Selepas itu, kita berbagi tawa lebih dari biasa, duka pun tertuang pada rasa saling mengerti, bicara antara hati dan hati. Kita dengan masa lalu yang tak ubahnya ranting kayu dibakar hangus, menjadikan abu yang di hamburkan langkah kaki sesaat setelah ia tiba.
Kembali aku berjalan, menyusuri hutan setapak demi setapak, merakit rumah kayu tepat dibawah sinar mentari pagi, dengan jemari terluka memikul ranting kayu sebagai bahan utamanya.
Seperti itulah tujuanku kini saat memilihmu, meski seharusnya tak begitu, bukankah April lalu telah mengajari, bahwa mencintai seseorang dengan berlebih, bisa jadikanmu abu kembali, karena kecewa akan selalu bersembunyi pada harapan, dan menjadikannya cukup dalam kenangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Berlalu, Kamu Untukku
PoetryDia adalah khayalan yang berlalu, sampai akhirnya kamu datang membuat aku tak bisa berlalu darimu dan membuatmu selalu ada untukku