6. Insiden Kecil

208 18 6
                                    

Hari sial memang tidak pernah ada di kalender. Meski kesal dengan kecerobohan adiknya, Ronan tak akan pernah bisa memarahi Sachi. Setelah melajukan mobilnya begitu cepat seperti di film Fast and Furious, laki-laki itu akhirnya bisa sampai di lokasi di mana Sachi berada. Berutungnya Ronan sudah menghubungi teknisi terlebih dulu. Jadi, ia tak perlu menunggu lama untuk mengurus mobil adiknya.

"Kamu langsung ke Sukabumi aja pake mobil abang. Besok kalo udah pulang telpon, biar abang samperin dan bisa tuker." titahnya.

Sachi mengangguk paham lalu bergegas memindahkan barang-barang yang sudah dibelinya tadi ke mobil Ronan.

"Abang ini gak papa?" tanya Sachi sedikit ragu.

Ronan mengangguk sembari membantu adiknya itu. "Kamu beli apaan dah buset banyak banget? Mana sendirian lagi."

Gadis yang ditanyai pun meringis kecil mendengarnya. "Aslinya tadi ada yang mau nemenin. Tapi, mereka ada yang harus dikerjain juga. Aku bilang gak papa sendiri aja. Eh, baliknya mogok..."

Ia kemudian melengos pasrah mendengar balasan Sachi. Adiknya itu selalu saja merasa tidak enak jika harus merepotkan orang lain.

"Abang jangan marah!" ucap Sachi cepat kala memperhatikan air muka Abangnya yang sedikit berubah.

Gelengan kecil ia berikan untuk membalas Sachi. Ia kemudian berlalu begitu saja untuk kembali memindahkan barang Adiknya dan membiarkan Sachi menata itu semua di mobil miliknya.

"Udah, ya?" tanya Ronan akhirnya setelah mengangkut barang terakhir dari mobil Sachi.

"Iya, Abang. Yang kecil-kecil biarin aja di sana." balasnya.

Ronan kemudian berbalik ke mobil adiknya lagi sambil membereskan barang-barang yang dimaksud Sachi. Ia memastikan semua barang itu sudah terkumpul dan tersusun rapi sebelum membawanya ke hadapan Adiknya.

"Abang, gak usah!" geraman Sachi sedikit tertahan kala melihat boks yang dibawa Ronan sudah terisi penuh dengan barang-barangnya.

"Nanti kamu perlu terus ribet. Kalo ketinggalan di sana juga gak papa. Ntar abang anterin lagi." jawabnya santai lalu berjalan begitu saja untuk menaruhnya.

"Udah. Sekarang langsung ke Sukabumi biar gak makin malem lagi. Udah jam 11 ini..." titahnya sambil melirik ke jam tangannya.

Sachi mengangguk paham lalu bergegas masuk ke mobil itu. Sebelum benar-benar pergi, ia tentu berpamitan pada Abangnya itu. "Abang makasih, ya! Jangan bilang Mama Papa terus Bang Abi juga besok. Nanti aja ceritanya, oke? Love you, Abang. Achi berangkat dulu!" Ronan kemudian mengangguk kecil sambil melambaikan tangannya.

Mobil itu perlahan-lahan menjauhi tempatnya dan dibawa Sachi kembali ke tempatnya melakukan pengabdian bersama teman-temannya. Helaan napas lega kemudian terdengar setelah mobil itu tak tertangkap lagi dari pandangannya. Setidaknya Ronan bersyukur ia bisa datang tepat waktu dan segera membantu Sachi mengatasi masalahnya.

⊹₊ ˚‧︵‿₊୨୧₊‿︵‧ ˚ ₊⊹

Tepat pukul 2 pagi Ronan memasuki apartemennya. Ternyata masalah yang dialami mobil Sachi itu cukup pelik. Sehingga memerlukan waktu yang sedikit lebih lama untuk para teknisi bisa menyelesaikannya. Tapi, Ronan bersyukur karena setidaknya ia yang mengatasi hal itu, bukan adiknya yang pasti akan mudah sekali diperdaya.

Nando Harris
Lo dari mana kok baru balik?

Ronan Rahardja
Lo nguntit gue, ya?

Nando Harris
Najis mughalodoh.
Gue lg di apart trs tadi liat lo di lobi sekilas.
Tp kok mobil lo gak ada? Adanya punya Sachi.

Ronan Rahardja
Tukeran td.
Mobil dia mogok di Bogor.
Ya sekalian nunggu dibenerin.
Makanya baru balik.

Hearts of FortuneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang