7

20 1 0
                                    


Pagi hari tepat 07.00 Jimin sudah ada didepan pintu apartemen seokjin. Jimin menekan pin pasword pintu apartemen seokjin, setelah terbuka Jimin masuk dengan perlahan, mengendap-ngendap ntah sendirinya pun tidak tau kenapa harus seperti itu.

Sekarang Jimin sudah ada tepat di pintu kamar seokjin, dia mengetuk pintu tiga kali, dan menunggu beberapa detik, dirasa tidak ada respon dia membuka pintu kamar dan langsung menuju kamar mandi untuk menyiapkan air hangat untuk sang atasan mandi.

Setelah selesai tugas Jimin selanjutnya membangunkan sang atasan. Namun yang biasanya seokjin mudah untuk dibangunkan pagi ini Jimin sedikit kualahan membangunkan atasannya itu.

" Tuan..."

" Tuan seokjin."

" Tuan bangun!!"

10 menit sudah Jimin berusaha membangunkan seokjin namun yang dibangunkan hanya berdehem dan melanjutkan tidurnya lagi.

" Tuan ayo bangun sudah jam setengah delapan nanti kita telat."

" Tunggu lima menit lagi."

" Sudah lima belas menit yang lalu anda bilang lima menit lagi. Bangun sendiri atau saya seret paksa tuan bangun"

" Iya iya." Akhirnya seokjin bangun. Dengan malas dan mata yang masih terpejam seokjin berjalan kekamar mandi. Jimin segera menyiapkan  baju kerja untuk seokjin.

08.10 akhinya Jimin dan seokjin sudah ada di depan pintu ruangan seokjin. Ketika seokjin membuka pintu ternyata diruangan tersebut sudah ada orang yang menunggunya. Jimin terkejut dengan sosok yang ada diruangan tersebut.

Seokjin dan Jimin tidak sempat sarapan. Karena seokjin sempat tertidur kembali dikamar mandi. Jimin heran apa yang dikerjakan atasannya ini semalam.

" Lama sekali, kalau aku telat masuk ke divisiku Hyung harus tanggung jawab." Ucap orang tersebut.

" Masih ada waktu 18 menit." Timpal seokjin sambil melirik benda yang melingkar dipergelangan tangannya.

" Tapi jarak dari sini ketempat ku jauh Hyung."

" Ckk, biar nanti aku telfon kepala divisimu kalau kau dapat tugas dari ku."

" Nahh gitu dong. Nih sesuai pesanan, sarapan dua porsi buatan tangan eoma tercinta."

" Emmmm taro dimeja. Kau sudah sarapan?'

" Sudah tapi kalau Hyung menawariku lagi, dengan senang hati aku akan menerimanya."

" Tidak, itu jatah ku dengan Jimin." Mendengar kata Jimin orang tersebut langsung melihat kearah Jimin.

" Ahh iyah, Hay Jim." Jimin masih mematung berdiri didepan pintu yang sudah tertutup. Dia masih memproses interaksi dua orang yang ada didepannya. Sedekat itu? Hyung? Eoma?.

" Jimin, heyy, BANTETTTTTT."

" Ahh nee," Jimin mengerjapkan matanya, berusaha mengumpulkan kesadarannya.
" Ka_kau ..... dengan tuan seokjin?"

" Kenapa?"

" Kalian saling kenal?" Bukannya menjawab orang tersebut malah melenggang menuju sofa, duduk disamping seokjin yang sedang sibuk dengan ponselnya.

" Tentu kenal."

" Kalian Kaka adek?" Tanya Jimin penasaran

" Hah?? Bukan, mana mau gue jadi adeknya alphaca berisik kek dia."

" Lo kira gue mau punya adek alien kek Lo."

" Gue juga ogah punya Hyung kek Lo." Jimin hanya menatap bingung dengan perdebatan kedua orang didepannya. Tadi saat baru masuk interaksi mereka masih baik-baik saja, tapi sekarang.......

SerendipityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang