Minuman

0 0 0
                                    

Entah sudah berapa hari dari pertama kali aku dan Yugo bertemu pada saat itu.

Namun, sore itu Yugo berpamitan padaku karena dia akan mengantar kawan nya pulang ke kampung  halaman yang ternyata masih sekitaran Jawa tengah.

Tak lupa Yugo berpamitan dengan mengirim sebuah video, bahkan kali ini Yugo memberikan kecupan diakhirnya.

Aku tersenyum. Aku disuruh untuk menunggunya hingga pulang nanti, dia berjanji akan pulang lagi malam harinya. Entah saat beristirahat di jalan, sampai di rumah kawan nya, bahkan saat hendak pulang lagi pun Yugo terus memberi kabar.

[“aku jalan pulang, jangan tidur dulu ya, Jugul. Nanti aku mampir sebentar ke kost mu.”]

Aku ingin menolak, namun saat ku mengirim pesan balasan sudah tak aktif Yugo saat itu. Mungkin benar dia sedang jalan arah pulang.

Sebenarnya aku mengantuk, tapi Yugo memintaku untuk menunggunya sebentar lagi.

Dari kejauhan samar-samar aku mendengar suara gemuruh, dan suara itu seketika berhenti di sekitar kost ku. Mataku yang tadinya mengantuk kembali segar saat Yugo tiba-tiba menelepon ku.

[“belum tidur kan? Ayo sini, aku udah di luar!”]

Setelah mengatakan itu telepon dimatikan. Akhirnya mau tak mau aku keluar untuk menemui Yugo.

Terlihat Yugo sudah berada di tempat kemarin, tepatnya dibawah lampu yang terang. Dia tersenyum saat melihatku keluar dari dalam pagar.

"Kenapa?" Tanyaku, sambil mengucek mata kanan.

“udah ngantuk ya? Maaf aku cuma pengen ketemu aja sebentar, kangen soalnya.”

Aku berdehem agar tak canggung, lalu dekati dia yang masih duduk di atas motor nya.

“ikut duduk sini, masa berdiri.” suruh Yugo, aku tak mau.

Untuk mencairkan suasana aku memulai obrolan, “abis ngapain?”

“Abis ke rumah kakaknya, Agus. Ngambil barang.” jawab nya, sambil menunjuk jok motor belakang.

“apa emang?” tanyaku lagi, sedikit ingin tau.

Akhirnya Yugo turun dari motor dan membuka jok motornya. Aku membelalakkan mata terkejut saat melihat isi jok motor tersebut.

“i- ini apa?” tanyaku sambil mengambil satu barang yang tergeletak terbungkus plastik hitam.

“minuman,” jawab Yugo dengan enteng.

Aku mencium bau minuman yang dimaksud, bau! Sontak ku jauhkan dari hidungku.

“miras itu,” jelas Yugo lagi.

Aku semakin melotot. Bagaimana tidak? Terdapat lima botol Aqua berukuran 1500ml.

“ini mau diminum semua?” tanyaku, kini aku ketakutan.

Yugo yang peka jika aku sedikit menghindar malah menggenggam tanganku untuk mendekat.

“ini bukan buat aku semua, tapi kalo lagi kumpul terus pada mau minum ya ini aja,” jelas nya.

Percuma saja, kali ini aku sudah sangat takut. Yang ku takutkan adalah Yugo sedang dalam keadaan mabuk sekarang.

"Aku gak mabuk, Lya. Nah, coba cium!" Yugo mendekatkan wajahnya padaku, hingga jarak antara kita berdua sangat amat dekat.

Ku rasa sekarang wajah ku terasa memerah, segera aku hendak pergi namun lagi-lagi Yugo menahan nya.

Sekuat tenaga aku mencoba lepas dari genggaman Yugo yang kuat, sampai salah satu minyak rem di motornya patah karena aku.

"Maaf..." Ucapku sambil terbirit-birit masuk ke dalam kost.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TEMBOK TERTINGGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang