AS : 02

513 40 0
                                    

Tandai typo!
Don't plagiarize!

Pemakaman Ashley sudah sangat sepi menyisakan sang Mommy yang tak henti nya menangisi akan kepergian sang putri tercinta.

Buliran air mata yang terus berjatuhan diatas tanah itu terus menderas tanpa sadar bahwa kini linangan airmata nya telah kering.

Moris hanya bisa mengikhlaskan sang putri walau rasanya sangat berat dan begitu sakit, ia mendekap erat sang istri dengan isakan yang tak mampu ia tahan.

"Ikhlaskan Ashley sayang..jangan seperti ini, putri kita akan sedih melihatnya" Tutur pria itu dengan suara parau nya

"Kenapa tuhan secepat ini menjemput Ashley? Aku merindukan nya, Moris"

Tak terasa hujan mulai turun membuat pakaian yang terbalut ditubuh kedua pasangan itu penuh tetesan air hujan.

Moris yang menyadari itu sontak berdiri dan membawa paksa Beth untuk pergi dari sana, melihat hujan yang kini menderas membuat keduanya mau tak mau harus pergi dari pemakaman alm sang putri.

Didalam mobil Beth menggigil kedinginan akibat cuaca yang dingin serta sebelumnya yang sempat kehujanan.

Moris cemas dengan keadaan sang istri yang terlihat tak baik-baik saja apalagi sejak mendapati berita mengejutkan 2 hari yang lalu alhasil membuat Beth drop.

Tingkat kesehatan nya yang semakin menurun jelas Moris yang merupakan suami nya ikut cemas dan panik, takut terjadi sesuatu pada Beth.

"Bertahanlah sayang sebentar lagi kita tiba-tiba dimansion" Ujar Moris sambil memberi kehangatan pada Beth

"Tuan jalan didepan sedikit macet, apa yang harus kita lakukan?" Ucap sang sopir sembari bertanya

Moris menatap dari dalam jalanan yang terlihat sangat macet akan pengendara yang saling membrobot jalan.

"Cari penginapan sekitar sini saja, Sam" Sopir itu mengangguk mengerti

Mobil yang mereka kendarai mulai berbalik dan mendatangi salah satu penginapan terkenal yang memang sudah memiliki akses untuk kediaman De'moena.

***

Beberapa hari kemudian cerita terfokuskan sebuah mata lentik yang terbuka dengan perlahan sembari menyelisik setiap sudut ruangan yang penuh dengan bau obat-obatan serta tabung yang berjejer rapi.

Dengan tubuh yang masih terasa sangat kaku juga pernapasan yang belum sepenuhnya optimal, sesosok gadis yang menjadi pasien di ruangan khusus itu hanya bisa menggerakkan bola mata indahnya kekiri dan kekanan tanpa ada pergerakan.

Bertepatan saat itu, pintu terbuka menampilkan seorang lelaki berperawakan tegap dan gagah yang cengo terdiam disisi pintu.

"H-helen.."

Gadis dengan nama asli Helena Magnoria Serennity  atau kerap sekali dipanggil Helen, menatap nya hanya dengan lirikan ujung mata.

'Siapa dia?' Pertanyaan yang mampu Helen buyarkan dalam benak

Langkah besar dari si lelaki tampan itu mendekat kearah nya selepas menutup pintu dengan sangat pelan.

Telapak besarnya ia gunakan untuk mengelus lembut pucuk kepala si gadis walau seutas senyum yang tak begitu lebar.

"Aku merindukanmu Helen" Ucap nya lalu mengecup sayang kening Helen yang terpatung

"Kau tahu? Aku sangat menantikan moment dimana gadis ku sadar dari tidur panjang nya ini"

Helen hanya diam tak merespon, selain kondisi nya yang belum bisa ia paksakan untuk mengeluarkan kalimat, ia juga tak mengerti maksud dari lelaki disampingnya yang tak ia kenali sama sekali.

Helen? Siapa Helen, dan mengapa lelaki itu memanggil nya dengan sebutan Helen yang padahal dengan kesadaran penuh ia masih mengingat jelas nama asli yang orang tua nya berikan selang kelahiran nya, yaitu Ashley.

"Kenapa hm?"

Ashley gadis itu masih belum menyadari keajaiban apa yang kini ia alami selepas dari kematian nya saat itu.

Bahkan untuk mengingat kejadian kelam yang ia alami di stasiun kereta belum sepenuhnya ia ingat.

"Shhh..."

Tiba-tiba saja ringisan ngilu keluar dari bibir mungil tubuh yang Ashley tempati akibat serangan sakit di kepala nya ya g membuatnya menjadi linglung bercampur kesakitan.

Lelaki yang ada disampingnya itu terkejut lalu mulai beranjak dari duduk nya dan memencet tombol darurat yang terletak ditembok atas bankar.

"Sttt tenang sayang tahan sebentar"

Dengan perasaan kalang kabut serta kecemasan menyadari bahwa sang dokter belum juga kunjung datang membuat nya hampir meledak dan bersumpah untuk melenyapkannya sang dokter bila terjadi sesuatu yang berbahaya pada gadis nya.

"Brengsek dimana dokter itu!" Jengahnya yang tak mendapati kehadiran sang dokter

Namun saat itu juga seorang dokter masuk dengan tergesa-gesa serta mata yang menatap takut pada sosok lelaki dari pihak pasien nya.

"Mengapa kau lama sekali, huh?" Tanya nya dengan tatapan bengis

"M-maafkan saya tuan rowland.."

Tak ingin membuang waktu cuma-cuma lantas sang dokter langsung melakukan pemeriksaan pada Ashley yang terlihat pingsan akibat kehilangan kesadaran.

Sang dokter menghela nafas lega selepas memeriksa keadaan Ashley, hal itu membuat Rowland bingung dan bertanya apa gadis nya baik-baik saja?.

"Nona Helen baik-baik saja, dan untuk  keluhan yang baru saja dialami oleh nya itu hanya efek dari bekas benturan di saraf otak. Namun tenang saja respon yang seperti ini normal dirasakan oleh seseorang yang mengalami cedera pada saraf otak. Jadi tidak perlu khawatir namun biarpun begitu akan tetap melibatkan sistem memori dari nona helen akan terhambat sementara" Terang sang dokter dengan rinci

Rowland sedikit terkejut namun masih bersyukur bahwa tak selamanya ingatan Ashley akan hilang.

"Baiklah kau bisa pergi sekarang"

Selepas kepergian sang dokter, Rowland pun mendekat dan duduk di kursi dekat nakas sembari memperhatikan Ashley yang tak kunjung membuka mata indah nya lagi.

Dengan penuh kasih sayang, Rowland mengelus surai indah Itu juga memberi kecupan singkat pada bibir tebal Helen.

"Aku mencintaimu Helen"

TBC

Yeyy Ashley sudah pindah jiwa aja nih, penasaran dengan sosok Rowland yang tokoh nya belum dijelaskan?

Janlup paket lengkap nya zeyenggg💋 See you~

Antagonis Special (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang