Bab 2 : Jebakan Cinta

340 2 0
                                    

Hari-hari di Mahendra Corporation semakin terasa berat bagi Laras. Setiap langkah yang ia ambil seolah diawasi dengan seksama oleh Arya Mahendra, pria yang kini mendominasi pikirannya lebih dari yang seharusnya. Sejak insiden kopi di hari pertama, Laras merasa bahwa hubungan antara dirinya dan Arya berkembang ke arah yang tidak pernah ia duga. Tidak lagi sekadar bos dan asisten, hubungan mereka mulai merambah ke ranah yang lebih pribadi, meskipun tetap saja, terasa penuh dengan tekanan.

Setiap pagi, Laras memasuki gedung perusahaan dengan perasaan campur aduk. Di satu sisi, ia merasa beruntung memiliki pekerjaan yang banyak diidamkan orang, namun di sisi lain, setiap hari seperti membawa beban yang semakin berat di pundaknya. Arya semakin sering memanggilnya untuk tugas-tugas yang kadang terasa tidak perlu, seperti menemani dalam pertemuan bisnis yang sebenarnya bisa ditangani sendiri oleh Arya.

"Aku ingin kau ikut denganku ke rapat sore ini," perintah Arya suatu hari, tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut. Nada suaranya tidak memberi ruang untuk penolakan, dan Laras, meskipun ragu, hanya bisa mengangguk.

Rapat itu ternyata hanya dihadiri oleh dua orang, Arya dan seorang klien penting. Namun, apa yang terjadi dalam pertemuan tersebut membuat Laras semakin bingung. Arya jarang melibatkan Laras dalam percakapan, tetapi setiap kali klien mencoba mengajak Laras berbicara, Arya segera memotong, seolah tidak ingin ada interaksi lebih jauh antara mereka. Laras merasakan adanya ketegangan yang tidak perlu, dan ia tidak bisa menyingkirkan perasaan bahwa Arya sengaja melibatkan dirinya hanya untuk menguji reaksi Laras terhadap situasi-situasi tertentu.

Setelah rapat selesai, Arya tidak langsung kembali ke ruangannya seperti biasa. Sebaliknya, ia meminta Laras untuk ikut dengannya ke lounge perusahaan. "Kita perlu bicara," katanya, lagi-lagi tanpa memberi ruang untuk penolakan.

Di lounge yang sepi, Arya duduk di salah satu sofa besar, sementara Laras berdiri canggung di hadapannya. Mata Arya, yang biasanya dingin dan penuh perhitungan, kini memandang Laras dengan intensitas yang berbeda, seakan mencoba menembus pikirannya.

"Kau tahu, Laras, aku tidak biasa melibatkan asistenku dalam urusan pribadi," ucap Arya pelan, namun dengan nada yang tegas. "Tapi ada sesuatu tentangmu yang menarik perhatianku."

Laras merasa jantungnya berdegup kencang. Kata-kata Arya menggantung di udara, membiarkan Laras menebak apa yang sebenarnya dimaksud oleh pria itu. Di satu sisi, ada rasa bangga karena Arya menunjukkan ketertarikan padanya. Tetapi di sisi lain, ia merasa ada sesuatu yang tidak beres, seolah-olah Arya sedang memainkan permainan yang hanya dia sendiri yang tahu aturannya.

"Aku... aku hanya mencoba melakukan pekerjaanku dengan baik, Pak," jawab Laras dengan suara yang berusaha tetap tenang.

Arya tersenyum tipis, senyuman yang tidak sampai ke matanya. "Dan kau melakukannya dengan sangat baik, mungkin terlalu baik," lanjutnya. "Tetapi aku ingin lebih dari itu, Laras. Aku ingin melihat seberapa jauh kau bisa melangkah."

Kata-kata Arya membuat Laras semakin bingung. Seberapa jauh? Apa maksudnya dengan itu? Sebelum ia bisa bertanya lebih lanjut, Arya berdiri, mendekat ke arahnya dengan langkah perlahan. "Aku ingin kau tahu bahwa bekerja denganku bukan hanya tentang pekerjaan biasa," ucap Arya sambil menatap langsung ke mata Laras, membuat gadis itu merasa seakan-akan ia tidak punya tempat untuk bersembunyi. "Kau akan belajar banyak hal, tapi dengan harga yang harus kau bayar."

Laras merasa tenggorokannya kering. Ia tidak tahu bagaimana harus menanggapi kata-kata itu. "Harga yang harus aku bayar?" tanya Laras akhirnya, suaranya terdengar ragu-ragu.

Arya hanya mengangguk pelan. "Kau akan mengerti nanti," jawabnya sebelum berbalik dan berjalan pergi, meninggalkan Laras dengan pikiran yang semakin kacau.

Setelah percakapan itu, Laras merasakan perubahan besar dalam dinamika hubungannya dengan Arya. Pria itu mulai lebih sering mendekatinya, memberikan tugas-tugas yang semakin tidak biasa, dan terkadang, Arya akan mengajaknya makan malam setelah jam kerja. Setiap kali mereka bersama, Laras merasakan ketegangan yang sulit dijelaskan. Arya bisa begitu menawan dan karismatik, membuat Laras merasa tertarik padanya meskipun ia tahu bahwa ini adalah permainan yang berbahaya.

Namun, di balik pesonanya, Arya tetaplah sosok yang misterius dan sulit ditebak. Kadang-kadang, ia bisa begitu perhatian, tetapi di lain waktu, ia menunjukkan sisi yang sangat dingin dan manipulatif. Laras merasa dirinya semakin terperangkap dalam permainan ini, semakin jauh dari garis yang memisahkan antara profesional dan pribadi.

Arya tidak hanya menggunakan posisinya untuk mendekati Laras, tetapi juga mulai mengontrol aspek-aspek lain dalam hidupnya. Ia akan menanyakan tentang kehidupan pribadi Laras, memberikan nasihat yang terdengar lebih seperti perintah, dan membuat Laras merasa bahwa setiap keputusannya harus melalui persetujuan Arya.

Laras mulai menyadari bahwa dirinya berada dalam situasi yang tidak sehat. Ia tertarik pada Arya, tidak bisa memungkiri itu. Setiap kali mereka dekat, ada sensasi yang membuat jantungnya berdetak lebih cepat, perasaan yang bercampur antara ketertarikan dan ketakutan. Namun, ia juga tahu bahwa ada sisi gelap dalam diri Arya yang tidak bisa ia abaikan.

Malam-malam Laras sering diisi dengan kebingungan dan kegelisahan. Ia ingin menjauh, tetapi pada saat yang sama, ia juga ingin mengetahui lebih banyak tentang pria itu, tentang alasan di balik perilakunya yang penuh teka-teki. Laras tidak bisa mengabaikan bahwa Arya memiliki kekuatan besar untuk mempengaruhi dirinya, baik secara emosional maupun profesional.

Akhirnya, Laras sadar bahwa pekerjaannya bukan sekadar tugas biasa. Ia berada di tengah-tengah permainan yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya, sebuah permainan yang bisa menghancurkan dirinya jika ia tidak hati-hati. Arya, dengan segala pesona dan kekuatannya, adalah pria yang sulit ditolak, tetapi juga pria yang bisa menjadi ancaman terbesar bagi kebebasan dan kebahagiaannya.

Dengan setiap langkah yang ia ambil, Larasmerasa dirinya semakin masuk ke dalam cengkeraman Arya. Ia tahu bahwa ia harusberhati-hati, bahwa hubungan ini bisa berakhir buruk jika ia tidak segeramengambil langkah untuk melindungi dirinya. Namun, meskipun ia tahu risikonya,Laras tetap tidak bisa melepaskan diri dari ketertarikan yang ia rasakanterhadap Arya. Permainan ini mungkin berbahaya, tetapi Laras merasa bahwa iatidak bisa berhenti sekarang. Ada sesuatu dalam diri Arya yang membuatnya inginterus mencari, terus berusaha memahami pria itu, meskipun itu berartimempertaruhkan segalanya.

GAIRAH CINTA CEO TAMPANWhere stories live. Discover now