Benarkah ada hal yang lebih penting dari cinta?
Di kehidupan ini tentu cinta akan selalu jadi prioritas kita, memberi ataupun diberi sudah menjadi rutinitas dalam cinta itu. Tapi ternyata ga selamanya cinta bisa menjadi hal yang penting bagi sebagian orang.
Ten dengan semangat mengolah makanan mentah itu menjadi makanan yang bisa disantap, dia sangat memperhatikan rasa dan kualitas makanan yang dibuatnya, tentu dia sangat berhati-hati karena makanan itu dibuatnya untuk seseorang yang dicintainya.
Seseorang yang saat ini tinggal bersama dengannya dan juga mereka satu kampus. Mereka beda jurusan. Awalnya mereka tidak saling kenal, namun mereka dikenalkan karena Ten mempunyai teman yang dekat dengannya.
Hingga suatu hari Ten jatuh cinta padanya dan nekat mengungkapkan perasaannya, dan siapa sangka bahwa ternyata mereka memang saling mencintai hingga saat ini.
Wajahnya menyiratkan kepuasaan setelah mendapatkan hasil yang menurutnya sempurna dari makanan yang sudah dibuatnya.
Ten pun membawa sepiring makanan itu ke sebuah ruangan, yang mana di dalamnya terdapat seorang wanita tengah melukis membelakanginya.
Ten menaruh makanan itu di meja yang tidak jauh dari posisi wanita itu.
"Makanan sudah jadi, Run. Ayo makan dulu mumpung masih hangat,"
Wanita yang dipanggil "Run" itu menatap ke arah Ten dan mengembangkan senyumnya, "Terima kasih, Ten. Tapi tanggung sebentar lagi," ucapnya yang kemudian terus melanjutkan lukisannya yang hampir setengah jadi.
Ten mendekatinya, melihat lukisan hasil karya Hikaru membuatnya tidak dapat menutupi kekagumannya, "Sangat indah, Run."
Hikaru tersenyum tipis mendengar itu, "Menurutmu, apa ini sudah cukup untuk membuatku menjadi seorang pelukis hebat?"
Ten kaget Hikaru mempertanyakan pertanyaan yang menurutnya bodoh, karena siapapun yang melihat pasti akan langsung bisa menilai kalau ini adalah karya terbaik yang pernah Hikaru buat.
"Tentu, aku rasa ini karya terbaikmu, Run." Jawabnya dengan jujur.
Sontak Hikaru menggeleng tidak setuju.
Lukisan sebuah pemandangan kota dengan sentuhan langitnya yang berwarna jingga juga termasuk detail-detail setiap bangunan maupun figuran di dalamnya, apalagi memang yang kurang? Bagi Ten itu sudah sangat sempurna.
"Ini aku masih belum maksimal, Ten." Hikaru pun menoleh ke belakang tempat Ten berdiri membelakanginya. Ten yang berdiri setengah menunduk pun kini wajahnya sudah sangat dekat wajah Hikaru.
Ten hilang fokus, dia memperhatikan bibir merah Hikaru yang seperti sedang menggodanya untuk mendaratkan bibirnya disana. Tapi dia hanya bisa menahannya.
"Ten, kamu mendengarkan aku?" Hikaru kebingungan ketika Ten hanya terdiam tanpa merespon ucapannya.
"Ah, hai." Ten mengerjap. "Bagi aku kamu udah maksimal kok, Run," lanjutnya.
Hikaru menatap kembali lukisan yang baginya belum maksimal, rasanya salah dia menanyakan hal itu pada Ten yang tidak bisa mengerti soal seni.
"Ada hal yang gabisa kamu pahami ketika melihat sebuah lukisan, Ten." Ujar Hikaru dengan nada sedikit kecewa.
Ten mengangkat kepalanya dari posisi tadi dan menghela napas berat mendengar itu. "Maaf, karena aku memang mengatakan dengan jujur dari apa yang ku lihat,"
"Tentu, itu bukan salahmu. Hanya saja aku rasa aku butuh seseorang yang bisa mengerti. Dan seorang pelukis harus bisa mencapai kesempurnaan dalam lukisannya,"
KAMU SEDANG MEMBACA
TENRUN Our Story
RandomKumpulan berbagai cerita Ten dan Hikaru 🌱🐢 Warning: gxg, homophobic dni Published: 28 September 2024