Jalan Menuju Kebahagiaan

163 19 0
                                    


Waktu berlalu, dan suasana di apartemen Oniel dan Indah semakin membaik. Meskipun terkadang ada perdebatan kecil, mereka belajar untuk menghadapi setiap masalah dengan lebih terbuka. Indah merasa lebih nyaman berbicara dengan Oniel, dan Oniel berusaha keras untuk menunjukkan bahwa ia adalah suami yang setia.

Suatu pagi, saat sarapan, Indah melihat Oline yang ceria bermain dengan mainannya. "Papa, Oline mau main di luar!" seru Oline, wajahnya berbinar-binar.

"Kalau begitu, kita bisa pergi ke taman setelah sarapan, ya?" Oniel menjawab dengan senyuman.

Indah menatap Oniel dan mengangguk. "Iya, itu ide yang bagus. Kita bisa piknik lagi, seperti waktu itu."

Setelah sarapan, mereka berangkat ke taman dengan membawa keranjang berisi makanan ringan. Oline sangat bersemangat, dan suasana hati Indah serta Oniel pun ikut ceria. Mereka menemukan tempat yang nyaman di bawah pohon rindang dan mulai menyebarkan alas piknik.

"Saya mau sandwich dan jus jeruk!" seru Oline, sambil melompat kegirangan.

"Baiklah, putri kecilku. Tapi jangan terlalu banyak, nanti sakit perut," kata Indah, sambil menyusun makanan di atas alas.

Setelah Oline duduk dan menikmati makanan, Indah dan Oniel saling bertukar pandang, merasa bahagia bisa menikmati waktu bersama sebagai keluarga.

Namun, ketika Indah sedang mengeluarkan kue dari keranjang, ponselnya bergetar. Ia melihat notifikasi pesan dari teman lamanya. Rasa penasaran membangkitkan keinginan untuk membuka pesan tersebut. Ia berusaha untuk tidak terbawa suasana, namun saat Oniel melihat ekspresi Indah, dia merasa cemas.

"Semua baik-baik saja, Ndah?" tanya Oniel, memperhatikan wajah istrinya.

"Ya, hanya pesan dari teman," jawab Indah, berusaha terdengar tenang.

Oniel mengangguk, tetapi dalam hatinya, ia merasa sedikit ragu. Kenangan masa lalu dengan Eve kembali terlintas di benaknya. Ia berusaha menepisnya, tapi ketakutan akan kehilangan Indah kembali muncul.

Setelah beberapa saat, Oline selesai makan dan ingin bermain di taman. "Papa, Mama, ayo kita main layang-layang!" serunya dengan semangat.

"Baiklah! Ayo kita cari tempat yang bagus," Oniel menjawab, berusaha mengalihkan perhatian dari pikiran yang mengganggu.

Saat mereka bermain, Indah melihat bagaimana Oline dan Oniel sangat kompak. Keduanya tampak bahagia dan ceria. Indah merasa hatinya hangat melihat kebersamaan mereka. Namun, saat ia berusaha menikmati momen tersebut, pesan dari temannya masih bergetar di kepalanya.

Setelah beberapa lama bermain, mereka beristirahat sejenak di bawah pohon. Oniel mengambil napas dalam-dalam dan menatap Indah. "Ndah, ada yang ingin aku bicarakan," katanya, suaranya lebih serius dari biasanya.

Indah menoleh, merasakan ada sesuatu yang penting. "Apa itu, Niel?"

Oniel mengatur kata-kata. "Aku ingin kamu tahu, aku berkomitmen untuk kita. Tidak ada lagi yang bisa mengganggu hubungan kita. Dan jika ada hal yang membuatmu tidak nyaman, bicaralah padaku, jangan ditahan."

Indah merasa haru mendengar pernyataan Oniel. "Aku menghargai itu, Niel. Aku juga ingin kita jujur satu sama lain."

"Dan jika ada yang ingin kamu bicarakan tentang pesan itu...," Oniel melanjutkan, menunjuk ke ponsel Indah, "kita bisa bicarakan sekarang."

Indah terdiam sejenak, merasa berat untuk mengungkapkan kekhawatirannya. "Sebenarnya, aku hanya ingin berbagi kabar baik dengan teman. Dia ingin mengadakan reuni dan mengundang kita," jawabnya pelan.

Oniel merasa sedikit lega, tetapi masih ada rasa tidak nyaman. "Kapan itu?"

"Bulan depan. Aku ingin kita pergi bersama. Tapi aku khawatir, bagaimana kalau kamu merasa tidak nyaman dengan teman-temanku?" tanya Indah.

"Selama kamu di sisiku, aku akan baik-baik saja," jawab Oniel tegas, lalu tersenyum. "Tapi aku ingin kamu tahu, tidak ada yang lebih penting dari kita."

Indah tersenyum kembali, merasa hatinya lebih tenang. "Baiklah, kita akan pergi bersama. Dan aku berjanji, kita akan saling mendukung."

Setelah menikmati waktu di taman, mereka pulang dengan perasaan lebih baik. Saat kembali ke apartemen, Oline terlihat lelah dan segera tertidur. Indah dan Oniel duduk di sofa, merasa lebih dekat satu sama lain setelah berbagi kekhawatiran.

"Niel," Indah memulai, "aku ingin kita berbicara lebih banyak tentang hubungan kita. Mungkin kita bisa melakukan sesi tanya jawab. Kita bisa saling bertanya apa pun."

Oniel tersenyum. "Itu ide yang bagus. Aku suka itu. Ayo mulai sekarang."

Mereka kemudian mulai saling bertanya, mencoba memahami perasaan satu sama lain dengan lebih dalam. Pembicaraan itu mengalir dengan mudah, membuat keduanya merasa lebih dekat dan saling memahami.

"Apa yang paling kamu takutkan dalam hubungan kita?" tanya Indah.

"Keberadaan masa lalu. Aku tidak ingin hal itu mengganggu kita," jawab Oniel dengan tulus.

Indah mengangguk. "Aku juga takut, tetapi kita harus bisa mengatasi rasa takut itu bersama."

Malam itu, mereka berjanji untuk tidak hanya berjuang sendiri-sendiri, tetapi bersama-sama. Indah merasa bahwa hubungan mereka semakin kuat, dan mereka bisa melewati apa pun yang akan datang.

Keduanya merasa optimis. Meskipun masa depan tidak bisa diprediksi, mereka memiliki satu sama lain. Dan bersama, mereka percaya bisa menghadapi segala rintangan yang ada di depan.

KesalahpahamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang