Bab 6

5 2 0
                                    


WELCOMEEEEE!!!




“Jika semesta sudah membuatmu lelah dengan rasa sakit, datang saja padaku.”


☆☆☆



Kedua netra Lara memanas mendengar ungkapan-ungkapan yang keluar dari mulut Reka. Gadis itu bahkan tidak sadar bahwa air matanya sudah merembes keluar tanpa ia izinkan. Lara melangkahkan kakinya mundur dan rasa pusing serta sesak memenuhi hatinya.

“Dan asal kau tahu, bunga yang selama ini dia bawa ke kelas, itu bunganya dari Caprio! Itu untukmu, Lara! Untukmu!” Reka menjelaskan dan bahkan ingin menangis.

“Kau ingat kapan bunga itu pertama kali dia bawa, kan? Satu tahun. Satu tahun lalu, Lara. Dan dia membodohi kita semua selama itu!” Lara semakin memundurkan dirinya sembari memegang bagian dadanya. Reka menghampiri Lara yang sedari tadi mengeluarkan air mata, dan Reka mendekat sembari memegang pundak Lara yang  sudah merosot lemas.

“Kau ingat saat kita menginap di rumah Nera? Waktu itu Belia minta izin pulang nemuin ortunya yang baru pulang dari luar kota kan?” Lara mendengar semua ucapan Reka sembari memutar kembali kilas peristiwa yang sedang di sebutkan Reka.

“Kau tau apa yang dia lakukan?” Lara semakin was-was mendengarkan cerita yang akan di lanjutkan Reka. Tangan Lara sedikit bergetar apalagi saat ia menatap netra Reka yang di penuhi rasa marah dan kecewa.

“Dia nemuin Caprio, Ra.” Lara terduduk lemas di lantai koridor perpustakaan sembari menunduk, menangis. Hujan yang turun deras membasahi bumi membuat suara dan teriakan mereka tidak terdengar oleh orang lain. Apalagi saat ini, semua siswa Triwitra sudah masuk kelas sedari tadi, kecuali Reka dan Lara. Mereka berdua tidak masuk kelas walaupun mendengar suara bel berbunyi.

Tepat di sini, Reka menceritakan semua yang ia dan Jale tahu. Tentang bunga dan surat sejak setahun lalu, tentang nomor telepon yang Belia sembunyikan, dan tentang kejadian satu tahun lalu tepat hari ulang tahun Lara.

Setahun lalu, Caprio sering diam-diam melihat Lara dan Belia bersama-sama di sekolah dan bahkan di luar sekolah. Kedua gadis itu nampak akrab tak terpisahkan meski satu menit pun. Kemana Lara pergi, Belia akan ikut, begitupun sebaliknya. Belia itu terlihat sangat baik dan ceria, apalagi orangnya juga ramah.  Saat itu juga Caprio sudah sangat ingin mendekati Lara, tapi ia sedikit ragu mengingat gadis itu yang selalu ketus nan cuek.

Akhirnya, Caprio berencana ingin mendekati Lara dengan pelan-pelan saja. Ia kemudian menemui Belia dan menceritakan tentang perasaannya pada Lara. Ia berharap Belia bisa membantunya untuk dekat dengan Lara. Caprio senang sekali saat Belia mau membantunya, tanpa tahu bahwa Belia juga sebenarnya sangat-sangat menyukai lelaki itu.

Seminggu sebelum 29 Juli, tepat hari ulang tahun Lara. Caprio meminta nomor handphone Lara dari Belia yang segera di berikan gadis itu. Caprio sering mengirim pesan singkat ke nomor itu walaupun pesan yang ia kirim terkadang tidak masuk akal. Meski begitu, Caprio dengan orang di balik nomor itu sering kali bertukar pesan. Caprio berfikir bahwa Lara pasti akan segera menjadi miliknya mengingat keakraban mereka bertukar pesan.

Sehari sebelum ulang tahun Lara, Caprio mengajak Lara besoknya untuk bertemu di sebuah Cafe yang biasa digunakan anak-anak seusia mereka untuk nongkrong. Hari itu, Lara bilang ia akan datang besok, dan tentu hal itu membuat Caprio kepalang bahagia. Ia segera menelepon Jale dan Leo untuk menyuruh mempersiapkan kejutan di Cafe yang telah ia booking untuk satu malam. Ia mengeluarkan banyak uang untuk kejutan itu dan tentu saja uang itu hasil dari Caprio balap liar. Padahal saat itu, Caprio sudah ingin menghentikan hobinya untuk balap liar. Tapi untuk kejutan itu, ia kembali lagi melakukannya sampai terakhir ia kecelakaan.

LAUT 2021 (On Eternal Patrol)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang