ᴥᴥᴥᴥᴥ
Tanpa Edit. Ingatkan kalau ada Miss Ty, ya...
ᴥᴥᴥᴥᴥ
Matanya menatap kehampaan, jemarinya memetik kelopak mawar merah satu per satu, kelopak indah tersebut berguguran disekitar kakinya, membaur bersama kepingan salju yang dingin namun lembut. Menghela napas panjang, perlahan-lahan ia berdiri, berjalan menuju tempat favoritnya.
"Tidakkah kau tahu? Posisimu sekarang harusnya milik putraku!"
Menghela napas panjang, ia menatap langit pucat yang memuntahkan kepingan putih salju yang telihat bersih dan tidak tercela. Tidak sama seperti dirinya.
Sungguh! Jaejoong benar-benar tidak tahu jika kebahagiaan yang selama ini dirasakannya seharusnya bukan menjadi miliknya tetapi milik saudara tirinya.
"Demi membiarkan putra mahkota menikah denganmu, Yang Mulia dengan kejam membunuh Karam! Mencabik-cabiknya dengan keji sampai abu pun tidak tersisa. Karena kau! Kau kejam seperti ibumu!"
Angin hangat menyentuh wajah Jaejoong. Kesalahan yang tidak pernah ia dan ibunya lakukan selalu menjadi tuduhan hanya karena ibunya menjadi istri kedua ayahnya. Lagi pula siapa yang mau berada diposisi seperti itu? Jika bukan karena kecocokan feromon ayah dan ibunya yang tinggi, keduanya tidak mungkin tunduk pada naluri alam dan melahirkan Jaejoong.
Jika bisa memilih, Jaejoong pun tidak ingin lahir dikeluarga seperti itu. memiliki ayah dan ibu biasa-biasa saja lebih baik daripada memiliki keluarga superior tetapi penuh dengan noda.
Lagi pula setelah ibunya meninggal karena tidak berhasil melahirkan adiknya, ayahnya mengurung diri dan menjadi gila. Bahkan cinta antara ayah dan ibunya terasa salah karena keadaan mereka.
Dengan lembut Jaejoong menyentuh perutnya, putra pertama yang dilahirkannya sama seperti ayahnya, mewarisi gen naga agung, awal kehamilan Jaejoong berharap anak keduanya akan sama seperti dirinya, terlahir dengan gen rusa salju putih sama sepertinya dan ibu Jaejoong. Namun harapannya terlihat seperti kepingan salju dimatanya, yang perlahan-lahan terjatuh ke tanah dan mencair.
"Karam dan putra mahkota adalah kekasih sejak lama, dan kehadiranmu membuat semuanya berantakan! Kembalikan Karam padaku! Dasar pelacur tidak tahu malu!"
Berhenti sejenak, Jaejoong meraba tubuhnya sendiri, seluruh benda yang menempel ditubuhnya saat ini bukanlah miliknya yang sebenarnya.
Mahkota yang dipakainya harusnya milik Karam, Jaejoong melepaskannya.
Anting-anting rubi yang dipakainya di telinga kanan yang berpasangan dengan milik suaminya, seharusnya dipaai oleh Karam, Jaejoong melepaskannya.
Gelang giok dan cincin giok yang diberikan padanya pada hari pernikahannya seharusnya juga milik Karam, ia melepaskannya juga.
Sejak awal Jaejoong tidak memiliki apa-apa, dan akan begitu pada akhirnya.
Kalung...
Kalung, hadiah pertunangannya dengan sang suami pun dilepaskannya. Meskipun kalung tersebut dimantari dan hanya bisa terlepas ketika salah satu dari mereka meninggal, Jaejoong tetap memaksa melepaskan kalung tersebut, membuat leher dan telapak tangannya tergores. Darah merah menetes dari jemari Jaejoong, seperti air mata yang perlahan-lahan mengalir dari sepasang mata indahnya, membasahi wajah pucatnya.
ᴥᴥᴥᴥᴥ
"Coba ulangi lagi?" Yunho yang sedang bermain dengan putra kecilnya menatap pelayan yang menundukkan kepalanya dalam-dalam.
"Wanita itu berhasil lolos dari pengawasan dan menemui Pangeran Jaejoong."
Yunho segera menyerahkan putranya pada pengasuhnya, ia berdiri, ada kepanikan pada wajah tampannya, "Dimana Jaejoong sekarang?"
"Taman mawar, Yang Mulia..."
Yunho bergegas. Taman mawar berada di belakang istana, dibalik tanaman yang indah dan harum terdapat sebuah tebing, mulut gunung berapi yang tertidur selama ribuan tahun. Tempat itu biasanya digunakan untuk menetaskan telur naga tetapi mereka yang tidak memiliki darah naga dalam tubuhnya bisa terpanggang begitu saja jika mendekat kesana.
Wanita itu adalah ibu Karam, wanita beracun yang hatinya dipenuhi kedengkian. Yunho bisa menebak apa yang kemungkinan dikatakan wanita tersebut pada Jaejoong. Meskipun wanita tersebut bisa dianggap ibu Jaejoong juga tetapi matanya selalu dipenuhi kebencian dan kecemburuan pada Jaejoong.
Dulu, sebelum menikahi Jaejoong, Yunho dan Karam memang memilki hubungan istimewa, namun karena beberapa hal keduanya berpisah. Mungkin karena kecewa tidak bisa menjadi anggota keluarga penguasa, wanita tersebut menghasut Karam untuk merayu dan menggoda Yunho. Raja yang tahu segera memberi hukuman pada Karam. Tubuh Karam dicabik-cabik oleh cakar Raja didepan mata wanita tersebut. Kemudian karena kecocokan feromon, Yunho dinikahkan dengan Jaejoong yang masih bersaudara dengan Karam.
Tetapi Wanita tersebut telah dikurung dan diawasi dengan ketat, bahkan orang-orang menganggap wanita tersebut sudah meninggal karena kesedihan diabaikan oleh suami dan kematian putranya. Tidak ada yang tahu bagaimana ia bisa lepas dari pengawasan dan bergegas menemui Jaejoong.
Saat ini Jaejoong sedang mengandung anak kedua, kondisi emosinya agak tidak stabil dan gampang terpengaruh oleh omongan yang menyakitkan. Yunho tidak pernah menceritakan masa lalunya dan hubungannya dengan Karam pada Jaejoong untuk menjaga perasaan istrinya. Meskipun keduanya menikah karena kecocokan feromon bukan berarti Yunho tidak memiliki Jaejoong dihatinya.
Cinta bisa tumbuh, bisa dipupuk seiring berjalannya waktu. Lagi pula siapa yang tidak akan jatuh cinta jika memiliki pasangan seperti Jaejoong? Menawan, pengertian, menyenangkan dan selalu memberi ketenangan.
Yunho menoleh ke arah bangku yang biasa diduduki oleh Jaejoong untuk berjemur saat cuaca hangat, ia mengendus udara, mencari jejak Jaejoong. Matanya membulat menyadari arah tempat ia mencium aroma istrinya.
Yunho bergegas, ia mengabaikan mahkota, cincin, gelang dan kalung yang berserakan di atas salju. Napasnya tersendat, matanya terbuka lebar ketika melihat gumpalan asap menyerupai seekor rusa betina dan anaknya.
Yunho jatuh terduduk, tubuhnya gemetar, bibir dan bahunya bergetar seiring air mata yang menetes di atas permukaan salju, air mata yang berubah menjadi mutiara cemerlang...
"Boo... bagaimana denganku dan Hyunno? Kenapa kau meninggalkan kami?" Yunho mendongak, menatap asap yang perlahan memudar serta gemuruh dari danau lava yang seolah-olah menyampaikan sesalnya kepada sang pangeran.
ᴥᴥᴥᴥᴥ
ᴥᴥᴥᴥᴥ
END
ᴥᴥᴥᴥᴥ
ᴥᴥᴥᴥᴥ
Iseng, beneran iseng. Jangan minta sekuel, jangan minta dijadikan chapter. Tak sanggup akuuhhhh....
Thursday, September 26, 2024
9:11:08 AM
NaraYuuki