Bias, dalam dunia Kpop, adalah istilah yang digunakan untuk menyebut personel atau anggota dari suatu grup yang menjadi favorit atau idola bagi seseorang.
Ini bukan oneshot, atau satu chapter lalu selesai. Melainkan, satu cerita butuh satu, dua, at...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Happy reading 💖
****
Di ruang UKS.
"Heh! Aku ini bukan hantu! Tapi aku bingung, sebenarnya aku ini sudah mati atau belum?" kata Leo.
Sing berpikir sejenak. "Secara teknis, kau ini sudah mati. Tapi tubuhmu masih bernyawa."
Otak Sing berpikir dengan segala logikanya. "Orang mati = mayat. Tapi bernyawa. Mayat + bernyawa = zombie. Ya! Kau adalah zombie!"
"Aku zombie?!" Leo tersenyum lebar. "Wah, aku keren! Kayak di film-film!..."
"...tapi, apa murid lainnya tahu bahwa semalam, kau telah membunuhku?"
"Aku mohon, Leo. Jangan sampai oranglain tahu apa yang semalam ku lakukan padamu."
Leo tersenyum menyeringai. "Aku tidak akan beritahu siapapun. Tapi ada syaratnya."
Sejak keluar dari ruang UKS, Leo memamerkan senyum cerianya kepada murid-murid yang melewati koridor. Dan murid-murid tersebut memandanginya dengan heran. Karena, Leo tidak berjalan sendiri, tetapi sambil menggandeng tangan Sing yang dengan terpaksa berjalan bersama Leo.
Yang bikin murid-murid heran, kok mau sih pangeran sekolah seperti Sing berjalan bergandengan tangan dengan korban bully seperti Leo?
Sambil terus berjalan bersama, Leo bukan cuma menggandeng tangan Sing, tetapi Leo juga menempelkan kepalanya pada bahu Sing dan memeluk lengannya. Romantis bagi Leo, tapi bagi Sing terasa memalukan.
Sing lebih malu lagi saat Davin yang berada di koridor bersama teman-temannya, memandangi Sing dan Leo dengan heran.
"Sejak kapan Sing berteman dengan Leo, si pecundang itu?"
Sing hanya bisa menahan malu selama berjalan bersama Leo.
Kemudian, mereka pun sampai di kantin dan duduk disana. Diatas meja, hanya ada satu porsi makanan untuk Sing, karena Leo tidak makan.
"Pesawat datang! Aaaa...!" Leo memutar-mutar sesendok nasi sebelum menyuapkannya ke mulut Sing. Lagi-lagi, Leo tersenyum ceria. "Gimana? Enak, nggak?"
Sambil mengunyah, Sing hanya bisa mengangguk. Dengan gemas, Leo mencubit-cubit kedua pipi Sing. "Iiih gantengnya! Lucunya! Mmmuah, mmuah, mmuah!"
