7

2.7K 536 120
                                    

Target supaya cepat update 500 vote dan 100 komentar!!

Jgn komentar next, cepat update mi, komentar yang bervariasi biar mami semangat gitu loh beb. Yuk kerjasamanya jangan jago nagih doang🙏🏻

___

"Saya lengah kali ini, mereka sepertinya sudah bergerak lebih cepat." Wiratama menyesap rokok yang terselip diantara jari telunjuk dan tengahnya, bibirnya tersenyum misterius sembari mengeluarkan asap dengan bau khas rokok itu.

"Sampai kapan putramu bersifat seperti itu pada Halano? Cih, mereka sangat kasar dan argon persis seperti dirimu Wiratama." Sang lawan bicara menjawab dengan kekehan ringan, tentunya langsung di hadiah tawa kecil oleh Wiratama.

"Aldebaran kamu tau? Halano sangat pintar menarik perhatian orang lain, selain lucu anak itu juga polos. Mungkin beberapa bulan kedepan anak-anakku akan berebutan untuk mendapatkan perhatian Halano." Ucap Wiratama.

Aldebaran, laki-laki dengan tato di kedua lengannya itu membuang asal abu rokoknya. "Itu sudah pasti, asal mereka tidak pernah menyakiti Halano saja itu sudah cukup."

"Apakah perlu ditambah lagi bodyguard untuk penjagaan Halano?" Tanya Wiratama mengisi cangkirnya dengan minuman alkohol.

"Tidak, putramu saja sudah cukup. Selain itu saya juga mau melihat seberapa bisa mereka diandalkan." Wiratama mengangguk kecil saat mendengar ucapan Aldebaran.

"Lalu gimana rencanamu untuk selanjutnya." Lanjut Aldebaran.

Wiratama meletakkan gelasnya ke atas meja kaca, senyum menawan namun terselip keangkuhan itu tampak menyeramkan. " Seperti yang sudah kita omongkan tadi, kita lihat sampai mana mereka bermain."

"Ya, asal tetep di perketat penjagaan Halano, yang saya takutkan... Musuhnya malah orang yang lebih dekat dari yang kita kira." Ucap Aldebaran membalas tatapan tajam Wiratama.

"Kamu tau sesuatu Aldebaran?"

Aldebaran tertawa lalu menepuk bahu Wiratama, tatapan mata keduanya beradu membentuk sebuah pedang dan perisai. "Saya hanya menebak Wiratama, bukankah kematian Alex dan istrinya saja masih janggal?"

***

Halano bukanlah orang yang pendendam buktinya setelah tiga hari berlalu dari kejadian tidak mengenakan dirumah para bodyguardnya, Halano masih bersikap seperti biasa, anak yang polos dan gampang memancing emosi orang lain jika berbicara dengannya.

Hari ini Halano dengan semangat turun ke sekolah, tentunya di anter oleh bodyguard pribadinya. Tapi, ada yang berbeda kali ini Halano hanya di anter satu orang yaitu Tandra. Jangan tanya di mana Mahendra, laki-laki itu katanya sakit jadi tidak bisa turun ke sekolah, itu yang Halano tau dari Jetrho. Kalau yang lain mungkin sibuk pikir Halano.

"Selamat pagi kakak." Halano menyapa dengan riang saat memasuki mobil.

Tandra berdehem. "Hmm." Lalu sesegera mungkin menghidupkan mesin mobilnya.

"Kakak Tandra sudah sarapan kah?" Halano paling tidak suka kesunyian, makanya mulutnya terus bersuara.

"Belum."

"Sama dong."

"Kenapa?"

Halano menoleh kesamping. "Hah," tangannya menggaruk kening yang tak gatal, bukti jika anak itu tidak paham dengan ucapan Tandra.

"Kenapa lo enggak sarapan?" Entahlah, Tandra pun bingung kenapa tiba-tiba ia harus berbicara dengan Halano yang notabenya anak yang tidak ia sukai. Yang pastinya Tandra hanya ingin, ingin lebih dekat mungkin...

"Emm, enggak sempat. Karena Al buru-buru takut kakak Tandra menunggu nanti Al bisa di marahin lagi."  Sahutnya, Tandra mendengus kecil sembari menatap Halano yang berada di kursi sampingnya.

Little Boss and Seven Bodyguard Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang