Chapter 3 : Lee Heeseung

54 8 0
                                    

"Lee Heeseung~"

Ny. Lee sedikit berteriak memanggil putranya yang masih berada di lantai atas, hari ini mereka akan ikut ke gedung negara untuk menghadiri rapat akhir mengenai kelayakan ayahnya sebagai kandidat calon presiden.

"Heeseung~"

"Heeseung di sini ibu.."

"Oohh.. sudah siap ternyata.."

Ny. Lee tersenyum lebar saat putranya turun dengan jas licin berwarna hitam serta dasi berwarna senada, tapi..

"Dasinya terlihat sedikit miring, sayang.."

"Oh.. benarkah?.."

"Mm.. kemari ibu benarkan.."

Laki-laki itu langsung mendekat pada sang ibu dan sedikit mendongak saat wanita cantik itu membenarkan letak dasinya.

"Okey.. sudah, Oohh.. tampan sekali putra ibu.."

Heeseung tersenyum malu membuat Ny. Lee langsung terkekeh gemas.

"Semua sudah siap?.."

Keduanya menoleh serentak pada suara berat di belakang mereka.

"Waahh.. ayah tampan sekali.."

Tn. Park terkekeh.

"Tentu saja ayah tampan, kalau tidak mana mungkin ayah bisa mendapatkan wanita secantik ini.. bukankah begitu, sayang?.."

Kini Ny. Lee yang langsung bersemu merah kala pinggang rampingnya ditarik lembut oleh sang suami.

Chup..

"Kau terlihat sempurna.."

Heeseung terkikik geli saat melihat ayahnya baru saja mengecup bibir sang ibu dan membisikkan kata-kata romantisnya, entah kenapa ia akan selalu bereaksi geli setiap kali melihat orang disekitarnya berciuman atau bermesraan.

"Oohh.. kau menertawakan ayah dan ibu, Lee Heeseung?.."

"Ti--tidak ayah, Hee--"

"KEJAR!!.."

"AAKKHH!!.."

Heeseung langsung berlari kencang saat Tn. dan Ny. Lee mengejarnya, demi apa pun jika sampai ia tertangkap, kedua orang tua itu pasti akan menyerangnya dengan beribu ciuman sampai ia berakhir meminta ampun.

Heeseung paling geli jika ia disuruh mencium atau bahkan ia yang dicium, sangat sulit membujuk laki-laki bermata bambi itu.

Tapi untuk kedepan, tidak ada yang tau.

Mungkin akan ada sebuah pengecualian untuk seseorang?..

Entahlah..

*

*

*

Sebuah mobil mengkilat tampak melaju dengan kecepatan sedang, kursi belakang diisi oleh keluarga kecil Tn. Lee sementara kursi depan hanya diisi oleh satu orang sopir pribadi mereka.

"Ibu.."

"Iya sayang?.."

"Apa ibu membawa rubik milik Heeseung?.."

"Tentu saja, Heeseung ingin main?.."

"Eung.."

Ny. Lee tersenyum dan langsung merogoh tasnya, mengeluarkan rubik berukuran sedang dari dalam sana dan menyerahkannya pada Heeseung.

Laki-laki itu duduk di tengah-tengah di antara sang ibu dan ayah, Heeseung tidak tau kenapa ayahnya selalu ikut duduk di belakang bersama mereka sementara kursi depan selalu dibiarkan kosong.

The Happiness Space || HeeJakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang