Suara keras itu beruntun menggema di dalam sebuah ruangan bernuansa hitam dan abu. Pelatuk yang berbunyi tiap menit menjadi saksi berlanjutnya suara tembakan yang kini tengah dilayangkan oleh lelaki muda dengan tubuh kekar. Terlihat dengan jelas otot-otot tangan yang kini seakan aktif dengan sempurna. Mata nyalang itu terlihat tak asing.
Dor! Dor! Dor!
Tiga peluru kembali meluncur cepat nan sempurna menembus titik tengah pada papan target. Kaca mata hitam yang kini tegak dengan gagah bersandar di hidung mancung miliknya menjadi pelengkap bahwa ia sempurna. Ia tersenyum kecil, ah! Senyumnya pun terlihat tak asing.
"Otot di tangan lo masih tegang pasca cedera karena tanding boxing," tutur lelaki berumur yang semula berdiri tegap di sampingnya kini melangkah untuk mengistirahatkan tubuh di salah satu kursi di sana.
Meletakkan senjata andalannya di atas meja, ia menatap sang pelatih menembaknya dengan gelengan kepala yang mengisyaratkan tidak setuju dengan apa yang pelatihnya katakan. Tangan kekar itu kini melepas kaca mata hitam yang bertengger di hidungnya. Menggantungkannya di kaos hitam press body yang ia gunakan. Oh sungguh, pemandangan ini sangat memabukan.
Kakinya melangkah dan terduduk dengan santai tepat di mana pelatihnya terduduk. "Gue masih bisa dapat nilai yang sempurna. Cedera kecil itu nggak berarti apa-apa buat gue, Om."
Gelagatnya begitu angkuh namun dapat diterima. Ia mengatakan apa yang memang terjadi. Tidak berlebihan dan tidak kurang. Ia pandai menilai diri.
"Bokap lo bakal ngamuk ke gue kalau tau anaknya keras kepala karena terus-terusan latihan tembak saat lo baru aja sembuh dari cedera otot di tangan kiri lo, Aro," ujarnya dengan kekehan.
Matanya menatap lelaki muda yang ia panggil dengan sebutan Aro. Sang pemilik nama Aro itu terkekeh kecil dan mengangguk-angguk seakan sudah paham dengan kelakuan sang ayah.
Lelaki yang memiliki kekuatan lebih unggul pada tangan kirinya itu bernama Jaguaro Bjorn Rhysand. Wajah tampannya diwariskan dari sang ayah yang beberapa dari kalian mungkin mengenalnya dengan baik. Kekuatannya? Oh tidak perlu diragukan, 100% mewarisi bahkan lebih berbahaya dari sosok Azgara Nattha Rhysand.
Jemari Jaguaro kini meraih botol air mineral dan menenggaknya hingga tetesan terakhir. Telinganya kembali mendengar celotehan yang Axelion berikan. Om Axel, lelaki muda itu biasa memanggilnya seperti itu. Teman baik sang ayah sekaligus pelatih pribadi olahraga tembak yang ia geluti.
"Gimana respons Amora waktu tau lo cedera?" tanya Axel seraya menyalakan sumbu rokok di apitan bibirnya dengan pemantik. Lelaki paruh baya itu menghembuskan asap yang mengepul dengan sempurna.
Jaguaro tersenyum kecil. Matanya menatap lubang yang ia hasilkan hari ini di papan target. "She cried so fucking hard. Dia lupa anaknya ini jagoan," jawabnya diiringi dengan kekehan.
Axel yang mendengar jawaban anak dari kawan baiknya itu ikut terkekeh kecil. Jawaban yang Jaguaro berikan sungguh mengingatkan Axel bagaimana Azgar menghabiskan masa mudanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DARK ZONE - [JAGUARO]
Romance[FOLLOW TERLEBIH DAHULU UNTUK MEMBACA SEMUA PART] "This man was like a dark zone in a burning candle." - Isabelle Jasmine. Katakan bahwa seseorang berbahaya, namun ia jauh lebih dari kata berbahaya. Katakan bahwa seseorang tidak dapat tertandingi, m...