Badan Pija terasa pegal, lantaran aktivitas ranjang yang baru usai. Disampingnya Bang Al tertidur lelap sedangkan dirinya, tidak bisa tidur. Apalagi aktivitas ranjang yang dilakukan menjelang pagi, entah bagaimana bisa mereka berdua melakukan ibadah suami istri setelah sholat subuh.
Pija memilih beranjak dari tempat tidur lalu memakai baju dan celananya dan melihat keluar ternyata hujan. Pemandang yang sangat di sukai Pija, yaitu cuaca yang mendung dan air hujan yang menetes sedikit demi sedikit. Di tambah saat berbalik ke tempat tidur melihat sang suami yaitu Bang Al tertidur pulas. Bagaimana bisa tiga kombinasi di pagi ini begitu pas.
Senyum Pija terbit begitu saja, memilih untuk membersihkan diri dan menganti baju hal berikut yang dilakukannya. Karena cuaca yang dingin, Pija tidak akan berlama-lama di kamar mandi. Dirinya akan ke spot favoritnya dirumah ini yaitu dapur. Membuat teh hangat, lalu membuat roti bakar dan memasak nasi.
Beberapa masakan sudah di pikirkan untuk di masak hari ini dan akan di eksekusi saat Bang Al bangun. Karena weekend seperti ini, mereka habiskan untuk bermalas-malasan. Tapi, soal makanan Pija tentu tidak ingin asal-asalan. Mengingat kesibukannya mengurus persyaratan wisudanya membuat rasa bersalah hadir, jadi, momen weekend ini menjadi penebus rasa bersalahnya untuk memanjangkan mulut dan perut suaminya dengan makanan yang istimewa di buat oleh
tangannya sendiri.Kembali naik ke lantai 2, membawah secangkir teh hangat beserta roti. Pija kembali merebahkan dirinya di ruang santai pada sofa panjang. Melihat keluar dan spot favorit yang kedua dirumah ini basah sempurna karena air hujan.
Yaitu balkon.
Sendiri seperti ini pikirannya kemana-mana. Mulai dari kenapa kedua orang tuanya pergi, nasib ayah Reynya setelah di tinggal istrinya dan keluarga Bang Al serta Ara yang baik banget dengannya. Memang terkadang pikirannya tiba-tiba muncul yang ini dan itu, Pija sadar itu. Beberapa keberuntungan yang di dapatnya, walau lebih banyak cobaan. Tapi, tetap saja hal itu patut di syukurinya.
Semuanya berjalan seperti roalcoater kadang tiba-tiba di atas dan kadang tiba-tiba di bawah. Kadang dirinya happy banget, kadang juga dia sedih banget. Pija ngga bisa mengontrol apa yang harusnya menghampirinya terus-menerus, tapi lagi-lagi kata syukur selalu terucap. Apalagi mengingat setelah pernikahannya dengan Bang Al, semuanya terasa jauh lebih baik. Sedihnya bisa biasa saja karena kehadiran Bang Al yang menjadi obat paling ampuh di kehidupannya.
Baru saja di pikirkan. Sosok Bang Al muncul dan langsung masuk di celah antara Pija dan sandara sofa. "Cepat banget, bangunnya yang." Pija tidak merespon apa yang Bang Al ucap. Pija memilih untuk mengeratkan pelukannya dan menghirup bau sabun Bang Al. Pija yakinin bahwa Bang Al keluar kamar, setelah mandi. Karena bau sabun yang di hirupnya.
"Cantik banget." Puji Bang Al. "Istrinya, siapa sih ini?" Al dengan mode bercanda.
"Istrinya orang, masa iya istrinya hantu." Jawaban Pija memang terkadang diluar nalar, candaan yang di jawab serius. Membuat Al mendaratkan bibirnya tepat di bibir Pija.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat ko gitu! 21+
Romance"Pija lo harus bantu gue. menikahlah dengan Bang Al." persahabatan dari sekolah menengah pertama sampai dia berdua duduk di bangku perguruan tinggi membuat tidak ada jarak yang hadir di antara mereka berdua. Saling tolong menolong tidak asing lagi N...