- Chapter 8

137 21 9
                                    

“Emh, Bec.. Ada yang salah?” Freen bertanya dengan hati-hati. Beberapa detik berlalu tanpa suara gadis kecil yang menggemaskan ini.


“Bec, lihat aku.”


----------------

Tangan Freen berhasil memutar pundak Becca, kini gadis itu telah berhasil menghadap Freen dengan sempurna, pandangan keduanya bertemu dengan jarak yang begitu dekat. Bahkan, deru nafas Freen dapat Becca rasakan.

Binar mata Freen mengelilingi setiap inchi wajah Becca, namun bayangan Mon kembali memenuhi kepalanya. Ia seolah melihat Becca dan Mon secara bersamaan. Bayang-bayang Mon benar-benar memenuhi matanya kali ini. Freen terdiam, berusaha lebih dalam lagi mencari celah untuk menikmati keindahan Tuhan yang satu ini. Yang begitu ia rindukan.

Mata indah Becca membuat Freen terbuai, ia mendekat. Lebih dekat. Becca hanya diam. Tangan Freen yang halus masih memegang pundaknya dengan intens. Tarikan yang Freen buat menjadikan Becca lebih dekat dengannya.

Deru nafas halus dari keduanya dapat dirasakan oleh masing-masing raga yang terpaut dalam perasaan yang berbeda. Becca dengan degupan jantung yang memburu, dan Freen dengan rasa rindu yang tak bisa dibendung lagi.

Telapak tangan Freen beralih membelai pipi Becca, begitu halus dan hangat. Dengan segenap rasa yang ada di dalamnya, Freen memejamkan matanya perlahan. Sesak yang ia rasa benar-benar menyiksanya kali ini.

Becca hanya diam, ia juga mulai memejamkan matanya. Sunyi dan tenang di dalam mobil, membuat gadis ini begitu nyaman dengan Freen di dekatnya.
Hidung keduanya telah saling bersentuhan, Becca yakin kali ini Freen pasti mendengar degup jantungnya yang bergemuruh tak karuan.

“Phi Freen..” Becca sedikit memundurkan kepalanya, ia tersadar bahwa kali ini mungkin saja bukan waktu yang tepat. Kebimbangan dalam dirinya membuat Becca menyadarkan diri bahwa ini tidak benar.

Dengan cepat, tangan Freen menahan tekuk leher Becca, ia bersuara dengan halus, “Bec.. Jangan menolakku.”

Darah mendesir begitu cepat, Becca tak bisa berkata lagi. Lidahnya kelu dan ia terbelenggu. Freen mendekat lagi, ia menenggelamkan wajahnya pada wajah Becca, dada gadis ini bahkan terlihat naik turun. Becca gugup setengah mati.

Freen memiringkan kepalanya, menghapus jarak yang ada. Bibir padat berisi itu telah menempel dengan lembut pada bibir tipis gadis pesisir ini.

Salahkan kegemasan Becca sebelumnya yang telah menjerumuskan dirinya sendiri ke dalam keadaan saat ini. Becca terpejam lebih dalam saat bibir halus itu menyapu bibir bawahnya. Becca terbuai.

Freen menahan sesaknya saat ia berhasil menumpahkan kerinduan itu, meski dengan sadar ia tahu bahwa gadis ini bukanlah mendiang kekasihnya. Namun, rindu yang tak bisa ditahan lagi ini membuatnya bertindak jauh.

Freen menyesap perlahan, ia bahkan menjilat bibir tipis Becca yang begitu manis. Gadis kecil ini hanya diam, mempersilahkan Freen untuk menikmati bibirnya.

Detik berikutnya, Freen tersadar telah melangkah jauh. Ia segera memundurkan dirinya, melepas tautan mereka. Becca terkesiap, ia mengedipkan mata beberapa kali, mencari kesadaran.

Tanggan Freen segera beralih meremas kemudi, ia tergugup beberapa kali, “Maaf, Bec..” ucapnya pelan.

Nampak kebimbangan dalam raut wajah Becca, ia tak bersuara melainkan hanya diam dan menerawang ke luar jendela. Bibir tipis yang mengkilap itu diusapnya pelan.

Keheningan yang terjadi selama perjalan terpaksa mengikuti kedua insan ini sampai ke rumah yang kian terasa sunyi ini. Becca melepaskan sepatu dan berjalan pelan memasuki ruang tengah.

Give Me Your Forever - FreenbeckyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang