- Chapter 6

124 21 3
                                    

"Phi Freen."

Aksi melamun dan berinteraksi dengan kekasihnya dengan terpaksa terhenti saat suara Becca terdengar dari belakang. Freen menoleh, mendapati Becca telah mengganti baju dengan setelan lebih santai dan wajahnya lebih segar.

-------------

"Phi Freen sedang apa?"

"Em, Bec."

Becca mendekat dan sejajar dengan Freen, keduanya bahkan menatap langit malam yang sama, "Phi Freen, suka memandangi ini?"

Becca bertanya dan tersenyum merasakan bahwa ternyata angin malam di kota Bangkok lumayan juga. Segar dan tenang. Kebisingan kota tak begitu terdengar di sini.

Tak ada jawaban dari Freen, ia sibuk memandangi Becca yang menatap ke depan. Perasaan gamang yang memenuhi pikirannya malam ini, membuat Freen tak ingin banyak bicara.

Becca menoleh dengan cepat, sorot mata keduanya pun bertemu di satu titik yang intens, gadis pesisir ini berkata dengan pelan, "Phi Freen hebat sekali." Senyuman itu, tak pernah memudar di bibir tipis Becca.

Lagi-lagi, sanjungan terlontar di mulut kecil Becca yang tak habisnya berpikir bahwa wanita di depannya ini menjalani hidup dengan baik dan tentunya, beruntung. Becca berpikir semua ini pasti hasil dari kerja keras photographer ini.

"Biasa saja, Bec. Terkadang aku tidak bahagia dengan pencapaianku sendiri."
Alis Becca mengernyit, ia memutar tubuhnya untuk membelakangi kota dan memandangi Freen dengan tangan yang memegang pada pagar balkon, gadis bule ini bertanya, "Kenapa?"

Freen terdiam sejenak, mata sendu itu beralih memandangi langit malam dan berkata dengan berat, "Entahlah. Aku, merasa kosong."

Mendengar itu, Becca terdiam. Ia tak bertanya lebih lanjut lagi karena melihat kesedihan di raut wajah Freen. Karena ini adalah pertama kalinya mereka menghabiskan malam bersama, karena keduanya masih terbilang belum lama. Tentu masih sangat awam untuk dikatakan sudah menjadi teman dekat yang bisa saling mengobrol satu sama lain. Becca mengangguk saja. Memberikan ruang pada Freen.

Dan keheningan terjadi beberapa saat, sampai suara pelan Freen terdengar, "Kamu bagaimana, Bec?"

"Huh?" Becca terkesiap, maksudnya, bagaimana apanya?

Freen akan menjadi bosnya, tentu hal-hal seperti informasi pribadi dan sifat-sifat dasar harus Freen ketahui. Seperti CV yang bahkan tidak Becca berikan karena Freen memintanya bekerja dengan sangat mudah.

"Aku-, em.." Becca nampak berpikir. Apa yang harus aku katakan? Pikirnya.

"Kamu anak tunggal?" Freen bertanya lebih jelas. Becca mengangguk sebagai jawaban.

"Orang tuamu?"

Gadis pesisir ini terdiam sebentar, kembali berbalik dan memandangi langit malam. Bibir itu tersenyum miring, ada sorot kesedihan di dalam sana, dan Freen melihatnya.

"Phi Freen, jika boleh aku bercerita," Becca menggantung kalimatnya dengan sendu, Freen bersiap mendengarkan. Ia nampak lebih antusias sekarang, Becca kembali bicara dengan pelan, "Aku tidak punya ayah." Alis Freen mengernyit, apa maksudnya, tidak punya ayah?

Becca tertawa kecil, ia melanjutkan, "Maksudku, aku belum pernah bertemu dengannya."

Binar mata Freen menggambarkan simpati yang penuh, ia seolah menunggu kelanjutan dari cerita Becca, gadis dengan tubuh sangat ramping ini kembali berbicara dengan ringan dan tenang,

"Ibuku meninggal dunia tiga tahun lalu."
Tiga tahun lalu, tahun di mana Freen pun kehilangan orang paling dikasihinya. Rasa sesak yang dulu bertumpuk di dalam dadanya seketika menjalar lagi. Freen tahu betul bagaimana rasa untuk sebuah kehilangan.

Give Me Your Forever - FreenbeckyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang