Aku tidak pernah percaya pada tuhan.
Setidaknya aku tak pernah mempercayai jika Dia ingin menolong jiwa ku yang keji ini.
Tubuhnya tengah meringkuk. Di kegelapan yang tak ada satupun nyawa terlewat untuk menyadari keadaan sekarat [Name] yang sedang mencoba melawan nasibnya untuk bertemu dengan kematian.
Tapi apa dayaku? Lagian, bukannya kata orang ini cobaan yang diberikan-Nya?
Kalau benar, aku sudah sangat yakin aku telah gagal melewati tes itu.
Kesadarannya seakan telah berada di ujung jembatan kematian, pandangannya sudah kabur bahkan untuk melihat uluran tangan sendiri tampak seperti ia mempunyai jari berlebih yang seharusnya tak tertera dalam kondisi tubuhnya.
Jika ditanya selama ini apa hal yang membuatku mengatakan bahwa 'jiwa' ku ini keji-
sungguh, aku akan berkata bahwa yang kulakukan sudah terlalu banyak daripada takaran amal baik ku.
Mulutnya yang terlihat tipis disertai dengan luka akibat kurangnya cairan yang memasuki tenggorokan sehingga bibir terpaksa harus berkerak, ia mencoba membukanya dengan harapan bahwa ada sedikit cahaya di ujung hayatnya walau selama ini hidupnya dipenuhi dengan kebajikan.
Uluran tangan yang terlihat seperti sebuah tulang tanpa sedikitpun lemak sehingga kulit membentuk permukaan tulang dari luar tampak terangkat mencoba setidaknya untuk menarik sebuah atensi jika saja ada sepasang mata yang tak sengaja melirik ke arah gang gelap yang dikenal sebagai tak berpenghuni.
Apakah bertindak jahat akibat kekurangan yang dimiliki sejak kecil memanglah suatu hal yang tak pantas mendapat belah kasih Sang Maha Kuasa?
Harapan itu perlahan mulai sirna, mengikuti kelopak mata yang juga perlahan-lahan ingin menutup kesadaran untuk memberitahu bahwa semua penderitaan yang sudah dipikul sejak lama oleh [Name] akan berakhir disitu juga beriringan dengan nyawanya.
Ia tahu, bahwa penyelamatan pada saat ujung kehidupan dimana sering sekali dibicarakan oleh orang-orang beruntung di luar sana bukanlah suatu hal yang bisa dirinya raih dengan mudah. Bagi [Name] yang merupakan seorang yang tidak mempunyai sifat religius, hal itu laksana kemampuan fantasi yang hanya muncul di sebuah filem yang cuman membawa harapan sosok anak kecil hancur berkeping ketika menemukan betapa kerasnya realita daripada yanh ia bayangkan.
Hanya saja, bukankah seharusnya Tuhan memberikan sebuah tanda agar diri ku yang berpendirian rapuh menjadi yakin setelah merasakan kekuasaan yang diberikan?
Jujur saja ia takut, takut menghadapi akhir hayat yang harus ia temui di waktu umurnya yang bisa dibilang terlalu muda untuk meninggalkan dunia dengan rasa puas pada hidup.
Tak sekalipun ada saat dimana [Name] sudah pernah melewati sebuah skenario ataupun kejadian yang dapat orang-orang cap sebagai waktu yang berharga dan menyenangkan yang bisa meningkatkan rasa kebahagiaan nya ketika pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Day || BFB x Reader
FanfictionMerupakan sebuah fanfiction oneshot dimana berisi sebuah imajinasi jika saja kita menjadi salah satu bagian dari series yang bernama Bakwan Fight Back. [OPEN REQUEST]