Raka pov
Baru saja aku keluar dari toko buku dan akan menaiki motorku, ketika kudengar suara teriakan dari arah halte. Segera kulangkahkan kaki ku menuju halte. Kulihat seorang pria yang berusaha mencium seseoran yang wajahnya tidak bisa kulihat karena terutup badan besarnya.
Kuliha anak buahnya yang mulai menyadari kehadiranku. Akupun segera melayangkan tinjuku dan langsung mengenai wajahnya. Dia pun terjungking ketanah sambil memegangi perutnya yang juga tidak lepas dari sasaranku.
Setelah menyelesaikan kedua anak buahnya, aku langsung menarik pria itu yang masih mencoba mencium seseorag yang ada dibawahnya. Kulihat wajahnya yang syok dengan tindakan ku. Keadaan ini tidak kusia-siakan, langsung saja aku meninju wajahnya berkali kali dan menendang tulang kering dan juga perutnya. Kemudian kulemparkan dia bersama kedua anak buahnya. Keadaan mereka serupa, kecuali pria yang kupikir pasti bosnya. Dia mendapatkan pukulan lebih parah.
Aku pun melihat kebelakang , dan betapa terkejutnya aku ketika kulihat Vanessa duduk disana sambil menatap benci ketiga pria yang adi kupukuli. Tidak ada air mata, namun ada rasa takut disorot matanya yang dituupinya dengan pandangan benci.
Perlahan kulangkahkan kakiku mendekatinya. Sadar ada seseorag yang mendekatinya, dia pun mengalihkan pandangannya kearahku. " lo gak papa?" tanyaku yang langsung diberikan gelengan kepalanya. Aku pu mehembuskan nafas lega.
"thanks ya" katanya setelah ada keheningan beberapa saat diantara kami.
"iya. Lo gak mau langsung pulang?" tanyaku mencoba mencairkan suasana.
"iya ini gue mau pulang, sekali lagi thanks ya" ucapnya sambil elangkahkan kakinya dan hendak memberhentikan taksi.
"pulang sama gue aja. Entar lo kenepa-kenapa lagi gimana?" tawarku padanya.
" engak usahlah entar ngerepotin lo lagi" jawabnya sambilmenyunggikan senyum.
"udah gak papa lagi. Daripada kejadian kayak tadi keulaang lagi gimana?" balasku tak mau kalah.
Tanpa menunggu jawabannya aku langsung menarik tangannya menuju tempat motorku diparkir.
"tapi...."
"udah gak usah tapi-tapian sekarang naik dan tunjukin dimana rumah lo" ujarku yang langsung memotong ucapannya.
Tidak ada yang berniat memulai pembicaraan. Kecuali Vanessa yang sesekali bersuara untuk menunjukkan arah rumahnya. 15 menit sudah kami lewati membelah jalan ibukota.
Aku pun memberhentikan motorku setelah mendengar perintah dari Vanessa. Kurasakan dia yang mulai turun dari atas motor.
"thanks ya buat semuanya" ucapnya sambil memberikan senyum tipis. Sangat tipis, sampai aku tidak melihatnya kalau saja aku tidak memperjelas tatapanku.
"ya sama-sama. Yaudah kalo gitu gue pulaang dulu ya"
Dia menganggukan kepalanya, dan kemudian berbalik menuju rumahnya. Aku pun segera melajukan motorku kembali membelah ibukota .
Vanessa pov
Perlahan kunaiki satu persatu anak tangga menuju kamarku yang memang terletak dilantai 2. Rasanya tubuhku remuk, baying-bayang dihalte tadi masih jelas terlihat dikepalaku. Kubuka pinu kamarku dan langsung menjatuhkan tubuhku diatas kasur. Perlahan kututup mataku untuk menenangkan pikiran juga badanku.
Raka?kenapa bisa dia muncul dihale tadi?apa jagan-jangan dia ngikutin aku lagi? Eh tapi kan tadi di udah pulang duluan. Baik juga ya tuh cowok, gue pikir dia songong, belagu sok cakep, eh ternyta ta baik juga. What the hell? Nessa kenapa lo mikirin dia? Baru juga ditolong sekali. Lagian paling dia tadi kebetulan lewat disitu, kalo dia gak lewat pasti bukan dia yang nolongin lo. Tapi... tadi dihalte sepi banget, ahh bodo amet!
"darimana aja lo? Sekolah bubar uda setengah jam yang lalu kali" ucap seseorang. Menghancurkan lamunanku.
Segera kubuka mataku dan kuubah posisiku menjadi duduk. Kulihat clara duduk di kursi meja belajarku.
"nunggu bus lama" kataku mengabaikan wajah jutek clara.
Ck.. kudengar decakan dari mulut clara sebelum dia membalas ucapan ku."lo tau gak sih nessa, gue udah nungguin lo disini setengah jam, setengah jam nesaaa" kata clara jengah.
Aku menghembuskan nafas panjang. Alih-alih ingin istirahat, eh sibiang kerok datang ngerusuh.
"yaudah maaf, sekarang lo ngomong sama gue lo mau ngapain kesini? Kalo mau curhat entar aja deh ya la, gue capek" ucapku memohon pada clara.
Kulihat clara bangun dari tepatnya semula dan duduk disebelahku. Wajahnya mememang menunjukkan kalau dia tidak bisa menunda lagi. Tapi sekarang aku benar-benar butuh isirahat.
"nessa masa tadi pulang sekolah gue ditinggalin sama dimas. Terus dia Cuma ngeline doang kalo dia pulang sama raka. Kan ngeselin kan nes" kaata clara meemulai sesi curhatnya. Padahal ge udah nolak, yam au gimana lagi namanya temen ga mungkin diusir.
Tunggu! Pulang sama raka? Lah yang tadi nganter gue raka kan?
"boong tuh sidimas, orang tadi raka pulang sama gue kok" ucapku santai. Sedetik kemudian kututup mulutku dan kulihat ekspresi clara.
"whattt? Lo pulang sama raka? Bahkan lo baru sehari duduk sama dia, terus lo dianterin pulang sama raka?kok bisa?" kata clara histeris dan mulai menghujaniku pertanyan bertubi-tubi.
Hadeehh muncul deh sisi emak-emak gosipnya.
"eh kok jadi salah fokus sih, Kan sekarang kita lagi ngomogin dimas. Udah sekarang mending lo omelin tuh sidimas yang udah boongin elo. Lagian lo sih gampang banget percaya" jawabku mencoba mengalihkan pembicaraan. Namun jangan sebut dia Clara Natasya kalo dia mau melewatkan berita ini begitu saja.
"hahahaaa kayaknya bakalan ada yang ngasih pj nih bentar lagi" katanya sambil tersenyum menggodaku.
"isshh apaan sih. Udah deh sekarang lo pulang gue mau tidur capek" aku pun bangun dan menuju kamar mandi untu mengganti baju. Kudengar suara tawa kemenangan dari clara. Ishh anak itu, pikirannya gak jauh-jauh dari cowok.
Jangan lupa meninggalkan jejak yaaaaa ^_^
