Chapter 4

263 29 31
                                    

Entah sudah berapa banyak matahari terbit yg telah dilewati oleh Khaotung tanpa meninggalkan istana milik First. Semua berjalan seperti yg Khaotung harapkan. First benar benar meratukannya, Khaotung berhasil membuat pria itu menyerahkan seluruh hatinya. Segalanya akan dilakukan oleh First agar Khaotung tidak meninggalkannya dan tetap bahagia berada disisinya.

Tapi bagaimanapun, sebahagia apapun Khaotung bersama First, tidak pernah sedikitpun membuat Khaotung melupakan apa yg sudah First perbuat padanya. Dendam itu masih bersarang disana, jauh didalam hatinya yg tidak pernah bisa memaafkan First.

Masih terekam jelas didalam benak Khaotung bagaimana First menghancurkan masadepannya, merenggut cita-citanya, merusak segala impiannya. First hanya beruntung saja sampai detik ini karena Khaotung masih menahan dirinya untuk tidak segera membalas perbuatannya. Khaotung masih menunggu waktu yg paling tepat untuk membuat First menangis darah bahkan bersujud dikakinya demi sebuah kata maaf.

"What are you doing?"

Untuk saat ini, menjadi Khaotung dgn hati yg lembut dan mencintai First adalah drama yg harus dia lakukan dgn amat sangat baik.

"Sudah waktunya makan malam."

Khaotung mengangkat dua buah piring lengkap dgn daging sapi yg masih berasap diatasnya. Karena tidak ada kegiatan lain yg bisa Khaotung lakukan, dia slalu berusaha menyiapkan makan malam mereka sendiri sembari menunggu First datang.

"Sudah ku katakan padamu, tidak perlu menyusahkan dirimu sendiri dgn memasak setiap hari. Kita bisa membeli dari luar."

"Duduk lah."

Pria yg hanya mengenakan celena pendek dgn kemeja putih kebesarannya itu menepuk kursi kosong disampingnya, mempersilahkan First untuk mengambil tempatnya. Belum sempat Khaotung menyingkirkan dirinya untuk duduk berseberangan dgn First, tangannya ditarik oleh First yg kini membuatnya terduduk diatas pangkuan pria tampan nan mempesona itu.

 Belum sempat Khaotung menyingkirkan dirinya untuk duduk berseberangan dgn First, tangannya ditarik oleh First yg kini membuatnya terduduk diatas pangkuan pria tampan nan mempesona itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sebenarnya mana yg ingin kau sajikan sebagai makan malam ku, huh?"

Senyum First merekah begitu indah. Bukan kali pertama memamg melihat Khaotung dgn pakaian yg dgn mudah menggoda jiwa pria sejatinya. Tapi tetap saja sosok Khaotung selalu berhasil membuatnya terkagum-kagum dan tidak bisa menahan dirinya untuk tidak menggoda Khaotung sehari saja.

Khaotung menepuk pelan tangan First yg mengusap lembut pahanya yg terbuka. Mata berbinar itu sungguh menghipnotif First, betapa indahnya anugerah yg diberikan oleh Tuhan hanya untuk dirinya.

Dengan belaian lembut penuh kasih, Khaotung meraih wajah First. Dirapikannya beberapa helai rambut yg menutupi mata kiri First. Tatapan penuh cinta yg slalu diberikan oleh First padanya terkadang juga berhasil menggetarkan satu bagian pada dadanya.

"Kau bisa mendapatkan makanan penutup mu nanti."

Sebuah kecupan ringan dan lembut Khaotung hadiahkan pada First sebelum mengyingkir dari pangkuannya. First hanya melirik Khaotung dgn mata memelas, tapi sayangnya itu sama sekali tidak berhasil. Khaotung sudah duduk dgn tenang dihadapannya, bahkan pria cantik itu sudah mulai mengunyah makan malamnya.

KARMA (FirstKhaotung) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang