Laras merasa dirinya semakin terperangkap dalam jaring yang dijalin Arya. Hubungan mereka yang sebelumnya sudah penuh dengan ketegangan kini berkembang menjadi sesuatu yang jauh lebih dalam, lebih gelap, dan lebih mengikat. Ada api yang tak terbantahkan dalam setiap pertemuan mereka, gairah yang mendidih di bawah permukaan yang tenang. Setiap kali mereka bersama, ruangan seolah dipenuhi dengan energi yang mengalir, membakar setiap inci udara di sekitarnya.
Awalnya, Laras mencoba untuk melawan perasaan itu. Dia tahu, jauh di dalam hatinya, bahwa ini bukanlah hubungan yang sehat. Arya adalah pria yang penuh dengan amarah dan kekerasan, dan Laras sadar bahwa menyerah pada perasaan ini akan berarti kehilangan sebagian dari dirinya sendiri. Tapi setiap kali Arya mendekat, setiap kali dia menyentuhnya, semua logika itu hancur berantakan. Ada magnetisme dalam sentuhan Arya, sesuatu yang membuat Laras sulit untuk menolaknya.
Pertemuan mereka yang semakin intens menjadi bukti dari hubungan mereka yang kini berkembang menjadi cinta yang obsesif. Laras tidak bisa lagi menyangkal betapa kuatnya pengaruh Arya terhadapnya. Setiap kali dia melihat pria itu, tubuhnya bereaksi seolah-olah dia telah diprogram untuk merespons setiap gerakan, setiap kata, setiap sentuhan Arya. Tapi di balik gairah itu, ada ketakutan yang tumbuh—ketakutan akan kehilangan dirinya sendiri dalam hubungan yang begitu berbahaya.
Salah satu momen yang paling menggetarkan adalah ketika mereka bersama di apartemen Arya. Malam itu, hujan turun dengan deras, menciptakan suasana yang penuh dengan ketegangan. Arya, dengan mata yang gelap dan penuh gairah, menarik Laras ke dalam pelukannya. Mereka berdiri di sana, basah oleh keringat dan air hujan yang menetes dari jendela yang terbuka. Laras bisa merasakan napas Arya yang hangat di lehernya, bisa mendengar detak jantungnya yang berpacu dengan cepat.
"Mengapa kau terus menolak perasaan ini, Laras?" bisik Arya dengan suara rendah yang penuh hasrat. "Kau tahu bahwa kau menginginkannya sama seperti aku."
Laras menatap Arya dengan mata yang penuh dengan kebingungan dan ketakutan. Dia tahu bahwa Arya benar—ada bagian dari dirinya yang mendambakan kehadiran Arya, yang ingin tenggelam dalam perasaan ini tanpa peduli pada konsekuensinya. Tapi di sisi lain, dia juga tahu bahwa perasaan ini bisa menghancurkannya. "Arya, ini salah," bisiknya pelan, suaranya bergetar karena emosi yang terlalu banyak untuk diungkapkan. "Kita tidak bisa terus begini."
Arya hanya tersenyum tipis, seolah-olah dia sudah mengantisipasi penolakan Laras. Dia mengangkat tangan Laras ke bibirnya, menciumnya dengan lembut. "Kita sudah terlalu jauh, Laras. Kau tahu itu, dan aku tahu itu. Tidak ada jalan kembali."
Dan malam itu, dengan hujan yang semakin deras di luar, Laras menyerah pada perasaannya. Mereka bersatu dalam gairah yang begitu kuat, begitu menguasai, hingga dunia di sekitar mereka seolah-olah lenyap. Tapi bahkan di saat-saat yang paling intim, ada sesuatu yang hilang dari Laras, seolah-olah setiap kali dia menyerahkan dirinya pada Arya, dia kehilangan sedikit dari dirinya sendiri.
Arya, di sisi lain, semakin terobsesi dengan Laras. Dia merasakan sesuatu yang berbeda setiap kali bersama Laras, sesuatu yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya. Gairah yang dia rasakan bukan hanya tentang fisik—itu adalah sesuatu yang jauh lebih dalam, sesuatu yang membuatnya merasa hidup di antara dinginnya dunia yang selama ini dia huni. Laras adalah satu-satunya orang yang bisa membuatnya merasakan sesuatu selain kehampaan dan amarah. Tapi dengan obsesi itu datang juga keinginan untuk memiliki Laras sepenuhnya, untuk mengendalikan setiap aspek kehidupannya.
Hubungan mereka menjadi semakin rumit. Setiap kali mereka bersama, Laras merasa dirinya semakin terikat pada Arya, seolah-olah dia tidak bisa lagi melepaskan diri dari pria itu. Tapi setiap kali mereka berpisah, rasa takut itu kembali menghantui—takut bahwa dia akan kehilangan jati dirinya, takut bahwa dia telah terjerat dalam cinta yang tidak bisa lagi dia lepaskan. Arya terus mendorong batas, mencari cara untuk mengikat Laras lebih erat padanya, menggunakan setiap kesempatan untuk memperkuat cengkeramannya.
Dalam hubungan ini, cinta, gairah, dan kekerasan bercampur menjadi satu. Setiap sentuhan yang lembut bisa berubah menjadi kasar dalam sekejap, setiap bisikan yang manis bisa diikuti dengan kata-kata tajam yang menyakitkan. Laras tidak bisa lagi membedakan mana yang lebih mendominasi dalam hubungan mereka—cinta atau kebencian. Dia hanya tahu bahwa dia telah kehilangan kendali atas hidupnya, dan Arya adalah satu-satunya yang kini memegang kendali penuh.
Dan dengan setiap hari yang berlalu, Laras semakin tersesat dalam pusaran emosi yang telah mereka ciptakan bersama. Tidak ada lagi kepastian, tidak ada lagi keamanan—hanya gairah yang membara, cinta yang terikat oleh rasa takut, dan obsesi yang tidak bisa dihentikan. Laras tahu bahwa dia harus keluar dari hubungan ini, tetapi bagaimana caranya ketika setiap kali dia mencoba, Arya selalu menariknya kembali ke dalam pelukannya, membuatnya merasa bahwa dunia di luar sana tidak lagi berarti?
YOU ARE READING
GAIRAH CINTA CEO TAMPAN
Romanceseorang wanita muda berkerja keras diperusahaan terbesar diindonesia. Ia baru saja diangkat menjadi asisten pribadi seorang CEO di sebuah perusahaan besar.bernama Laras, bertemu dengan seorang CEO tampan dan arogan bernama Arya . Arya, sang CEO, d...