🔞 4 - Ospek (Kathrina) [CUT Version] 🔞

2.7K 41 2
                                    

"Sekarang kalian istirahat sampe jam 1 siang ya. Semuanya jangan lupa makan. Jangan sampe kalian pingsan nanti," ucap Kak Raka.

"Okay, Kak," balas beberapa mahasiswa secara bersamaan.

Atin melangkah keluar dari aula, menyelipkan beberapa buku ke dalam tas, dan menuju kantin. Langkahnya tenang, tapi setiap langkah terasa semakin berat seiring dia menyadari perhatian yang tertuju padanya. Pandangannya lurus, namun dari sudut matanya, dia bisa melihat beberapa laki-laki berhenti berbicara begitu dia lewat. Ada yang menatap, ada yang saling menyikut satu sama lain sambil menahan tawa kecil.

Sampai di pintu kantin, bisik-bisik itu mulai terdengar lebih jelas.

"Eh, itu si Atin, kan ya? Idol yang baru aja jadi maba disini?"

"Iya, cakep, ya... tapi judes banget mukanya. Pas dibawa ke ranjang kira-kira gimana tuh?"

Telinganya menangkap percakapan itu, tapi Atin tetap tidak menoleh. Atin sebenarnya merasakan sesuatu yang lain—dorongan yang tak terduga muncul di tengah semua perhatian yang diterimanya. Sensasi itu membuat dadanya berdegup lebih cepat, darahnya mengalir lebih hangat. Namun, dia buru-buru menekan perasaan itu jauh ke dalam.

"Bukan sekarang," gumamnya dalam hati, sembari berpura-pura sibuk memilih makanan di depan mata.

Tangannya menggenggam nampan dengan erat, mencoba mengalihkan fokus pada hal lain. Kantin ini tempat publik, banyak orang yang bisa melihat. Satu langkah salah, dan dia tahu sorotan itu akan semakin besar, semakin menjengkelkan. Matanya tetap menatap lurus ke depan, fokus pada pilihan makanan yang ada, meskipun pikirannya berusaha keras menyingkirkan dorongan itu.

"Tenang, Tin... jangan pedulikan," dia mengingatkan dirinya lagi, berharap bisa kembali merasa netral.

Setelah mendapatkan makanannya, Atin melangkah ke arah area duduk. Matanya menyapu sekeliling, mencari tempat yang nyaman. Tapi setiap meja tampak sudah dikelilingi oleh kelompok mahasiswa yang asyik dalam obrolan mereka masing-masing. Mereka tertawa, bercanda, saling lempar cerita. Dan di sana, di tengah keramaian itu, Atin merasa seperti orang asing.

Identitasnya sebagai mantan idol menjadi tembok tak terlihat yang memisahkannya dari orang lain. Mereka mengenalnya dari layar kaca, bukan sebagai Atin yang nyata. Bagaimana mungkin dia bisa menjalin hubungan yang lebih dari sekadar basa-basi, ketika kebanyakan orang hanya melihatnya sebagai sosok yang jauh di luar jangkauan?

Helaan napas pendek lolos dari bibirnya. Tidak ada satu pun meja yang terasa pas. Dia tidak ingin terjebak dalam situasi canggung dengan orang-orang yang melihatnya sebagai sosok selebritas. Lagipula, dia lebih suka makan sendiri sekarang.

Dengan keputusan yang cepat, dia berbalik dan berjalan ke arah tangga. Langkahnya ringan, tapi ada sedikit ketegangan. Ia menuju tempat yang jarang dikunjungi orang—rooftop kampus. Di sana, dia tahu, suasana akan lebih sepi. Tak banyak mahasiswa yang mau repot-repot naik ke atas hanya untuk makan.

Atin menaiki anak tangga satu per satu, dan begitu mencapai puncak, dia mendorong pintu menuju rooftop yang terbuka lebar. Benar saja, hampir tidak ada siapa-siapa di sana. Hanya suara angin yang bertiup pelan dan pemandangan langit terbuka. Sempurna. Inilah ruang yang ia butuhkan—sepi, jauh dari tatapan orang-orang.

Atin duduk di salah satu sudut rooftop, meletakkan nampan di hadapannya. Dia menghirup udara segar, menikmati sejenak keheningan yang jarang bisa dia temukan di tempat seramai kampus. Setelah beberapa saat, dia mulai makan, mencoba fokus pada makanannya dan bukan pada perasaan canggung yang tadi muncul di kantin.

Namun, baru beberapa suap, suara langkah kaki terdengar dari belakang. Atin mendongak, dan terlihat Raka, kakak tingkat yang tadi memberi arahan pada kelompoknya, muncul di pintu.

Idol Of Lust (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang