Langkah Kecil Menuju Perbaikan

330 26 0
                                    


Hari-hari setelah percakapan di malam itu terasa sedikit lebih baik bagi Oniel dan Indah. Meskipun luka masih terasa, keduanya berusaha untuk memperbaiki keadaan. Mereka mulai berkomunikasi lebih baik, meskipun terkadang topik tentang Eve muncul dan membuat suasana kembali tegang. Namun, mereka berusaha keras untuk tidak membiarkan hal itu menghalangi kemajuan yang telah mereka buat.

Di suatu sore, setelah Oniel pulang dari kantor, ia melihat Indah sedang bermain dengan Oline di ruang tamu. Tawa ceria Oline dan senyuman Indah membuatnya merasa lebih ringan. Ia ingin menciptakan momen-momen kecil seperti itu lebih sering, untuk membangun kembali ikatan yang sempat retak.

"Sayang," Oniel memanggil Indah, "apa kamu mau kita pergi jalan-jalan ke taman lagi? Mungkin kita bisa piknik kecil-kecilan? Bawa makanan dari rumah."

Indah menatap Oniel, terkejut dengan tawarannya. "Kita? Berdua?" tanyanya dengan nada ragu.

"Ya, maksudku, kita bertiga, kan? Kamu dan Oline juga bisa ikut," kata Oniel, berusaha meyakinkan. "Aku pikir kita butuh waktu untuk bersantai, jauh dari semua masalah."

Indah tersenyum tipis. "Mungkin itu ide yang bagus. Tapi kita bawa makanan apa?"

"Yang gampang-gampang saja. Aku bisa bikin sandwich, kamu bisa bikin kue. Kita bisa bawa buah juga. Oline pasti suka," jawab Oniel antusias.

Setelah sepakat, mereka segera mulai menyiapkan makanan untuk piknik. Indah merasa sedikit lebih ringan saat bekerja sama dengan Oniel di dapur. Meski kadang suasana hening, tidak ada lagi ketegangan seperti sebelumnya. Momen-momen kecil ini mulai mengingatkan Indah tentang masa-masa indah sebelum semua masalah ini datang.

Beberapa saat kemudian, mereka berangkat ke taman. Oline tampak sangat bersemangat, berlari-lari di sekitar mereka sambil tertawa. Sesampainya di taman, mereka mencari tempat yang teduh dan nyaman untuk duduk.

"Ini tempatnya, Mama! Ayo kita duduk di sini!" Oline menunjuk ke area yang dikelilingi pepohonan.

Indah dan Oniel mengangguk dan mengikuti Oline. Mereka menggelar alas piknik dan mulai mengeluarkan makanan yang sudah disiapkan. Indah merasa bahagia melihat Oline melompat-lompat dengan gembira. Momen kecil ini memberi harapan baru.

"Papa, ini enak!" seru Oline sambil mengigit sandwich yang dipegangnya.

"Bisa dibilang, papa adalah koki terbaik!" Oniel menyahut sambil tersenyum bangga.

Indah tertawa. "Berarti aku harus ambil kursus memasak untuk mengalahkan chef jagoan ini," ucapnya, ikut berkelakar.

"Jangan, Ndah. Kamu sudah jago, tinggal tingkatkan sedikit saja," jawab Oniel sambil memandang Indah dengan lembut.

Indah merasakan jantungnya berdegup kencang. Senyuman Oniel membuatnya merasa ada harapan untuk memperbaiki semuanya.

Tiba-tiba, Oline berlari ke arah mereka, menunjukkan beberapa anak kecil yang sedang bermain layang-layang. "Mama, Papa! Aku mau layang-layang! Boleh?" tanyanya dengan wajah penuh harap.

"Boleh, sayang. Tapi kita harus beli dulu. Ayo kita ke kios sana!" jawab Oniel, mengacungkan jari ke arah kios yang tidak jauh dari tempat mereka duduk.

Setelah Oline mendapatkan layang-layangnya, mereka kembali ke tempat piknik. Indah tersenyum melihat betapa bahagianya Oline saat menerbangkan layang-layangnya. Ia merasa momen ini sangat berharga, dan kehadiran Oniel di sampingnya membuatnya semakin merasakan kehangatan keluarga.

Setelah beberapa waktu, Oline mulai lelah dan duduk di samping Indah. "Mama, aku capek. Kita pulang ya?" tanya Oline dengan mata yang mulai mengantuk.

"Baiklah, sayang. Nanti kita bisa kesini lagi, ya?" Indah membalas sambil mengusap rambut Oline.

Di perjalanan pulang, suasana terasa lebih ringan. Indah dan Oniel saling berbagi cerita dan tawa, seolah-olah semua masalah yang mengganggu telah sirna untuk sementara.

Sesampainya di apartemen, Indah merasa lebih optimis. Ia merasa bahwa mereka bisa melalui masa sulit ini, meskipun masih ada banyak hal yang perlu dibicarakan dan diselesaikan.

Saat Oline tidur, Indah dan Oniel duduk di sofa. "Aku senang kita bisa punya waktu seperti tadi," ucap Indah sambil tersenyum.

"Aku juga, Ndah. Ini baru permulaan. Kita harus lebih sering melakukan hal-hal seperti ini," jawab Oniel. "Dan aku akan berusaha lebih baik lagi untuk membuktikan bahwa kamu adalah satu-satunya yang ada di hatiku."

Indah menatap Oniel, merasakan kejujuran dalam setiap kata yang diucapkan. Meski perjalanannya belum sepenuhnya mulus, Indah mulai merasakan bahwa mereka memiliki kesempatan untuk memperbaiki segalanya.

"Tapi kita juga perlu membicarakan ini, Niel. Tentang Eve dan kepercayaanku," Indah berkata, suaranya penuh ketegasan.

"Ya, aku siap, Ndah. Kapan pun kamu mau," balas Oniel.

Indah mengangguk, merasa bahwa mungkin, hanya mungkin, mereka bisa mulai menyembuhkan luka di hati masing-masing. Mungkin langkah kecil ini bisa membawa mereka lebih dekat, ke arah yang lebih baik.

KesalahpahamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang