Bab 4 : Jatuh ke Dalam Gelap

172 1 0
                                    


Laras semakin merasa bahwa hidupnya bukan lagi miliknya. Semuanya berubah sejak Arya Mahendra, pria yang tak hanya memegang kendali atas perusahaan tempatnya bekerja, tetapi juga atas dirinya. Pada awalnya, Laras masih bisa menerima beberapa batasan yang ditetapkan Arya. Ia menganggap itu sebagai bentuk perhatian dari seorang atasan yang ingin melindungi bawahannya. Namun, seiring berjalannya waktu, Arya mulai mengambil alih aspek-aspek dalam hidup Laras yang seharusnya bukan urusannya.

Pagi itu, Arya memanggil Laras ke ruangannya seperti biasa. Namun, kali ini, ada sesuatu yang berbeda dalam tatapannya. Ia tidak memulai percakapan dengan tugas atau instruksi kerja, melainkan dengan pertanyaan yang membuat Laras tertegun.

"Siapa saja teman-temanmu, Laras?" tanyanya, suaranya terdengar lembut, tetapi penuh otoritas.

Laras, yang tidak menduga arah pembicaraan ini, mencoba untuk menjawab dengan tenang. "Beberapa teman dari kuliah, dan ada juga beberapa yang saya kenal dari pekerjaan sebelumnya."

Arya mengangguk pelan, seolah-olah sedang menimbang jawaban Laras. "Aku ingin kau lebih fokus pada pekerjaanmu di sini. Akan lebih baik jika kau tidak terlalu sering berhubungan dengan orang-orang dari masa lalu."

Laras terdiam, merasakan jantungnya berdetak lebih cepat. "Maksud Bapak?"

Arya menatapnya tajam. "Mereka bisa menjadi distraksi. Aku tidak ingin kau terganggu dengan hal-hal yang tidak penting. Fokuslah pada apa yang ada di depanmu sekarang."

Kata-kata Arya terasa seperti perintah yang tak bisa ditolak. Laras ingin melawan, ingin mengatakan bahwa hidupnya bukan sepenuhnya milik Arya, tetapi ia tahu bahwa setiap penolakan hanya akan memperumit keadaan. Arya adalah pria yang tidak menerima penolakan dengan mudah, dan Laras tidak ingin merusak hubungan yang sudah rumit ini.

Sejak hari itu, Arya mulai semakin intens dalam usahanya mengontrol hidup Laras. Ia tidak hanya menentukan dengan siapa Laras boleh berinteraksi, tetapi juga mulai memperhatikan hal-hal kecil seperti bagaimana Laras berpakaian. Suatu hari, saat Laras mengenakan gaun yang sedikit lebih terbuka dari biasanya, Arya memandangnya dengan tatapan yang membuat Laras merasa tidak nyaman.

"Kau tidak perlu mengenakan pakaian seperti itu," katanya dengan nada tegas. "Kau terlihat lebih baik dengan pakaian yang sederhana."

Laras ingin membantah, ingin mengatakan bahwa ia berhak untuk memilih pakaiannya sendiri, tetapi lagi-lagi, Arya tidak memberinya kesempatan. Setiap kali Laras mencoba untuk melawan atau mempertanyakan keputusan Arya, pria itu selalu berhasil membalikkan keadaan, membuat Laras merasa bahwa Arya hanya melakukan ini demi kebaikannya.

Namun, seiring berjalannya waktu, Laras mulai merasakan dampak dari kontrol yang diterapkan Arya. Ia merasa semakin terisolasi. Teman-temannya mulai menjauh karena Arya selalu memiliki alasan untuk melarang pertemuan mereka. Laras merasa seperti berada dalam penjara yang tak terlihat, dengan Arya sebagai penjaganya.

Meskipun begitu, ada sisi dari Arya yang tetap menarik Laras. Setiap kali ia merasa marah atau frustasi, Arya selalu memiliki cara untuk meredakan perasaannya. Terkadang, pria itu akan mengajaknya keluar makan malam, membuatnya merasa dihargai dan diinginkan. Di lain waktu, Arya akan menggunakan pesonanya untuk membuat Laras merasa bahwa semua yang ia lakukan adalah demi kebaikan mereka berdua.

"Aku hanya ingin yang terbaik untukmu, Laras," ucap Arya suatu malam ketika mereka sedang makan malam di sebuah restoran mewah. "Kau tidak akan memahami sekarang, tapi percayalah, semua ini untuk melindungimu."

Laras menatap Arya, mencoba menemukan kebenaran di balik kata-katanya. Ada sesuatu dalam tatapan Arya yang membuat Laras sulit untuk menolaknya, meskipun ia tahu bahwa ini semua adalah bagian dari permainan yang dimainkan Arya. Pria itu memiliki kemampuan untuk membuatnya merasa penting, seolah-olah ia adalah satu-satunya orang yang berarti dalam hidup Arya. Namun, di balik semua perhatian dan pesona itu, Laras bisa merasakan bahwa ia semakin kehilangan kendali atas hidupnya sendiri.

Hari-hari berlalu, dan Laras semakin terperangkap dalam cengkeraman Arya. Setiap kali ia mencoba untuk mengambil jarak, Arya selalu menemukan cara untuk menariknya kembali. Ia merasa seperti boneka yang ditarik oleh benang yang dipegang oleh Arya, tidak bisa bergerak ke arah yang diinginkannya sendiri. Namun, meskipun begitu, Laras masih belum bisa melepaskan diri dari ketertarikannya pada Arya.

Perasaan itu semakin kuat setiap kali Arya menunjukkan sisi lembutnya. Laras tahu bahwa ia seharusnya menjauh, bahwa hubungannya dengan Arya sudah menjadi terlalu rumit dan berbahaya. Namun, setiap kali ia mencoba untuk melangkah mundur, Arya selalu berhasil membuatnya ragu. "Kau adalah satu-satunya yang bisa mengerti aku, Laras," bisik Arya suatu malam, membuat Laras merasa bahwa mungkin, hanya mungkin, ada sisi baik dalam diri Arya yang masih bisa ia selamatkan.

Namun, semakin dalam Laras terlibat dalam kehidupan Arya, semakin ia menyadari bahwa pria itu tidak akan berhenti sampai ia memiliki kendali penuh atas dirinya. Laras merasa seperti terperangkap dalam jebakan yang dibuat oleh Arya, dan setiap hari, ia semakin kehilangan bagian dari dirinya sendiri. Ia tahu bahwa ia harus segera mengambil keputusan sebelum terlambat, tetapi hati dan pikirannya terus-menerus berada dalam konflik.

Di satu sisi, Laras merindukan kebebasan yang pernah ia miliki, kebebasan untuk hidup sesuai dengan keinginannya sendiri. Namun di sisi lain, ia juga tidak bisa mengabaikan perasaan yang ia miliki untuk Arya, perasaan yang membuatnya terus bertahan meskipun ia tahu bahwa hubungannya dengan Arya semakin tidak sehat.

Pada akhirnya, Laras tahu bahwa ia harus segera menentukan langkah. Apakah ia akan terus bertahan dalam hubungan yang semakin menghancurkan dirinya, atau ia akan mencoba untuk melawan dan mendapatkan kembali kebebasannya? Pilihan itu ada di tangannya, tetapi untuk saat ini, ia masih belum bisa melepaskan diri dari pesona Arya yang begitu kuat, meskipun itu berarti ia harus mengorbankan kebahagiaannya sendiri.

GAIRAH CINTA CEO TAMPANWhere stories live. Discover now