Epilog (?)

64 9 17
                                    

"Hmmmm, I sih not sure yah." Kata Kikoru, menyilangkan kakinya sambil menyandarkan tubuhnya ke atas meja, menatap pintu kelas dengan wajah tidak yakin.

"Jahat lu Kikoru, pasti Pak Hoshina terima." Balas Iharu, menggelengkan kepalanya ketika mendengar ketidak percayaan temannya itu terhadap satpam kesayangan mereka. Suasana di kelas cukup tegang, mereka semua duduk mengelilingi meja yang ada di tengah ruangan, semuanya menunggu hasil dari rencana Haruichi. Haruichi sendiri juga terlihat tersinggung mendengar perkataan Kikoru, menaruh tangannya di depan dadanya dengan dramatis.

"Wah parah, Kikoru." Ucap Haruichi, nadanya seolah-olah Kikoru telah mengkhianatinya dan menusuknya bertubi-tubi dari belakang. Kikoru cuma memutar bola matanya, menatap kedua temannya dengan wajah datar.

"Bukan itu ih! I mean... Kayaknya Kafka bakal ciut deh before he even confessed." Balas Kikoru, Reno yang berada di sampingnya mengangguk setuju.

"Iya sih, Bang Kafka biasanya begitu." Gumam Reno, menghancurkan semua harapan semua murid yang ada di kelas. Hakua mengerang, membenturkan kepalanya ke atas meja 'Sampai kapan mereka akan menyaksikan drama kekanakan-kanakan dua pria dewasa itu?"

"Gue capek! Capek!" Ucap Hakua, dia sudah menjadi satu-satunya murid di kelas yang tidak memiliki pasangan, melihat mereka semua dengan perlahan menjalin hubungan dengan pasangan mereka masing-masing. Dia tidak iri, hanya saja, Hakua tidak paham kenapa orang-orang selalu ragu-ragu untuk menyatakan isi hati mereka kepada orang yang disukai.

"Hmmm, firasat aku lumayan bagus." Aoi tiba-tiba bergumam, membuat semua mata mengarah padanya. "Aku yakin Kafka akan berhasil." Tambahnya lagi.

"Iyakan~" Haruichi segera membalas, merangkul pacarnya itu dengan manja. Murid-murid yang lain segera mengalihkan pandangan mereka, mencibir di dalam hati melihat sikap centil Haruichi yang sekarang mulai menempelkan tubuhnya dengan Aoi.

"Eh, eh! Mereka datang!" Seru Minase ketika dia melihat Kafka dan Soshiro yang berjalan beriringan menuju kelas dari kaca jendela, semua murid segera berpencar, seolah-olah masih sibuk membersihkan kelas. Iharu dengan paniknya tanpa sadar memegang sapu yang terbalik, goresan gagang kayu dengan ubin lantai memekakkan telinganya. Reno yang melihat tingkah pacarnya itu cuma bisa menggeleng, menyenggol Iharu yang melempar senyuman kikuk ke arahnya. Tidak lama kemudian, pintu kelas terbuka, Pak Hoshina melenggang masuk dengan Om Kafka mengikuti di belakangnya.

'Eh- eh, bentar...' Mata semua murid terbelalak ketika melihat kedua pria dewasa itu, sempat menangkap tangan mereka yang awalnya saling memegangi satu sama lain, sebelum akhirnya berpisah ketika memasuki kelas. Selain itu, Om Kafka terlihat lebih berantakan dari biasanya, pipinya sangat merah, dan keringat bercucuran dari pelipisnya. 'Berarti... berarti...' pikir mereka semua.

Kafka mengangguk sambil tersenyum malu ketika matanya bertemu dengan Haruichi, membuat semua bocah-bocah yang ada di kelas kembali membelalakkan mata mereka. Ketika Pak Hoshina pergi keluar untuk mengambil sesuatu dari kantornya, mereka semua akhirnya bersorak, Iharu sampai-sampai mematahkan gagang sapu yang ada di tangannya saking semangatnya. Hakua melompat-lompat kegirangan, mendahului semua teman-temannya untuk memeluk Om Kafka dengan erat, tubuhnya yang besar dengan mudah mengangkat satpam yang cuma bisa melongo itu kemudian melemparkannya ke udara. Melihat kelakuan gadis itu, murid-murid yang lain segera mengikutinya, melempar-lempar Om Kafka yang sepertinya menahan muntah.

"Loh, kenapa nih ribut-ribut?" Suara Pak Hoshina menyadarkan mereka semua, menurunkan Om Kafka yang wajahnya masih pucat karena dilempar-lempar. Mereka semua cuma bisa tertawa kikuk, kembali pada tugas mereka masing-masing dalam membersihkan kelas. Pak Hoshina mengerjap bingung, mendekati Kafka yang langsung bersandar ke arahnya, meletakkan tangannya di punggung Hoshina.

Mak Comblang || Kaiju no 8 (lokal AU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang