ဆယ့်ကိုး ; s y koe

488 77 28
                                    

Saat ini keluarga Kim tengah makan makan malam, disana juga ada Sehun selaku dokter yang akan menangani soal penyakit Rami. Kedatangan Sehun tentu saja menjadi tanda tanya untuk Irene dan juga ke-7 anak Kim lainnya.

"Rami."

"Hm?"

"Setelah makan malam nanti bisa kita bicara sebentar? Ada yang ingin appa bicarakan dengan kalian semua." kata Suho sambil menatap anak-anaknya.

Rami nampak bingung dengan apa yang ingin dibicarakan oleh ayahnya, dia mengangguk "Baiklah, kita bicarakan setelah makan malam nanti, appa."

Suho mengangguk.

Ruka menyenggol tangan Pharita yang membuat adiknya itu menoleh padanya "Apa?" tanya Pharita.

"Menurutmu apa yang ingin dibicarakan oleh appa?"

Pharita mengangkat bahunya, pertanda jika dia juga tidak tahu.

"Apa mungkin jika dia akan membicarakan soal warisan?" Ruka kembali bertanya.

Pharita memutar matanya malas "Dasar bodoh! Mana ada orang bahas soal warisan di dampingi seorang dokter bukan pengacara?!!"

Ruka menggaruk pipinya yang tidak gatal, tak lama dia mengangguk lalu kembali melanjutkan makannya.

Asa dan Ahyeon terkekeh bersama melihat betapa pasrahnya Ruka saat dimarahi oleh Pharita.

"Rami unnie."

Rami menoleh ke samping lebih tepatnya pada Rora "Apa sayang?"

Rora tersenyum, dia menunjuk satu menu makanan yang ada di depan Rami "Aku mau itu."

Rami mengikuti arah telunjuk Rora dan tatapannya jatuh kepada cumi pedas yang dibuat Asa, dia menggelengkan kepalanya pada Rora "Tidak boleh, itu pedas. Kau tidak boleh memakannnya, ingat! Kau belum benar-benar pulih!"

Bahu Rora langsung merosot setelah menerima penolakan dari kakaknya, dia menyupkan makananya dan dengan malas menguyah makanan itu dengan setengah hati.

Rami menggelengkan kepalanya, dia menepuk-nepuk lembut pucuk kepala Rora "Aku janji, setelah kau benar-benar sembuh nanti aku akan membuatkan semua makanan yang kau suka."

Mendengar hal itu mata Rora langsung berbinar dan wajahnya kembali bersemangat "Benarkah?!"

Rami mengangguk.

"Iya, benar."

Rora menatap mata Rami guna mencari kebohongan tapi ternyata dia tidak menemukannya, Rora langsung memeluk Rami dari samping "Terimakasih unnie, kau memang yang terbaik."

Rami terkekeh, dia merasa Rora terlalu berlebihan "Iya-iya, sama-sama. Sudah lanjutkan makanmu."

Rora mengangguk lalu dia melepas pelukannya dan kembali melanjutkan makannya dengan semangat, Rami menggeleng pelan lalu dia pun kembali melanjutkan makannya.

"Rami unnie, lalu bagaimana denganku? Apa kau tidak menyayangiku? Apa kau hanya menyayangi Rora unnie saja?" tanya Chiquita yang ada disebrang Rami yang tepatnya ada disamping Irene. Gadis itu memandang kakaknya dengan tatapan kesal.

Rami terkekeh kecil, adiknya itu selalu mengeluarkan pertanyaan yang tidak bermutu jika dia tengah cemburu pada Rora.

"Tenang saja, tidak perlu cemburu seperti itu. Kau juga adikku, sudah pasti aku pun menyayangimu. Kau dan Rora itu sama, aku tidak akan membeda-bedakan kalian. Sebisa mungkin aku akan bersikap adil, jika Rora mendapatkan satu hal dariku maka kau juga harus mendapatkan satu hal yang sama dariku."

"Ingatkan aku jika aku sampai mengabaikan mu, Chiquita." tambah Rami sambil menaruh sepotong ayam dipiring Chiquita.

Chiquita cukup terpaku dengan jawaban Rami yang benar-benar menyentuh perasaannya, bukan hanya Chiquita tapi mereka semua yang ada dimeja makan juga ikut terpaku dengan ucapan Rami.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

STAY (shin haram)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang