Part 10: Setelah insiden itu, Arka semakin merasa bahwa Cahaya berada di jurang kegelapan yang dalam. Dia berusaha sekuat tenaga untuk membantu Cahaya bangkit, tetapi setiap kali dia berusaha, Cahaya justru semakin menjauh. Arka merasa putus asa, tidak tahu bagaimana cara membawa Cahaya kembali ke jalan yang benar.
Malam-malam di rumah menjadi semakin suram. Cahaya tidak lagi berbicara banyak, dan semangatnya untuk berkarya seolah telah padam. Arka merasa seolah-olah mereka terjebak dalam kegelapan yang tidak ada ujungnya. Dia berusaha untuk tetap optimis, tetapi rasa putus asa semakin menggerogoti hatinya.
Suatu malam, saat Arka duduk di samping ranjang Cahaya, dia mendengar Cahaya mengerang pelan. "Cahaya, kau baik-baik saja?" tanyanya dengan cemas.
Cahaya menatapnya dengan mata kosong. "Aku tidak tahu, Arka. Aku merasa semakin terjebak dalam pikiranku sendiri. Tidak ada yang bisa menyelamatkanku."
Air mata mengalir di pipi Arka saat mendengar kata-kata itu. "Kau tidak sendirian, Cahaya. Aku di sini untukmu. Kita bisa mencari bantuan bersama-sama."
Cahaya menggelengkan kepala. "Aku tidak ingin merepotkanmu. Aku tidak ingin menjadi beban. Mungkin lebih baik jika aku pergi jauh dari sini."
"Jangan pernah berpikir seperti itu!" Arka berteriak, merasa frustasi. "Kau adalah bagian terpenting dalam hidupku. Kita bisa menghadapinya bersama. Aku tidak akan membiarkanmu pergi."
Saat malam semakin larut, Cahaya terlihat semakin putus asa. Dia menatap langit dengan tatapan kosong, seolah-olah mencari jawaban yang tidak pernah ada. Arka merasa hatinya hancur melihat Cahaya yang dulunya ceria kini terpuruk dalam kesedihan.
Hari-hari berlalu, dan Arka berusaha mencari cara untuk membantu Cahaya. Dia mulai mencari dukungan dari teman-teman dan keluarga, berharap bisa menemukan cara untuk membawa Cahaya kembali ke jalan yang benar. Namun, setiap kali dia mencoba, Cahaya semakin menutup diri.
Suatu malam, saat Arka duduk sendirian di studio, dia merasa putus asa. Dia menulis lagu baru dengan harapan bisa menyentuh hati Cahaya. Setiap lirik yang dia tulis adalah ungkapan cinta dan dukungan yang ingin dia berikan. Namun, saat dia menyanyikannya, suaranya terasa hampa tanpa kehadiran Cahaya di sampingnya.
Ketika Arka kembali ke rumah, dia menemukan Cahaya di tepi jendela, menatap malam yang kelam. "Cahaya, kau harus tahu bahwa aku mencintaimu dan aku tidak akan pergi kemana-mana," katanya dengan lembut.
Cahaya berbalik, air mata mengalir di pipinya. "Tapi aku tidak bisa menemukan jalan kembali, Arka. Aku merasa terlalu jauh dari diriku yang dulu."
Arka meraih tangannya, berusaha memberikan kekuatan. "Kita akan mencarinya bersama. Jangan menyerah. Kita bisa berjuang melawan kegelapan ini."
Namun, Cahaya menggelengkan kepala. "Aku merasa semakin tidak berdaya. Mungkin lebih baik jika aku pergi jauh dari semua ini. Mungkin itu akan membuatku lebih baik."
Dunia seakan runtuh di sekitar Arka saat mendengar kata-kata itu. "Jangan, Cahaya! Kita bisa mencari cara untuk keluar dari ini. Aku tidak bisa membayangkan hidup tanpamu."
Kegelapan yang menyelimuti Cahaya semakin kuat. Dia merasa terjebak dalam pikirannya sendiri, dan Arka tidak tahu bagaimana cara membawanya keluar. Dia merasa putus asa, tidak tahu seberapa jauh mereka bisa bertahan.
Malam itu, Arka berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak menyerah. Dia akan berjuang untuk Cahaya, apapun yang terjadi. Dia tidak akan membiarkan kegelapan menghancurkan cinta mereka.
Namun, saat Arka mencoba untuk membantu Cahaya, dia menyadari bahwa perjuangan ini jauh lebih sulit dari yang dia bayangkan. Cahaya semakin terperosok dalam kegelapan, dan Arka tidak tahu seberapa jauh mereka bisa bertahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cahaya dalam kegelapan
Romansa"Cahaya dalam Kegelapan" menggambarkan momen-momen manis yang dihabiskan Arka dan Cahaya di taman kota, di mana mereka berbagi tawa, cerita, dan impian. Melalui lukisan-lukisan yang mereka ciptakan, Arka menjelajahi keindahan hidup yang sering terab...