1. Menjelang Akhir Tahun

587 39 6
                                    

Kuartal ketiga dan keempat setiap tahunnya akan selalu menjadi hari-hari di mana Saliya akan menghabiskan banyak waktunya di Serena Attire dengan mempersiapkan pagelaran busana akbar yang rutin dilaksanakan di penghujung tahun.

Seperti saat ini. Saliya merasa dirinya tengah dipaksa untuk melakukan kegiatan produktif, yaitu menyelesaikan rancangannya untuk pagelaran busana nanti. Ia baru menyelesaikan 4 dari 8 desain yang harus ia buat. Meski dua sisanya yang belum selesai adalah kolaborasinya dengan salah satu sahabatnya, Gabrielle, dan Bundanya, ia benar-benar tidak bisa tenang.

Suara ketukan pintu yang terdengar dari arah luar seketika menghentikan kegiatan Saliya di pagi menjelang siang itu.

"Masuk." titahnya tanpa menoleh ke arah pintu.

Tak lama, terdengar suara pintu terbuka dan disusul dengan munculnya seorang gadis manis yang menenteng banyak sekali map di tangannya.

"Mbak Caca, aku ganggu gak?" ucapnya setelah menutup pintu ruangan Saliya.

Gadis yang ditanyai spontan mengalihkan pandangannya ke arah pintu, guna mencari tahu siapa yang baru saja memasuki ruangannya.

"Oh. Hai, Nana," sapanya sekilas. Kirana Annasya Kusuma, satu-satunya sepupu perempuan dari pihak Larasati Kusuma yang memang dekat dengannya datang mengunjungi Saliya hari itu. "Enggak, kok. Lagi pusing dikit aja. Duduk sini!" lanjutnya sambil menunjuk kursi yang tepat berada di seberangnya.

Gadis itu kemudian bergegas menghampiri meja kerja Saliya setelah menaruh bawaaannya di sofa yang berada tak jauh dari sana.

"Kamu sama siapa tadi, Na?" tanya Saliya setelah menyadari gadis itu sudah berada di dekatnya.

Sosok yang dipanggil Nana tadi segera mendudukkan diri di hadapan Saliya sebelum menjawab pertanyaannya. "Aku sama Mas Andra. Tadi abis ngerjain tugas sekalian WFC di deket kantornya. Ternyata Mas Andra ada meeting di sana dan liat aku. Abis itu dia nawarin bareng pas tau aku mau pulang, tapi bilang mau ke sini dulu, soalnya ambil titipan Tante Kinan." jelasnya panjang lebar.

Saliya mengangguk samar tanpa mengalihkan fokusnya sedikit pun. "Udah nyaman kamu kerja di Kusuma?" tanyanya sambil memandang gadis itu sekilas.

Ia terkekeh pelan mendengar pertanyaan itu. "Ya gimana lagi? Mbak gak mau di Kusuma, sih!" balasnya sebal.

Saliya segera menghentikan kegiatannya lalu menatap gadis di hadapannya dengan tatapan yang sulit diartikan. Meski akhirnya tawanya pecah karena sudah tidak tahan melihat air muka gadis itu kala menyadari ekspresi yang ia pasang tadi.

"Nasya, kamu lucu banget! HAHAHAHA!" ucapnya setelah tawanya pecah.

Nasya yang sejak tadi merasakan bahwa sebentar lagi adalah akhir dari hidupnya merasa lega dan kesal di saat yang bersamaan setelah melihat ekspresi dan tawa Saliya.

"Males ah! Mbak Caca ngerjain aku mulu!" decakan kesal keluar dari mulutnya karena Saliya masih saja tak berhenti tertawa.

Lima menit berlalu, akhirnya Saliya berhasil menghentikan tawanya dan mengelap air mata yang keluar di sudut matanya karena tadi.

"Lagian kamu juga serius banget," balasnya setelah tawanya reda. "Aku sama Bunda masih megang Kusuma, Na. Mas Satya yang gak sama sekali. Orang kemarin aku abis meeting buat acara tahunan Kusuma Foundation. Kamu yang gak ada di sana."

Nasya meringis mendengar itu, "Aku 'kan kuliah terus ada presentasi!" belanya.

"Ih santai aja, Annasya. Gak usah ngegas." sahut Saliya kesal.

"Mbak duluan, sih... Aku mau dateng padahal. Tapi, Papi bilang kalo Mbak dateng, jadi gak usah. Eh, kebeneran ada presentasi mendadak akunya." jelasnya singkat.

Hearts of FortuneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang