DELAPAN

17 1 0
                                    

Dean mengenakan helmet yang ia bawa ketika Nara menjawab pertanyaannya tentang apakah ia memiliki pelindung kepala itu dan jawabannya adalah tidak.

Ini cukup unik, karena biasanya meskipun anak kos dan tidak memiliki kendaraan tapi setidaknya mereka memiliki helmet jika saja mereka harus bepergian. Tapi tidak apa-apa, itu tidak memberatkan Dean sama sekali.

"Maaf kalau rambutmu nanti jadi rusak." kata Dean setelah sebelumnya juga meminta maaf sebagai tanda permintaan izin untuk menyentuh rambut bagian depan milik Nara yang menutupi wajahnya akibat helmet yang ia pakai.

"It's okay, aku akan memasukkan rambutku ke jaket kalau begitu." -supaya kamu tidak lagi merasa bersalah.

Motor Dean sangat sesuai dengan penampilannya. Kawasaki W175 yang sudah dimodif di beberapa bagiannya sehingga tampak lebih klasik namun tetap keren.

"Nara? Apa aku terlalu ngebut?" tanya Dean ketika mereka berhenti di lampu merah. Nara sedikit memiringkan kepalanya ke arah kanan dan menjawab jujur, "Tidak."

Lalu mereka membelah sore yang cukup padat, karena bersamaan dengan pekerja lain pulang dari bekerja, para pelajar juga pulang dari sekolahnya.

"Nara, nanti kalau kamu tidak suka tempatnya, bilang, ya? Misal kamu tidak nyaman atau..."

Nara tersenyum di balik punggung Dean yang menggantungkan kalimatnya menunggu Nara memberikan respon.

"Iya.." balas Nara.

°°°

"Nar, trust me ini enak sekali. Apa kamu pernah mencoba sebelumnya?" kata Dean sedikit berbisik ketika mereka sedang dalam antrean cukup panjang.

Tempatnya tidak luas, seperti kebanyakan pedagang di Indonesia yang memakai bahu jalan untuk berjualan tetapi ramai pembeli. Nara menggeleng karena ia belum pernah menjajaki sisi lain kota ini yang cukup jauh dari area tempatnya menuntut ilmu.

Ia melihat mangkuk berisi kuah warna putih mondar-mandir dibawa oleh pegawai. Sesekali para pegawainya membawa mangkuk kosong sembari membersihkan meja yang kemudian langsung dipakai oleh pelanggan lain.

"Terima kasih," ucap Nara dan Dean bersamaan. Setelah seseorang yang bertugas membersihkan meja pergi, Nara menarik beberapa lembar tisu dari kotak di depannya.

Ia kembali membersihkan meja yang mungkin saja belum bersih dan bisa membuat baju mereka kotor.

"Kamu nyaman?" tanya Dean memastikan. Nara tersenyum sedikit geli mendengar Dean yang ia tahu jika bersama teman-temannya tidak akan selembut ini.

"Aku nyaman Dean. Aku anak kost, sudah biasa makan di pinggir jalan. Hanya saja aku tidak mau membuat lengan baju kita kotor karena mejanya yang belum benar-benar bersih." kata Nara kemudian menggulung bekas tisunya yang kini sudah berwarna kecoklatan.

"O-oh oke, aku hanya takut merusak hari pembayaran hutangku padamu. Apa seharusnya kita tidak makan di sini? Apa kamu ingin ke tempat lain setelah ini?"

Nara tampak berpikir. Ia masih memiliki beberapa tugas yang belum ia selesaikan, terlebih karena ia ketinggalan beberapa kelas setelah ia pergi kemarin.

"Mungkin next time kita bisa jalan lagi. Aku yang akan pilih tempatnya, bagaimana? Hari ini aku masih ada beberapa tugas yang harus diselesaikan."

"Boleh, boleh banget. Tapi mungkin tidak dalam waktu dekat? Karena aku harus ke ibu kota besok."

"Oh ya? Apa ada wedding lagi?"

"Bukan. Adalah penyanyi yang memang sering memintaku untuk jadi FSnya"

"Wah, seneng dong bisa jalan-jalan terus."

Dean menelan terlebih dahulu air yang sudah berada di mulutnya, sebelum ia menggeleng tidak sepakat dengan kalimat Nara sebelumnya "Kerja, Nara."

Kemudian kepulan asap dari mangkuk mendekati mereka, bersama dua porsi nasi putih yang juga masih berasap pertanda panas.

Nara tampak bersemangat, matanya tidak bisa tidak menatap ke arah mangkuk yang bahkan belum diletakkan dengan baik di mejanya. Sedang Dean tersenyum melihat raut wajah Nara yang menggemaskan, kemudian sejenak ia alihkan pandangannya untuk berucap terima kasih pada pelayan yang mengantarkan pesanan mereka.

Dean buru-buru mengambil sepasang sendok dan garpu, juga selembar tisu yang kemudian ia gunakan untuk mengelap dua benda logam di genggamannya. Setelah ia pastikan sendok dan garpunya bersih, ia meletakkannya di piring nasi milik Nara.

Nara yang sebelumnya masih asik mengambil gambar makanannya, mendongak setelah tahu apa yang baru saja Dean lakukan.

"Thanks." kata Nara kemudian meletakkan ponselnya di atas meja.

The moment of truth, mungkin itu kalimat yang sering digunakan anak zaman sekarang ketika mencoba sesuatu. Nara mulai menyendok kuah dari mangkuk, sesekali ia tiup meskipun ia tahu kegiatan meniup makanan atau minuman bukanlah hal baik tapi ia sangat tidak sabar untuk mencobanya. Begitu juga dengan Dean yang sudah tidak sabar menunggu penilaian Nara.

Satu tegukan berhasil masuk ke dalam kerongkongannya, sesekali lidahnya mengecap memastikan rasa yang baru pertama kali Nara coba.

"Bagaimana?" tanya Dean tak melepaskan pandangan, mungkin ia juga menahan napasnya sejak tadi.

Nara sedikit memiringkan kepalanya, memasang raut wajah yang tidak tertebak oleh Dean sebelum akhirnya ia tertawa dan mengatakan bahwa makanan yang Dean rekomendasikan terbukti lezat.

"Enak banget!" seru Nara yang diikuti helaan napas lega milik Dean.

Sesederhana menu makan sore mereka, di bawah warung yang beratapkan tenda warna jingga, Dean sekali lagi dibuat terpesona dengan kecantikan Nara dan hati baiknya.

•••

Halo teman-teman, this is subaklovesme!
Kalian tuh lebih suka cara ngobrol antara Dean dan Nara yang formal kaya bab ini atau santai aja? Aku masih bingung nih, karena jujur cerita dua manusia fiksi ini ngambang banget di kepalaku. Aku nulis kalau lagi kepikiran alurnya aja, jadi maafkan aku yang males ini ya, huhuhu.

Tap-tap bintangnya ya, ayo bikin aku semangat juga dengan komentar kalian!!

Terima kasih<3



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Driving Me HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang