"Kalau begini terus, gimana caranya gue hidup tanpa lu, ngit?"
Saat sedang memfokuskan perhatian pada tali sepatu yang telah dikenakan oleh [Name], setelah mendengar pertanyaan dibaluri oleh melankolis ia mendadak mengerutkan dahi dan menatap bingung ke arah sang gadis, berusaha mencari maksud atas perkataan yang ditorehkan nya.
Apakah ini karena filem yang baru saja mereka tonton yang dimana salah satu peran utama akhirnya memilih untuk mengakhiri hidupnya ketika mengetahui bahwa sosok kekasih yang selama ini selalu bersamanya ternyata harus kehilangan nyawa demi menyelamatkan sang Main Character?
Tak aneh jika gadis itu terlihat begitu khawatir jika keadaan mereka benar-benar berubah seperti hal itu, mengingat bahwa hubungan mereka dipenuhi hanya dengan Langit yang selalu berusaha melindungi dan mencukupi segala kebutuhan [Name] tanpa sedikitpun memberikan kesempatan padanya untuk melakukannya sendiri.
Bagi Langit, [Name] diibaratkan seperti sebuah patung porselen yang begitu rapuh, jika saja ia mengangkat sekalipun hanyalah ujung jari, rasanya seperti diri sang kaum hawa akan benar-benar meninggalkan sang insan pemilik iris gelap itu.
Terlukis sebuah senyuman penuh sendu di paras wajahnya yang jelita, memandang ke arah Langit seakan mencoba untuk memberitahu sesuatu dari pernyataan miliknya. Namun, jawaban dari pemuda bersiluet hitam itu hanya tertawa ringan dan tak sedikitpun ragu dengan kata-kata yang telah dilemparkan
Netra gelapnya bersirobok dengan milik [Name] yang dianggap Langit layaknya sebuah permata yang harganya tak akan bisa diraih hanya dengan uang semata, jemari tangan yang sedang mengikat tali sepatu sang empu kini telah menyelesaikan tugasnya, dengan lembut ia meraih kepalan tangan yang berada di atas kakinya sendiri, "Mudah aja, kita tinggal gausah berpisah 'kan?" ujarnya seraya melepaskan genggaman erat [Name] pada tangannya sendiri.
Tatapan pemuda dihadapannya yang begitu lembut hampir saja membuat sang ayu meleleh di tempat, wajahnya terbakar panas dan akhirnya ia memutuskan untuk memejamkan matanya dengan kuat agar dirinya tak perlu memandang paras tampan temannya, "K-kalau lo gini terus, lama kelamaan ga akan ada cewe yang mau pacaran sama cowo yang ngurus cewe lain terus," walaupun frasa yang ia keluarkan seakan mencoba membuat tembok antara keduanya, namun ekspresi serta tingkah laku yang diperlihatkan tidak sedikitpun menampakkan niat tersebut.
Kenapa gadis di hadapannya ini harus mengkhawatirkan hal itu sih? Padahal, sudah tertera jelas perasaan dan pikiran Langit mengenai sebuah hubungan romansa. Apakah belum cukup jelas dari segala jerih payah nya untuk membahagiakan [Name] adalah salah satu dari banyaknya tanda bahwa dirinya tidak memiliki sedikitpun keinginan untuk menjalin sebuah hubungan kecuali jika insan yang terlihat terlibat adalah sang adinda yang sudah sangat ia sayangi sejak dahulu?
Kekehan keluar dari liang bibir Langit.
Merasa tersinggung karena berpikir bahwa lawan bicaranya tengah menganggap remeh perasaan yang sudah ia lemparkan dengan penuh keberanian, ia menyampingkan pandangan, seraya mengerucutkan bibirnya dan berkata, "Lupain aja, emang mungkin gue aja kekanak-kanakan mikirin hal kayak gitu," nada bicaranya sama saja dengan ekspresi wajah yang menampilkan cemberut.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Day || BFB x Reader
FanfictionMerupakan sebuah fanfiction oneshot dimana berisi sebuah imajinasi jika saja kita menjadi salah satu bagian dari series yang bernama Bakwan Fight Back. [OPEN REQUEST]