Roommate - 1

1.3K 39 3
                                    

Satu jam sudah kuhabiskan untuk menata pakaian dan barang bawaan dari koper ke lemari di ruangan yang akan menjadi tempatku beristirahat selama beberapa tahun ke depan. Aku datang lebih dulu dari roommate yang masih tak kuketahui siapa, aku hanya tahu namanya. Kuharap ia tak akan membuat masa kuliahku di negeri orang menjadi buruk.

Kuputuskan untuk membuat mie instan saat perutku berbunyi minta diberi asupan. Dapur dorm cukup lengkap, dengan dua kompor dan beberapa panci dan teflon, serta alat-alat lainnya. Sebenarnya, keseluruhan dorm dapat kuakui sangat bagus. Sepertinya ini adalah gedung baru, melihat dari interiornya yang masih sangat terawat. Syukurlah. Aku tidak akan tahan hidup di tempat kotor.

Seporsi mie instan goreng rasa ayam yang popularitasnya menembus level dunia ini habis dalam tiga menit. Aku masih lapar, tapi belum tahu harus membeli makan di mana. Aku belum punya teman atau kenalan di sini. Lagi pula, ini sudah malam. Aku tak mungkin keluar sendirian di lingkungan asing.

Sejujurnya, aku tidak menduga akan lolos saat mendaftar di London Business School. Waktu itu, aku sedang berada di mode berontak. Orang tuaku memaksa semua anaknya meneruskan perusahaan keluarga. Aku sebagai anak tengah yang tak suka diatur ini menantang. Jika aku tak lolos di LBS, aku tak akan melanjutkan pendidikanku di lingkup bisnis dan melanjutkan usaha keluarga. Sepertinya alam semesta tidak mendukungku. Kemarin, saat mengantar keberangkatanku di bandara, Papa terlihat sangat puas. Menyebalkan.

Bunyi pintu utama menyadarkan lamunanku. Akhirnya roommate-ku datang. Kutoleh kepalaku ke arah pintu dengan semangat. Eh? Kenapa yang muncul malah lelaki dengan tampang khas anak orang kaya yang tidak pernah napak tanah? Oke, kita tinggalkan dulu sifat judging-ku itu. Fokusnya adalah, kenapa dia laki-laki? Bukannya roommate-ku perempuan? Namanya memang agak rancu sih, jika kupikirkan ulang. Bintang Parama.

Lelaki berbalut coat sepanjang betis itu tak kalah bingung saat melihatku. Ia bahkan mengecek ulang nomor unit sebelum benar-benar masuk dengan dua koper besarnya. Dia berjalan ke arahku, berhenti di samping kitchen bar tempatku berada.

Ia berdeham. "Gue Bintang," ucapnya sambil mengulurkan tangan kanan, mengajakku berkenalan.

"Siva," balasku menjabat tangannya singkat. Tanganku tenggelam dibalik genggaman liat telapak tangan yang memperlihatkan beberapa urat itu.

"Gue kira Siva Arnanda laki-laki."

"Bintang Parama di bayangan gue juga perempuan."

"Well..." ujarnya canggung sembari mengusap tengkuk. Aku tak bisa menyangkal, wajahnya menawan. Rahang tegas berpadu dengan bibir tebal dan merah merekah, disertai tulang hidung yang tinggi dan bulu alis hitam tebal membuatnya cocok menjadi aktor. Nope, you need to behave, Siva.

"Gue udah beres-beres di kamar itu," jariku menunjuk pintu di sebelah rak TV. "Kalo lo keberatan, kita bisa switch kamar beberapa bulan sekali."

Bintang tak langsung menjawab. Ia membuka pintu yang ada persis di sebelah pintu kamarku itu. Setelah masuk ke dalam ruangan yang lebih kecil dari kamarku beberapa saat, ia kembali untuk mengambil kopernya.

"Gue aman aja kok sama kamarnya. Gak perlu ganti-gantian, repot barangnya."

"Okay then."

"Beres-beres dulu ya. Looking forward to share this space with you."

Mungkin, dia bukan orang yang menyebalkan, seperti penilaian tak berdasarku. Kuharap begitu. Aku tidak berselera untuk menghadapi kehidupan dorm penuh drama. Bagiku, dorm adalah tempat untuk istirahat. Menenangkan rasa lelah dari dunia perkuliahan yang kuyakin akan sangat sibuk. Tiba-tiba, ada bohlam menyala di samping kepalaku. Besok pagi, aku akan mengajak Bintang untuk membuat perjanjian kesepakatan selama tinggal bersama. Ya, itu adalah ide yang bagus.

---

Thank youuuu for 10k reads & 100+ votes! xx

Anyways, ada kisah dari karakter atau trope spesifik yang kalian mauuu, gak? Drop di komen, ya!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Women's CravingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang