Ketiga : Alurnya Hancur

20 11 2
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Alice mengeluh pelan ketika merasakan tubuhnya terombang-ambing kesana kemari. Ditambah rasa perih dan kebas yang menyatu di bagian pahanya membuat Alice enggan membuka mata.

"Sakit banget, shibal. Pengen gue potong aja ini paha." ucap Alice dengan lemah. Rasa kesal di dalam hatinya menyeruak begitu saja.

"Mau ku bantu potongkan?"

Kesadaran Alice tiba-tiba sepenuhnya kembali. Kemudian kepalanya mendongak ke atas. Dan terpangpang lah, seorang pria dengan wajah yang sangat tampan meskipun ekspresi yang di tampilkan pria itu hanya datar.

Bayangkan, Alice duduk di pangkuan seorang pria! Di atas kuda tapi.

Mereka saling berhadapan, kaki Alice menumpu di samping pinggang pria ini. Dan tangan kiri pria ini... Memegangi pinggang Alice.

Pipi Alice tiba-tiba merona karena malu. Astaga, tolong. Ini posisi yang ambigu... Alice sedikit tidak nyaman. Apalagi mereka sedang berada di atas seekor kuda.

"D-dimana saudara saudaraku?" tanya Alice dengan kaku. Kedua tangannya ia tumpukan di dada agar menghalangi dadanya bersentuhan.

Pria itu menunduk sebentar, menatap lekat Alice kemudian memutuskannya dan kembali fokus ke depan. "Bersama para pengawalku."

Alice mengangguk pelan, memilih diam dan tidak membuka suara lagi. Bahkan, gadis itu sama sekali tidak berani bergerak dalam keadaan seperti ini.

"Bisakah aku berpindah posisi? Ini tidak nyaman..."

Pria itu menghela napas pelan. "Itu akan menghambat perjalanan. Kalian membutuhkan pertolongan segera," balas pria itu dengan dingin.

Pria itu adalah Raymond. Putra Mahkota yang terkenal kejam itu. Seorang putra kerajaan yang jarang berada di Istana.

Tadi, saat mereka memutuskan akan membawa ketiga bersaudara itu, terdapat sedikit perselisihan antara kakak beradik.

Siapa lagi kalau bukan Alion dan Arresea?

"Kau gila kak?! Bagaimana mungkin aku membiarkan Adikku dibawa oleh orang yang terkenal kejam itu?!" Arresea terlihat marah ketika Kakaknya Alion menyetujui kalau Alice akan dibawa oleh Raymond.

Alion menggeleng pelan. Jujur, tenaganya sudah habis. "Aku percaya pada Tuan Raymond, Sea. Dia pribadi yang baik, percayalah."

Arresea terlihat mendesah kesal. "Kak?"

"Yang terpenting sekarang adalah keselamatan kita bersama, terutama adik kita." ucap Alion menenangkan.

"Sudah, jangan khawatir. Kakak percaya pada Tuan Raymond."

Saat itu, Raymond memang sedikit mendengar sepatah dua patah kata apa yang mereka pertengkarkan. Tetapi Raymond sama sekali tidak kesal.

Semua orang memang menganggap kalau dirinya adalah monster. Monster yang membunuh ibunya sendiri.

Mrs Alice (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang