kenapa? Laraa? ” Wajah Caprio bahkan sudah sangat serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAUT 2021 (On Eternal Patrol)
Teen FictionCaprio, lelaki dengan tatapan teduh dan tubuh jangkung-nya mampu membuat seorang gadis malang merasakan sakit yang teramat sakit dari semua kesakitan yang ada. Ketulusan, kebaikan, kesempurnaan bagaikan berlati yang menikam mati semua kebahagiaan ya...