Bab 5: Perdebatan

314 2 0
                                    

Follow me // Ig: ms.eadora // Fb: Estelly Adora // Fanpage: Ms.EA

***

"Glenn, antar aku ke kantor ya. Aku malas menyetir," kata Sein, melirik pada adiknya sambil mengangkat serbet ke arah bibirnya, mengusap lembut sisa-sisa makanan di sekitarnya.

"Sama sopir saja, soalnya aku buru-buru, ada urusan. Penting," Glenn menolak dengan tegas. Pemuda itu tidak berbohong. Sebelum sarapan tadi, dia dihubungi oleh pamannya, Lucas, yang menyuruhnya segera datang ke markas pria itu. Glenn belum tahu apa yang ingin Lucas bicarakan dengannya.

"Bukankah kelasmu siang, Nak?" tanya Nick, menatap serius pada cucunya.

"Ya, betul, Grandpa. Aku ke kampus nanti siang. Pagi ini, aku mau ke markas TDB, diminta oleh Uncle Lucas. Katanya penting," jawab Glenn dengan jujur.

Nick mengangguk pelan sebelum mengalihkan pandangannya pada Sein. "Ya sudah, sayang. Kenapa tidak pergi bersama Stefan saja? Bukankah kalian bekerja di tempat yang sama?" tanyanya, menatap bergantian antara kedua cucunya, Stefan dan Sein.

Sein tersenyum. "Iya, Grandpa. Aku akan berangkat sama dia saja," balasnya. Dia enggan menolak, malas mencari alasan atas penolakannya ketika mereka bertanya lebih lanjut.

Setelah itu, Sein berdiri dari duduknya. Sebelum meninggalkan ruang makan, ia tak lupa berpamitan pada kedua kakek dan neneknya serta orang tuanya.

"Stefan..." panggil Leon.

Stefan menghentikan langkahnya saat mendengar panggilan itu. Dia membalik tubuh melihat sang Ayah. Sein juga ikut berhenti dan menatap Ayahnya.

"Dad mau bicara sebentar sama kamu," ujar Leon setelah menghentikan langkah di hadapan mereka. Ia melirik sebentar pada Sein.

Stefan mengangguk pelan lalu beralih menatap Sein. "Sekalian nyalakan mobil," ucapnya seraya menyerahkan kunci mobilnya pada wanita itu.

Tanpa banyak bicara, Sein mengambil kunci tersebut dan segera meninggalkan mereka menuju mobil yang terparkir di depan teras yang luas.

Setelah Sein pergi, sejenak Leon melirik ke sekitar, memastikan tak ada yang mendengar obrolannya dengan Stefan. Kemudian, Leon menatap fokus pada pria itu. "Apa yang terjadi semalam di klub?" tanya Leon, serius.

Stefan terdiam sejenak, tidak langsung menjawab. Dia menatap terpaku pada Ayahnya, memahami maksud dari pertanyaan tersebut. Setelah menghela napas pelan, Stefan berkata, "Aku merasa perbuatan pria itu terhadap Sein tidak pantas. Jadi... aku refleks memukulnya."

Leon terdiam, memperhatikan Stefan dalam diam.

"Jika tindakanku semalam berpengaruh pada urusan pekerjaan, nanti aku akan minta maaf padanya," lanjut Stefan. Cukup sadar diri. Bagaimanapun, Ayah Kai adalah salah satu kolega bisnis terbaik Leon.

Leon menggelengkan kepala. "Tidak perlu. Dad tidak menyuruhmu untuk itu. Dad hanya ingin memastikan bagaimana kronologinya saja," katanya.

Pagi ini, Leon mendapat kabar dari Ayah Kai. Pria itu mengaduhkan tindakan tidak menyenangkan Stefan terhadap putranya semalam di klub.

Leon tidak banyak bicara, bahkan tidak juga meminta maaf kepada Ayah Kai atas perbuatan putranya— Stefan, karena dia harus memastikan terlebih dahulu bagaimana kronologi sebenarnya.

Leon sangat mengerti karakter putra angkatnya itu— Stefan tidak akan berbuat kasar jika Kai tidak yang melampaui batas.

Setelah itu, Leon menyuruh anak buahnya untuk mendapatkan rekaman CCTV di klub semalam. Setelah melihat sendiri bagaimana kejadian tersebut berlangsung, Leon hanya tersenyum dalam hati.

SKANDAL (21++)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang