8

2.3K 534 117
                                    

Ga usah mencak-mencak nyuruh cepat up, padahal udah mami kasih tau kalau mau cepat update kerjasamanya, padahal loh ya mami cuman minta votenya dikit yang baca juga lumayan banyak, tapi banyakan jadi sider, malesin:(

Berhubung hari ini mood mami lagi bagus, nih aku up! Vote dan komen supaya mami senang 😇💋

____

Bel istirahat baru berbunyi sekitar tiga menit yang lalu, Halano merasa aneh dengan teman sekelasnya, bukannya takut dengan ceritanya tadi malah sekarang semuanya berlomba-lomba keluar kelas ingin menuju kantin.

"Jihan ke kantin ya?" Tanya Halano.

"Iya Al, kenapa mau nitip?" Sahut Jihan yang tengah mengeluarkan isi tasnya mencari keberadaan dompet yang belum ia temui itu.

Halano menggeleng. "Enggak, kan Al bawa bekal Jihan." Halano tampak diam beberapa detik. "Jihan benaran enggak takut ke kantin, hati-hati ya Al khawatir sama semua teman sekelas Al takut betulan ada hantu." Lanjut anak itu tampak serius.

Jihan tertawa kecil. "Bohong itu Al, mana ada hantu siang bolong gini."

"Beneran kah?"

"Iya, kamu harus dengerin kata mila tadi Al jangan gampang percaya sama omongan orang lain, itu belum tentu benar kamu di bohongin kan." Ucap Jihan menghampiri Halano yang masih duduk anteng di kursinya.

"Umm oke deh, Al janji gabakal percaya sama siapapun lagi." Angguknya semangat.

Jihan menanggapi dengan senyum tipis, merasa gemas dengan Halano. Persis seperti sepupunya yang baru umur 5 tahun, bedanya Halano sudah 15 tahun tapi tetep lucu.

"Yaudah gue duluan ke kantin ya Al." Jihan menepuk pelan pundak Halano, anak itu membalas dengan anggukan kepala saat melihat Jihan yang sudah keluar dari kelas. Seperti biasa Halano dengan cepat mengeluarkan bekalnya sembari menunggu teman sekelasnya kembali.

Halano rupanya tidak sadar, dia tidak sendiri di kelas melainkan ada Gabriel, siswa baru yang sekarang tengah mendekat ke arahnya.

"Ekhmm."

Deheman suara yang lumayan keras itu sedikit mengagetkan untuk Halano, anak itu merasakan detak jantungnya yang berdebar tidak karuan lalu menengok ke belakang betapa kagetnya Halano saat melihat tubuh tinggi Gabriel yang berdiri sangat dekat dengannya.

"Gue boleh duduk disini." Gabriel menunjuk kursi samping Halano yang kosong.

Halano mengerjap lucu, rupanya otak kecil itu masih loading, menunggu beberapa detik dulu sampai Halano mengeluarkan suaranya.

"Tapi ini bukan kursi Al? Ini kursi milik Oji, kayaknya boleh aja nanti Al kasih tau kalau kamu mau duduk." Ucapnya.

Gabriel tidak menjawab ucapan Halano, ia bergerak maju menarik kursi samping Halano lalu mendudukkan dirinya.

"Mau?" Halano menoleh dengan wadah bekal yang ia julurkan ke hadapan Gabriel.

"Nama lo siapa?" Bukanya menjawab, Gabriel dengan sengaja bertanya walaupun ia sudah tahu tentunya nama anak di depannya ini.

"Halano, di panggil Al. Kamu namanya Gabriel kan, Al boleh tahu umur kamu berapa?"

"Eighteen." Jawab Gabriel menyandarkan tubuhnya pada kepala kursi.

"Al minta maaf kalau tidak sopan tadi, seharusnya Al panggil kamu kakak."

"Enggak masalah, kan lo gatau." Kata Gabriel.

Halano mengangguk, ia tidak merasa canggung tidak tahu kalau Gabriel. "Kakak enggak ke kantin, kenapa masih di kelas."

"Terus lo?"

Little Boss and Seven Bodyguard Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang