PROLOG

643 82 19
                                    

⚠️UU NOMOR 28 TAHUN 2014⚠️

"Secara normatif, tindakan plagiarisme dapat dikenai hukuman berupa sanksi pidana, baik itu berupa pidana denda maupun pidana penjara!"


Baiklah seperti biasa, buat readers baru silakan follow dan kalau suka cerita ini jangan lupa tambahkan ke perpustakaan kamu supaya dapat notif update dari Author.

Jangan bawa-bawa cerita lain ke lapak ini!!!

Kalau ada kesamaan nama tokoh, tempat, waktu, latar, suasana dan sebagainya itu adalah ketidaksengajaan!!!

Jangan lupa vote, comment, dan share cerita ini agar banyak yang tau!

Sudah siap mengikuti kisah ini sampai selesai?

SELAMAT MEMBACA DAN SEMOGA SUKA, AAMIIN!

TANDAI TYPO PRENN⚠️

••••

Hujan mengguyur bumi dengan deras, setiap tetesnya seperti air mata yang tak terbendung, menghantam jiwa Senna dengan kejam. Angin berputar-putar, melolong seperti serigala yang kelaparan, membawa serta aroma tanah basah yang menyengat dan bau amis darah yang samar. Petir menyambar, menerangi sejenak wajah Senna yang dipenuhi air mata dan luka. Kaki telanjangnya berlumuran lumpur, setiap langkahnya meninggalkan jejak merah yang menyatu dengan warna tanah, seperti lukisan tragis yang terlukis di atas kanvas bumi.

Dia berlari, berlari tanpa tujuan, hanya terdorong oleh rasa sakit dan putus asa yang menggerogoti hatinya, seperti cacing yang tak kenal lelah memakan tubuhnya dari dalam.

"Kenapa... kenapa kau tega?" Suaranya terputus-putus di antara isak tangis, setiap kata yang keluar dari bibirnya dipenuhi rasa sakit dan kekecewaan yang mendalam.

"Aku mencintaimu, tapi kau... kau membuatku jijik dengan diriku sekarang!!!" Kata-kata itu keluar seperti pisau tajam yang menusuk hati Senna, mengingatkannya pada kejadian beberapa saat lalu yang mengerikan, kejadian di mana cinta berubah menjadi mimpi paling buruk.

Kenapa dia diperlakukan seperti ini? Kenapa seseorang yang sudah teramat dia cintai tega menyakitinya seperti ini? Seseorang yang sudah dia berikan kepercayaan, malah menodai dirinya dan merenggut kesuciannya, dengan paksa tanpa rasa bersalah di kedua matanya.

Sekarang dia sudah rusak. Dirinya sudah ternodai oleh bedebah biadab itu.

Langkah Senna perlahan melambat dan berhenti. Sesak di dadanya sangat menyakitkan membuatnya kesulitan untuk bernapas.

"Aku mohon... siapa saja tolong aku! Tolongggg!!" Senna berteriak seperti orang kerasukan, menjambak rambutnya sendiri dan mencakar-cakar tubuhnya.

"Tubuh ini kotor! Aku benci! AKU BENCIIII!!" Tangisnya semakin pilu dan menyesakkan.

Di tengah badai yang mengamuk, Senna menyadari cahaya yang menyorot dari belakangnya. Dia berbalik dan melihat sebuah mobil melaju kencang ke arahnya. Tanpa diberi waktu sedetik pun, dengan cepat tubuh Senna ditabrak. Tubuhnya terpelanting ke atas mobil lalu terhempas ke aspal dengan sangat keras, rasa sakit menusuk tulang rusuknya, seperti tombak yang menancap di tubuhnya. Darah mulai mengalir dari tubuhnya bercampur dengan air hujan. Dengan matanya yang sayu, samar-samar Senna melihat mobil yang menabraknya itu pergi begitu saja, meninggalkannya terbaring lemah di tengah genangan air dan darah.

JESTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang