Bab 3 : Keliling

312 24 4
                                    

"mommy kita mau kemana?" Tanya seorang anak kecil berusia 5 tahun pada wanita yang dipanggil momy.

"Sstt, ikutin momy aja ya sayang kita mau main, kamu dan momy hanya kita" jawab wanita yang dipanggil momy sambil menyeringai.

Kedua manusia beda usia tersebut berjalan menjauhi kerumunan yang sedang asyik berpesta di ruang tengah oh bisa dibilang seperti aula dengan pernak pernik yang menghiasi setiap ruangan, tak selesai hanya disitu diluar rumah pun keramaian terdengar dengan jelas. Yah sedang ada pesta ditempat tersebut.

Kemudian setelah menjauhi kerumunan kedua manusia beda usia tersebut sampai didepan sebuah ruangan. Ketika wanita dewasa yang dipanggil momy membuka ruangan tersebut terlihat berbagai macam alat musik didalamnya tanpa menghidupkan lampu dan hanya mengandalkan cahaya remang remang yang berasal dari luar wanita tersebut menarik tangan anak yang bersamanya untuk masuk. Tanpa menyadari ada anak kecil lain yang mengikutinya.

"Takut, momy takut gelap, disini gelap gak mau masuk" ucapan itu menggema memenuhi ruangan tanpa sekalipun diindahkan oleh sang lawan bicara sampai badannya gemetar ketakutan.

"Akh!" Teriak Arsen dengan badan yang bergetar serta keringat dingin membasahi bajunya.

"Mimpi apa gue, kenapa terasa nyata" tanyanya pada diri sendiri. Sambil menetralkan detak jantung yang menggebu Arsen menuruni ranjang dan beranjak ke kamar mandi untuk membasuh muka.

"Sialan, niat nya tidur awal malah kebangun gara gara mimpi huh" yah niatnya memang tidur awal setelah makan malam karena lelah setelah menjalani treatment fisioterapi pasca koma yang sudah dijalaninya hampir satu Minggu ini dan hasilnya dia sudah bisa berjalan dengan benar sekarang. Tentu saja dengan usaha yang menurutnya terbaik, emm lebih ke memaksakan diri sih.

"Yakali, gue mau tiduran Mulu tiap hari ogah ya" ucap nya waktu itu sebelum melakukan fisioterapi.

Setelah selesai membasuh muka Arsen berjalan beranjak duduk di sofa dan menyalakan televisi. Selama disini dia belum memegang yang namanya handphone, mana gak dibolehin keluar, pintu balkon dikunci tanpa pernah dibuka lagi. Aish sungguh definisi terkurung yang sebenarnya.

Asyik dengan pikirannya yang merencanakan beberapa cara untuk keluar dari kamar ini dan melihat situasi diluar, mengabaikan televisi yang menyala tanpa disadari kantuk mulai menyerang dan kemudian Arsen terlelap di sofa.

••

Bunyi tirai jendela dibuka membuat sang empu yang sedang nyenyak tidur terbangun. Arsen menyipitkan matanya karena silau.

"Hoam"

"Selamat pagi tuan kecil, kenapa tuan kecil tidur disofa? Apakah bed nya kurang  nyaman untuk tuan kecil? Perlu saya ganti?" Pertanyaan beruntun ditujukan padanya oleh seorang pria paruh baya yang familiar bagi arsen karena setiap hari dari dia membuka matanya di tempat asing ini orang inilah yang selalu menemani nya dan memastikan kebutuhan nya terpenuhi.

"Hah?" Dengan wajah blank nya arsen menatap bingung pada orang yang diketahui namanya Anson, bodyguard pribadinya.

Anson beranjak mendekati arsen dengan menahan tawa, sungguh dia panik ketika masuk ke kamar tuan kecilnya tetapi orang yang dicarinya tidak ada di atas tempat tidur hampir saja dia membunyikan sirine bahaya yang ada di kastil ini tapi sedetik kemudian dia melihat tuan kecilnya tertidur di atas sofa sehingga dia berniat membangunkannya dengan membuka tirai jendela. Oh sungguh lucu wajah tuan kecilnya ini, dia jadi ingin mencubit pipinya.

"Ayo tuan kecil kita bangun terlebih dahulu bukanlah hari ini anda ingin berkeliling?" Anson mengalihkan pertanyaan yang tadi diajukannya yang lebih penting adalah mempersiapkan tuan kecilnya ini Karena hari ini adalah hasil dari rengekan berhari harinya karena tidak diperbolehkan keluar hampir 1 bulan full selama proses pemulihan dan fisioterapi.

Diego Arsenio Freeynata Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang