RIP || Iharu

168 16 4
                                    

"Mau kemana dek?" Langkah Iharu terhenti ketika mendengar suara di belakangnya, tubuhnya mematung seketika. Bocah berambut pink itu menenggak liurnya saat suara langkah terdengar mendekatinya, keringatnya menetes, meluncur dari dahi dan turun ke pipinya. Dia tidak perlu melihat untuk mengetahui siapa orang yang di belakangnya itu.

"Dek?" Tanpa pikir panjang, Iharu segara berlari menjauh. Rambut berpomadenya bergoyang-goyang mengikuti derap langkahnya. Otomatis, orang yang memergokinya ikut mengejar, napasnya yang tersenggal terdengar oleh telinga Iharu.

'Pokoknya gue ga boleh ketangkep, ga boleh.' Iharu mengucapkan mantra itu berulang-ulang dalam pikirannya. Dengan sigap dia melewati segala rintang yang menghalanginya, bak sampah, tumpukan pasir, pohon, bahkan siswa yang baru saja keluar dari toilet dia lompati. Sebenarnya, Iharu cukup percaya diri bahwa dia tidak akan tertangkap, om-om itu tidak mungkin bisa menyusul. Tapi Iharu memutuskan untuk memanjat pagar, agar lebih aman.

"Kena kau dek!" Baru saja Iharu mendarat, dia langsung dihadapkan dengan dada seseorang, saat dia mendongak, wajah berkeringat dan marah menatapnya balik.

"O-om Kafka..." Satpam itu mendengus ketika mendengar ucapan bocah berambut pink itu, tanpa basa-basi langsung menyeret bocah yang memohon-mohon untuk diampuni kembali ke dalam pagar sekolah.

Sebenarnya Iharu tidak takut mengahadapi hukuman yang akan diberikan, paling-paling lari lapangan basket 10 kali atau menulis kalimat "Aku tidak akan bolos" berulang-ulang di papan tulis. Walau capek, dia lebih mau mengalami hukuman tersebut daripada...

"Eh, Kafka~" Ucap seseorang, menyambut kedatangan mereka berdua di ruangannya, membuat Iharu bergidik ngeri.

🦈~~~🦈

Iharu : Helep! Helep me!!!
Haruichi : 😴
Minase : Kenapa Iharu?
Kikoru : Udah beb gausah di gubris
Kikoru : Ketahuan bolos pasti itu bocah 😒
Hakua : Pacar lo bang @Reno
Reno : Bodo amat
Reno : Biar kapok
Haruichi : Kejam kali pangeran es 🥶
Reno : Bolos terus sih
Kikoru : Ngambek hayoloh @Iharu
Aoi : Iharu udah ga aktif lagi
Hakua : Berarti dia...
Kikoru : Mampus tu badak
Hakua : RIP
Haruichi : RIP
Kikoru : RIP
Minase : RIP
Aoi : RIP
Reno : ...
Reno : RIP

🦈~~~🦈

Iharu menghela napasnya ketika dia melihat percakapan teman-temannya, tangannya bergerak untuk membalas Kikoru yang terus saja meledeknya. Tentu saja Iharu juga gusar karena Reno bakal memarahinya lagi setelah dia dikembalikan ke kelas.

"Eits, Hp-nya bapak sita dulu." Iharu menelan air liurnya ketika Pak Hoshina, wali kelasnya sekaligus wakil kepala sekolah mengambil handphone Iharu dari tangannya. Senyumnya yang terkulum, menutupi aura gelap yang menguar dari tubuh pria berambut mangkok itu.

Saat ini Iharu sedang duduk diatas sofa di dalam kantor Pak Hoshina, kakinya bergerak mengetuk-ngetuk lantai. Sebelumnya dia berusaha bolos dari pelajaran sejarah yang membosankan, tetapi entah bagaimana, satpam yang biasanya hanya bisa berlari selama 10 detik ini sebelum akhirnya pingsan tiba-tiba berhasil menangkapnya. Sebenarnya Iharu mungkin berhasil lolos, jika saja dia tidak memakai jaket kulit dan menenteng helmnya saat mencoba kabur, sebuah kesalahan bodoh yang ia lakukan sehingga ketahuan oleh Om Kafka.

Pak Hoshina menaruh handphone-nya di dalam laci, pasti tidak akan dikembalikan sebelum sekolah usai, atau paling parah besok baru Iharu bisa menggunakannya lagi. Dengan was-was dia mengikuti semua gerakan wali kelasnya itu, badan bergetar ketika Pak Hoshina mendekat ke arah Om Kafka.

"Oiya, ngomong-ngomong soal Hp..." Bulu kuduk Iharu seketika berdiri ketika mendengar nada bicara Pak Hoshina, segera mengalihkan pandangannya ketika tangan sang guru olahraga itu mulai meraba-raba lengan Om Kafka.

"Aku belum ada nomor Hp-mu Kafka." Tanpa melihat, Iharu sudah tahu bagaimana wajah satpam sekolahnya itu, pastilah merah dan keringatnya mengucur deras bagai air terjun.

"E-eh... Punya saya, pak?" Om Kafka tergagap, matanya mengerjap cepat ketika tangan Pak Hoshina bergerak naik turun di atas lengannya, membuat Iharu hampir muntah saking jijiknya.

'Ya iyalah, punya siapa lagi? Punya bapaknya Kikoru?' Iharu mendengus di dalam hati sambil memutar bola matanya, mengubur wajahnya dalam lengannya, dan membuang napas panjang. Bakal berapa lama lagi dia akan mendengar percakapan yang membuat telinganya menjerit-jerit meminta ampun ini?

Benar, yang Iharu paling takutkan adalah menghadapi waktu panjang mendengar dua bapak-bapak saling menggoda seperti abg labil.

Mak Comblang || Kaiju no 8 (lokal AU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang