Chapter 5

222 25 12
                                    

Khaotung menghentak-hentakan ujung bulpoin yg dia genggam erat keatas meja. Kepalanya mulai pening memikirkan apakah keputusan yg dia ambil sudah benar atau tidak. Dia tidak ingin menyesali pilihannya di kemudian hari

Memikirkan kembali bagaimana First menghancurkan segala masadepan yg sudah dia rancang dgn indah membuat Khaotung yakin dgn apa yg akan dia lakukan. Namun ketika melihat bagaimana First menawarkan kebahagian baru untuknya membuat Khaotung mulai goyah.

Apa ini yg benar-benar dia inginkan?
Akankah dia merasa senang atau justru ikut tersakiti nantinya?

Jujur saja, hidup berbulan-bulan bersama First tidak terlalu buruk. Khaotung mendapatkan segala yg dia inginkan. Kemewahan, ketenangan, merasa dicintai, dia tidak perlu mengkhawatirkan apapun.

Tapi bukankah gelas yg sudah pecah tidak bisa disatukan dgn sempurna lagi?

Mungkin First memang berhasil menyatukan kembali kepingan-kepingan yg sudah terpecah belah itu. Tapi tetap saja masih banyak retakan disana yg bisa hancur kembali suatu saat nanti, bahkan mungkin pecahan itu akan lebih menyakitinya nanti.

First mungkin sudah melupakan bagaimana dia menyakiti Khaotung ketika itu. Namun orang orang diluar sana masih akan tetap mengutuk Khaotung dgn cacian kasar dan menganggap Khaotung adalah aib yg menempel pada kehidupan First yg sempurna. Mereka tidak akan pernah berhenti mengatainya sebagai seorang pelacur murahan yg menggoda seorang pangeran kaya raya untuk mendapatkan uang dan kemewahan.

Derap langkah kaki seseorang menyadarkan Khaotung dari kebimbangannya. Dengan cepat dimasukkannya dua lembar kertas serta beberapa barang lainnya kembali kedalam kotak kecil yg buru buru dia letakkan diantara buku buku yg ada di atas rak ruangan kerja First.

"Khao... Apa yg kau lakukan selarut ini?"

First yg melihat pintu ruang kerjanya terbuka dgn lampu menyala memutuskan untuk memasukinya. Dan benar saja ternyata Khaotung ada didalam sana dgn sebuah buku ditangannya. Senyumnya merekah menyambut First yg baru saja kembali.

"Aku mencari buku ku yg tertinggal di ruangan mu."

Khaotung memeluk lengan First, menuntunnya keluar dari dalam sana. Beberapa kali Khaotung mengedarkan matanya melirik tipis kearah kotak yg dia tinggalkan disana berharap First akan menemukannya besok atau hari hari berikutnya.

"Bagaimana makan malam keluarganya?"

Dengan telaten Khaotung membantu First melepaskan dasi dan kemejanya, mengantinya dgn kaos santai yg biasa First gunakan untuk tidur. Layaknya seorang istri yg tengah melayani suaminya dgn penuh cinta.

First mengangkat bahunya malas, "tidak ada yg menarik, masih sama seperti biasanya. Tersenyum ketika kamera mengarah pada kami, saling memuji penuh kebohongan. Kau tau kan keluarga ku sudah sangat pandai melakukan drama seperti itu."

"Ingin ku buatkan minum?"

Hanya gelengan yg diterima Khaotung untuk tawarannya. First merebahkan tubuhnya diatas ranjang setelah menganti pakaian sepenuhnya. Ditariknya Khaotung agar iku berbaring disampingnya.

"Biarkan aku memelukmu untuk memulihkan tenaga ku."

First mengorbankan dadanya untuk dijadilan bantal oleh Khaotung agar dia bisa memeluk pria cantik itu lebih erat. Lelahnya setelah hampir seharian berpura-pura bahagia bersama keluarganya sirna begitu saja hanya dgn melihat dan memeluk Khaotung seperti saat ini.

"Sepertinya sangat lelah." Ujar Khaotung karena First memeluknya sangat erat.

"Hhmm... Karena berpura-pura bahagia juga butuh tenaga extra, aku harus segera mulihkannya." Semakin erat, First juga membubuhkan kecupan ringan pada puncak kepala Khaotung.

KARMA (FirstKhaotung) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang