Bab 4

334 36 14
                                    

Aeron terbangun ketika sinar matahari mulai menusuk indra penglihatannya, matanya mengerjab pelan untuk melihat sekelilingnya yang tampak berbeda dari kamarnya. Ia masih belum sadar ada tangan yang melingkar di pinggangnya karena kepalanya saat ini masih pusing, matanya menelisik ke segala arah di ruangan yang menurutnya sempit itu, ruangan itu sangat berbanding terbalik dengan kamarnya yang sangat luas.

Matanya terbuka lebar ketika merasakan pergerakan tangan di pinggangnya, "ANJING GUA DI MANA INI...!? KENAPA GUA TELANJANG SIALAN...!?" teriaknya dengan berusaha untuk berdiri tapi naas pinggangnya sakit sekali bahkan ketika duduk saja dia merasakan kesakitan.

"Anjing s–sakit banget sialan! Lo siapa anjing!" Tangannya mendorong tubuh Nnael menjauh darinya, ia masih belum tahu jika di depannya itu adalah kutu buku yang sering dibullynya di sekolah.

Nnael menggeram pelan dan mengerjap pelan, ia merentangkan tangannya melemaskan otot-ototnya.

Nnael melirik ke sampingnya dan matanya tertuju pada seorang bocah yang kini tampak ketakutan dengannya, posisinya Aeron menjauh darinya dan duduk bersandar di pojok ranjang dengan menarik selimut menutupi bagian tubuhnya. Nnael tersenyum sekilas ketika melihat wajah ketakutan Aeron.

Tangan itu mencoba menarik selimut Aeron tapi ditepis olehnya, "l-lo siapa anjing...!?" Tanyanya sok kuat tapi masih dengan nada terbata.

Nnael duduk, "lo lupa apa yang udah kita lakuin kemarin? Suara desahan lo yang merdu ditambah wajah lo yang ke–" belum selesai dengan perkataannya, sebuah bantal mendarat tepat di wajah tampannya.

"GUA GAK TANYA ITU YA ANJING!" Teriak Aeron dengan wajah kesalnya, tapi di mata nnael itu adalah wajah paling imut yang pernah ia lihat selama ini.

Alis Nnael terangkat sebelah, "bukannya lo yang mabuk terus grepe-grepe gua ya? Lo sendiri yang dateng terus tiba-tiba cipok gua anjing! Mana brutal banget lagi..." ujarnya.

Aeron yang mendengar itu tidak semata-mata langsung percaya tapi dalam ingatannya memang terlintas apa yang baru saja dikatakan orang asing di depannya itu, untung saja orang asing itu tidak jelek dan bertampang layaknya om-om mesum, tapi masih mesum juga sih. Terlebih tempat kumuh apa yang dia sebut rumah ini, kelihatan jelek sekali dan sangat miskin.

Aeron melirik sekilas, "l-lo s-sebenernya siapa? Kenapa lo bisa ada di sana? Kenapa lo gak cegah gua lakuin itu? Lo keenakan kan? Sialan dasar mesum...!?" Cercahnya dengan berbagai pertanyaan.

"Lo gak kenal gua? Berubah banget ya wajah gua? Padahal lo sering banget ketemu gua di sekolah! Lo inget gak waktu lo sama temen-temen sialan lo waktu tendangin gua?" Tanya Nnael dengan tenang yang membuat hawa di ruangan itu tampak lebih mencekam dari yang sebelumnya.

Dengan semua pertanyaan Nnael barusan membuat Aeron sadar bahwa di depannya itu adalah kutu buku yang sering ia bully di sekolah, matanya terbuka lebar dan sedikit atau bahkan sangat terkejut dengan penampilan kakak kelasnya itu yang seratus delapan puluh derajat bedanya. Tidak ada kaca mata yang bertengger dihidungnya, tidak ada rambut kelimis, tidak ada baju yang dimasukkan rapi, tidak ada wajah jelek dengan gigi tongos, semua itu tidak ada. Yang ada hanyalah cowok tampan dengan rambut acak-acakan yang baru saja tidur dengannya. 

"G-gak mungkin...! Lo beda banget sama bocah culuk kek anjing tuh!? Gak usah ngaku-ngaku deh...!" Aeron semakin menjauhkan dirinya dari sana hingga tak sadar ia sudah di ujung ranjang sampai-sampai ia terjungkal ke belakang dan tepat pantat dulu yang terjatuh ke lantai.

Belum sempat Nnael mengatakan sesuatu, kamar itu dihiasi dengan teriakan kencang Aeron. 

"AAAAAAGHHHHH...!"

Air mata Aeron menetes, ia tak bisa berdiri karena memang bagian pinggang ke bawah sangat sakit. Nnael yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya sembari tertawa jahil.

THE ONE THAT GOT AWAY [ELRON]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang