Si kecil terisak hebat, telinganya berdenging mendengar nada tak beraturan dari tiap goresan biola yang dimainkan oleh orang yang mirip mommynya belum lagi suara riuh orang berpesta di lantai bawah benar benar memekakkan telinga. Dia tersiksa dia takut, gelap dan bau anyir darah mulai merebak di indra penciumannya.
Tes
Tes
Darah menetes dari sela sela jari wanita yang memainkan biola didepannya ini dengan kasar. Seolah olah tidak peduli dengan luka ditangannya, si wanita terus memainkan biolanya seraya menikmatinya.
Tidak tahukah dia bahwa si kecil yang berusia 5 tahun ini, sudah gemetar ketakutan?
"Mommy mana? Mommy ku mana hiks hiks"
"Nio takut mommy, Daddy hiks hiks" tangisnya sambil meringkuk dilantai memeluk kedua lututnya menenggelamkan wajah sembabnya di lipatan tangan.
Tiba tiba,
Brak
Dengan melempar biola yang dimainkannya, si wanita tergesa menuju si kecil tak memperdulikan alat musiknya yang rusak.
"Kau bilang apa hah, dengar mommy dan daddymu itu tidak akan kemari. Bagaimana kalo kamu ikut denganku manis" tangan penuh darah itu mengusap wajah si kecil meninggalkan jejak merah dan bau anyir yang menusuk hidung.
"Pergi, pergi, nio gak mau ikut kamu! Kamu jahat!" Tangan kecilnya menepis usapan yang terasa lengket dipipinya.
"Dasar bocah bilang apa tadi hah, berani beraninya bocah sialan seperti mu menolakku?!" Si wanita menjambak dan menyeret si kecil kemudian membenturkan kepalanya ke dinding.
"Akh!!"
"Akh!!" Sekali lagi Arsen terbangun dengan terengah engah.
"Mimpi sialan" batinnya.
Rasa sakit itu nyata, kepalanya berdenyut nyeri. Keringat mengucur deras dari pelipisnya, jantungnya berdetak kencang dengan tangan bergetar hebat.
"Sialan, tidakkah cukup rasa sakit kematian di kehidupan pertama sekarang rasa sakit itu juga menghantui di dalam mimpi juga?" Batinnya lagi lagi menghela.
"Hey, Nio. Ada apa little bearkau terlihat pucat. Dimana yang sakit hmm? Katakan biar Abang obati?" Suaranya lembut berbeda dengan sorot mata yang menatap Arsen dengan khawatir.
"Sejak kapan dia disini?"batin Arsen.
"Mimpi"
"Hemm, mimpi? Kamu mimpi buruk?" Alan mengernyit heran. Kedua tangannya memeluk Arsen menenggelamkan wajah si kecil ke ceruk lehernya.
"Itu terasa nyata, sakit, itu sakit" ucap Arsen seakan ketakutan dalam mimpi itu nyata beserta rasa sakitnya.
"Shtt, tidak apa apa Abang disini, kamu akan aman little bear" tangannya menepuk pelan punggung adik kesayangannya berharap dapat mengurangi rasa takut dari mimpi buruknya.
1 menit 34 detik kemudian
"Hik, srooot" dengan kurang ajarnya Arsen membuang ingus di baju Alan.
"Kayaknya Lo ke enakan ya meluk meluk gue. Hus hus pergi sana" usir Arsen lalu melepas pelukan mereka. Dengan tidak berperasaannya dia mendorong kakak pertamanya untuk keluar dari kamarnya.
"Hey hey, ada apa dengan little bear kita ini, apakah kamu malu little bear hmm? Tidak apa apa menangis bagi bayi sepertimu " Alan enggan beranjak walau si adik kecilnya mendorong tubuhnya untuk keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diego Arsenio Freeynata
Teen Fiction"Ini GILA!" , hanya kata itu yang mampu mewakili keadaan nya saat ini Dia Diego Arsenium Axelle harus bertransmigrasi ke raga Diego Arsenio Freeynata. "Dosa apa gue sampe ngalamin hal yang gak masuk akal gini" teriaknya frustasi dengan keadaan dirin...