6

2.8K 564 98
                                    


Chapter ini lumayan panjang, tau kan gimana cara bales budinya wkwk.

Cukup vote dan komen! Yang terpenting jangan jadi sider sayang. Sama yang suka nagih pengen up nih tapi ga follow akun mami hadeh😏

___

Halano menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa, setelah menerima telepon dari Jetrho ia dengan cepat turun ke bawah meninggalkan Tandra yang masih bingung di kamarnya.

Gelak tawa laki-laki yang terdengar bersahutan di pendengaran Halano, hingga tanpa sadar matanya berbinar cerah menatap para laki-laki yang menjabat sebagai bodyguard pribadinya lengkap ada disana minus Tandra.

"Kakak J." Seru Halano, membuat seluruh pasang mata menatap ke arahnya.

"Al cepat kesini!" Sahut Jetrho merentangkan tangannya, membuat Halano tertawa kecil saat tubuhnya hilang di dekapan Jetrho.

Tatapan lima laki-laki yang duduk berbaris di atas sofa panjang itu langsung berubah datar. Agaknya mereka benar-benar tidak suka melihat kedatangan Halano disini.

"Ckk ngapain sih dia kesini." Yarsa berdecak keras.

Kepala Halano menyembul keluar dari pelukan Jetrho saat mendengar suara Yarsa. "Hallo kakak."

"Pulang lo sana!" Yarsa enggan membalas sapaan Halano, justru ia malah ingin mengusir bocah itu.

"Enggak mau! Al kan di undang Mama Andin kesini, kok kakak yang marah."

Mendengar jawaban Halano, refleks Jetrho tertawa kecil. Patut di acungi jempol keberanian Halano, Dia saja takut pada kakak ketiganya itu.

"Berani lo sama gue?!"

"Emm berani, kecuali kakak pembunuh baru Al takut."

Yarsa tersenyum miring menatap Halano. "Emang gue pembunuh."

"Pembunuh bayaran, mau apa lo?" Lanjut Yarsa kian mendekati Halano yang sudah bersiap ingin kabur.

"HUAAAA MAMA ANDING TOLONGG AL TAKUT!!!" Teriaknya lantang menjauh dari sofa, Halano menggelengkan kepalanya tidak suka sehingga membuat Jetrho mendekati anak itu.

"Kenapa ini ribut-ribut?" Wiratama datang dengan tergesa dari arah dapur beserta sang istri.

"Al kenapa?" Andin berjongkok di depan Halano.

"Kakak bilang dia mau bunuh Al, kenapa di rumah mama andin ada pembunuh bayaran, Al takut nanti kalian celaka." Jawab Halano melirik Yarsa takut-takut.

"Bang, jangan ngomong gitu di depan Halano." Tegur Wiratama, ia hanya takut anak itu mengingat kejadian waktu kecilnya. Akan sangat berbahaya.

"Bercanda Pah, dia nya aja yang penakut." Sahut Yarsa memutar bola matanya malas.

"Lagian ngapain ngundang dia kesini, ganggu waktu istirahat aja." Celutuk Jenggala lagi, yang di angguki setuju oleh Mahendra.

"Abang!" Tegur Andin.

Halano masih diam menunduk, merasa sedikit sedih ingat hanya sedikit! Banyaknya rasa kesal Halano, hawas saja akan Halano balas nanti.

"Dasar kakak-kakak nakal, nanti Al gigit mereka sampai berdarah." Batinnya tersenyum senang.

Lamunannya buyar tatkala tangannya merasa di usap lembut, lalu kepalanya mendongak menatap sang pelaku.

"Jangan takut ya, tadi kakaknya cuman bercanda." Ucap Wiratama tersenyum tipis, senyum yang begitu menawan bagi Halano, sangat menenangkan juga, mirip dengan senyum Daddy nya.

"Iya Om, Al enggak takut kok. Kan kakak sudah sering nakalin Al,  jadi Al enggak takut lagi. Karena disini juga banyak penolong Al merasa selamat." Ucapnya.

Little Boss and Seven Bodyguard Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang