Bagian Lima

190 31 3
                                    

nadila berdiri di depan konter makanan, saat ini mereka berada di bioskop sesuai kesepakatan "kakk pit.. mau pesen apa?" tanya nadila, setelah peter berdiri disampingnya dengan memegang dua tiket.

"Cola, popcornnya yang sweet.." ucap peter

setelah didepan mereka keluar dari antrian sekarang giliran nadila yang memesan "mbaaa.. milo dino satu, popcorn sweet satu yang ukuran couple.. terus cola big satu.. sama kentang ukuran xxl.." ucap nadila.

peter mengetukkan jarinya dimeja membuat nadila memperhatikan kuku jari peter yang rusak "aku udah pernah ngingetin loh yahh.. kuku tuh jangan digigit.. kak peter lagi mikirin masalah apa sih.. "tanya nadila,

membuat peter terdiam kaget tapi tidak sempat menjawab karena pelayan memberikan pesanan mereka."terima kasih mba.." ucap nadila, dia membawa milo dino sedangkan sisanya berada di tangan peter.

peter memegang cola ditangan kanannya dan plastik makanan di tangan kiri, ia menggunakan lengan dalam untuk mengaitkannya di leher nadila agar gadis itu berjalan bersisian dengannya

peter tertawa melihat wajah cemberut nadila yang berusaha melepaskan dirinya tapi baru bisa setelah mereka duduk dibagian agak tersembunyi di antara lorong sambil menunggu pintu teater terbuka

"alasan aku ngajak kamu ketemu sebenarnya nggak cuman nonton nad.. ada yang mau aku omongin.."

"ngomong aja.." ucap nadila santai, ia mematikan ponselnya agar fokus berbicara pada peter.

nadila menyadari di leher peter ada tanda kissmark dan ia sadar tanda merah di leher laki-laki itu ulah siapa.

dia bukan anak-anak ia sangat tahu kegiatan apa yang peter lakukan. nadila sudah pernah bilang bahwa dia hapal semua kebrengsekkan peter dan terima kasih kepada orang tuanya karena mengajarkan banyak hal dengan harapan ia bisa menjaga diri

"kak peter,, kemarin ketemu kak vania yah..?" tanya gadis itu pelan, menatap tepat mata peter.

peter yang kaget membulatkan matanya sempurna dan bergerak gelisah "iya.." ucapnya pelan tapi demi tuhan bukan ini yang mau peter bahas.

"aku nggak mau bahas vania,, ada hal lain yang akan kita bahas.."

"aku kira kakak mau curhat soal kak vania lagi,, hehehe.." tawa kecil meluncur dari mulut nadila walaupun hatinya tercubit perih.

nadila memutuskan pandangan mereka dan memilih menatap poster film coming soon di hadapannya "nad.. kamu serius suka sama ronald?" tanya peter.

respon nadila hanya menghela nafasnya berat, kebiasaan peter selalu menyimpulkan seenaknya.

"Kata siapa? sok tahu banget.." tanya nadila kesal.

"kelihatan jelas nadd.. kamu naksir sama ronald.." peter mengigit bibirnya kencang, entah untuk apa tapi sekarang ia ingin mengalihkan rasa tak nyaman di hati ke bibir yang ia gigit

"aku cuman jelasin ini sekali.. dan aku mohon kak peter biasakan untuk nggak asal bikin kesimpulan.. aku dekat dengan kak ronald nggak lebih dari dengerin curhatnya tentang kak salisa.. dan aku juga paham sedalam apa perasaan mereka,," nadila melipat tangannya di dada dan menoleh ke peter

"enggak semua perhatian itu artinya cinta,, aku ke kak ronald cuman perhatian ke adek yang ngeliat abangnya patah hati.. nggak lebih.. dan yang aku suka bukan kak ronald.." tekan nadila.

DEG.

jantung peter berdetak lebih cepat saat mendengar nadila menyukai orang lain "siapa.." kata itu langsung keluar dari mulut peter.

"adaaa.. udahh yah.. kesimpulannya, bukan kak ronald.." ucap nadila, dan memilih bangkit untuk masuk ke dalam teater. peter menatap punggung kecil nadila sampai terputus karena nadila memanggilnya untuk berdiri.

NilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang