Chapter 3

7 1 0
                                    

Amoora memakan sarapannya yang berupa daging asap setengah matang itu dengan tenang. Tidak terganggu dengan desingan robot kristal yang terus mengikuti masing-masing pekerja di rumahnya.

Sementara itu, Nandhini juga pekerja lainnya harap-harap cemas memikirkan kristal tersebut berubah menjadi enam buah mata pisau.

"Amoora, begini ...." Nandhini hati-hati bicara di dekat Amoora yang sedang makan. Gadis itu tidak suka bila ada yang menganggu acara makannya.

"Katakan!"

"Ada undangan pesta ulang tahun di Kastil Mahasura nanti malam. Itu sekaligus pertemuan penting. Kau harus datang." Nandhini menjelaskan.

Amoora hanya membalasnya dengan anggukan. Ia meminum segelas jus jeruk dari gelas tabung panjang.

"Wina!"

Gadis pelayan yang dipanggil namanya itu segera mendekat. "Iya Nona."

"Sepotong apel dan anggur."

"Baik Nona."

Pelayan itu berlalu dari hadapan Amoora.

"Ayo Amoora, kita harus memilih gaun untuk acara nanti malam."

"Tidak perlu. Siapkan saja gaun biasa."

Nandhini mengernyit. "Ga-un hitam?"

Amoora mengangguk.

Nandhini tertawa sumbang. "Hitam lagi?"

"Maaf, maksudku, kau selalu memakai pakaian berwarna hitam di setiap pertemuan. Aku rasa ada baiknya sesekali memakai pakaian dengan warna cerah seperti pink, biru muda, lavender,—"

"Menggelikan!"

"Hah?" Nandhini melongo mendengarnya.

"Iya. Warna-warna seperti yang kau sebutkan barusan. Melihatnya saja aku jijik."

Perempuan dengan rambut coklat pekat terurai itu lalu menghela napas.

Ia lalu menunduk dan melihat pakaiannya yang berwarna biru muda dan putih. Nandhini meringis.

"Oh ya, tolong matikan dulu benda ini. Bagaimana aku akan pergi keluar bersamamu jika benda ini akan langsung menyerangku saat melangkah keluar kastil."

Amoora lalu menyentuh panel khusus pada kristal terbang. Meletakkan sidik jarinya di sana. Benda itu kemudian berhenti terbang dan jatuh ke lantai.

"Akan langsung kuaktifkan saat kembali."

****

Nuansa kastil dengan warna lavender tua dan gold itu tampak begitu mewah ketika lampu-lampunya dinyalakan. Lantainya dilapisi marmer mahal. Guci antik keramik yang diletakkan di sudut ruangan juga lukisan besar di dinding karya seniman terkenal memberikan kesan bahwa pemilik tempat tinggal bukan orang biasa.

Puluhan tamu undangan duduk di meja bundar sambil mengobrol ringan. Pelayan dengan seragam berwarna ungu gelap hilir mudik membawa nampan makanan.

Amoora memilih duduk di meja paling sudut serta paling belakang. Tidak suka menjadi sorotan di keramaian seperti ini.

Gaun hitam pekat dengan kerah v panjang itu sedikit memperlihatkan belahan dadanya. Ada kalung berlian seharga rumah tiga lantai di lehernya. Rambutnya yang sehitam pekat gaunnya itu digelung sedemikan rupa, beberapa rambut di kanan dan kiri wajahnya jatuh tergerai bergelombang. Manis sekali.

Di balik tampilan manis tersebut, Amoora tidak lupa menyelipkan pisau kecil di rambutnya yang bentuknya berkamuflase sebagai jepit rambut.

Wanita yang meminum segelas minuman berwarna merah tersebut menatap awas sekitarnya. Tetap waspada terhadap sesuatu. Apalagi di tengah jamuan makan malam seperti ini, banyak yang lengah untuk mengambil kesempatan mengacaukan banyak hal.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Anjani (I am Not Your Queen!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang